THIRTEEN: Anemoia

213 37 14
                                    

Taehyun menghirup manis stroberi yang menempel di kemajanya. Ingin dia memakai parfumnya sendiri, namun tak ada siapapun yang membawakannya. Jadi, pagi ini Taehyun terpaksa meminjam parfum milik Yoona. Tidak apa meski itu parfum perempuan, Taehyun hanya ingin menghilangkan sedikit aroma khas orang sakit yang selama beberapa bulan ini melekat di badannya. Rambutnya yang masih setengah kering, disisirkan ke arah belakang, keningnya terekspos, memberi kesan segar pada wajahnya yang masih terlihat sangat pucat. Pelembab bibir hanya mampu mengatasi kulit kering yang terkelupas di beberapa bagian bibirnya, namun ronanya tetap sama, tak ada merah sedikitpun. Yoona menawarkan lipsticknya, Taehyun menolak. Tidak masalah katanya, dia hanya akan pulang, bukan ingin berkencan.

Setelah dibekali beberapa jenis obat-obatan serta edukasi ini dan itu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri bagi pengidap leukemia, Taehyun akhirnya benar-benar berpijak di pintu luar rumah sakit, menunggu untuk di jemput oleh  ayahnya yang berjanji akan datang secepatnya. Tapi nihil, sang ayah tak kunjung menampakan batang hidungnya. Taehyun mulai menyesali keputusannya yang memaksa Yoona untuk mengembalikan kursi roda yang mengantarnya dari kamar hingga ke lobby rumah sakit. Sekarang lututnya terasa bergetar, keringat menetes dari pilipisnya, berdiri terlalu lama membuatnya merasa ingin pingsan, lemas sekali rasanya. Jika tak bertumpu pada lengan Yoona yang setia di sampingnya, mungkin Taehyun sudah ambruk sedari tadi.

"Sunny! Bisa tolong antarkan kursi roda ke sini? Pasienku membutuhkannya."

"Baiklah!"

Taehyun meremas lengan Yoona, membuat perawat cantik itu menatapnya dengan perasaan cemas.

"Ada apa, Hyun? Ada yang sakit?"

Taehyun menggeleng, "Aku masih sanggup berdiri." Lirihnya dari balik masker.

Yoona tertawa meledek, dia singkirkan tangan Taehyun yang mengait di lengannya. Taehyun limbung, namun Yoona dengan sigap menangkap dan merangkulnya lagi.

"Kau dipulangkan bukan karena sudah sembuh. Jadi, jangan bertingkah seolah badanmu sudah sehat. Kau tak bisa menyangkal bahwa kau akan selalu butuh seseorang untuk berdiri di sampingmu. Bukan jahat aku berkata begini, tapi terkadang, pasien keras kepala sepertimu itu memang harus di tampar oleh fakta. Lagi pula, kenapa ayahmu lama sekali? Kau yakin sudah memberitahu bahwa hari ini kau akan pulang?"

Taehyun mengangguk acuh, entah pada kecerewetan Yoona, atau pertanyaan Yoona tentang ayahnya yang lama datang. Kepalanya menunduk. Matanya dipejam erat, jika terbuka sedikit saja, bercak putih langsung memenuhi pandangannya.

"Kapan aku akan bertenaga lagi?"

"Jika sembuh." Sahut Yoona singkat.

"Kapan aku sembuh? Ah, lebih tepatnya, apa aku bisa sembuh?"

Yoona membawa pucuk kepala Taehyun untuk bersandar di pundaknya, sedikit mengacak gemas surai lembut yang tadinya tertata.

"Nikmati liburanmu dan bersenang-senanglah. Selagi kau bahagia, sakitmu tidak terasa. Percaya tidak?"

"Sakitnya tidak terasa, karena obat pereda nyeri dengan dosis tinggi. Aku lebih percaya itu."

"Astaga, anak ini... Cobalah sesekali jangan mengandalkan logikamu!"

Sunny datang dengan kursi roda. Yoona langsung mendudukan Taehyun di sana. Khawatir dengan Taehyun yang semakin terlihat lemas, Yoona berinisiatif untuk mengambil ponselnya guna menghubungi ayah si pasien. Namun hal itu terbatalkan, jemputan Taehyun akhirnya datang.

"Oh? Itu Yeonjunnie."

"Yeonjun?" Taehyun mengernyit dalam pejamnya.

"Bukan ayahmu ternyata yang menjemput."

TWIN FLAME ◍ [Taehyun & HueningKai]Where stories live. Discover now