| 05 | Impian Tak Sampai

103 15 18
                                    

MALAM Minggu merupakan malam yang bisa dibilang sangat menyenangkan. Selepas enam hari belajar dan menghafal kitab suci, kini tibalah waktunya bagi para santri untuk menikmati hari tenang. Yep, hari tenang sebelum kembali tertekan di hari Senin. Hehehe.

Pada malam itu, Boboiboy mengajak Ali dan Khai untuk bersantai di Common Room. Common Room itu memang sering digunakan oleh para santri untuk bersantai dan menggunakannya. Guru-guru juga membolehkan santri untuk tidur disana, tapi hanya berlaku untuk malam Minggu saja.

Bukan hanya Boboiboy, Ali, dan Khai saja yang sedang asyik berbaring diatas tikar merah. Ada Gopal yang khusyuk memakan camilan kesukaannya dan Fang yang nampak sibuk membaca buku.

"Fang, nanti aja baca buku UTBK-nya bisa, nggak? Nyantai dulu," ujar Gopal sambil melirik Fang heran.

Fang menggelengkan kepalanya. "Terserah gue mau belajar atau nggak dan sekarang gue mau belajar."

"Iyeee, tahu. Cuma masalahnya, ini, tuh, udah malam Minggu. Otak lo butuh istirahat. Lihat, tuh, Boboiboy. Pinter juga kayak lo, tapi sekarang lagi asyik ngobrol sama adek-adeknya itu," timpal Gopal lagi seraya menepuk jidat melihat Fang. Bisa-bisanya ada manusia seperti Fang yang masih berada dalam mode ambisiusnya ini.

"Tumben bener perhatian, biasanya juga bodoamat, bilang gue lebay kalau urusan belajar," sindir Fang yang masih fokus pada buku yang sedang dibacanya.

"Yeuuuu, perhatian salah. Terus lo maunya gue ngapain? Kayang?"

"Nggak usah ngapa-ngapain."

"Sialan lo, ah."

"Waduh, Bang Gopal nggak boleh kasar gitu," celetuk Ali tiba-tiba. "Nanti aja pas jabatannya udah lengser."

"Beberapa minggu lagi udah mau lengser, Li," balas Gopal. "Lagian, Si Landak Ungu ini. Gue khawatirin dia malah disalahin. Nanti giliran gue nyinyir disalahin juga. Dasar emang. Jodoh Ying, bukan?"

"Nggak usah bawa-bawa nama orang, woy!" Fang langsung menimpuk kepala Gopal dengan buku soal miliknya. "Mending lo diem aja, Jomblo!"

"Waduh, Bang Gopal dibilang jomblo, Khai!" seru Ali dengan polosnya.

"Naisuuuu ..." Khai hanya menanggapi dengan sengiran dan kedua tangannya mengacungkan ibu jari, sementara Boboiboy yang melihat Fang dan Gopal hanya tertawa kecil seraya menunjukkan salah satu ibu jarinya, mulai menunjukkan pose andalan bapak-bapak. "Terbaik."

"Ih, kok, malah nimpuk gue pakai buku? Boy, bilangin temen lo, nih. Jangan belajar terus. Gue kasian lihatnya," lapor Gopal sambil mengelus kepalanya yang tadi terkena pukulan buku soal milik Fang.

"Main lapor mulu. Dikata anak kecil apa?" Fang memutar bola matanya malas mendengar ujaran Gopal. "Ngurusin banget, padahal cuma gara-gara gue baca buku doang."

"Ini beda, Prebet Pang."

"Woy! Jangan panggil gue itu. Jelek banget!"

"Terserah gue, lah! Maksud gue ... ini, tuh, nggak biasanya lo buka buku saat malam tenang begini. Malam Minggu, tuh, malam tenang, lho. Lo sendiri yang bilang ke gue waktu itu," bantah Gopal. "Makanya gue heran tiba-tiba banget lo bawa buku UTBK kesini. Mau ngambis disini ternyata."

"Benar kata Gopal," ujar Boboiboy. "Lo dari kemaren lagi gampang tantrum kayak cewek gegara ngerjain soal UTBK. Besok aja. Malam ini istirahat dulu."

"Huft ... satu soal lagi. Soal penalaran," putus Fang pada akhirnya. Dalam hati, ia membenarkan ucapan teman-temannya karena jujur, keseringan belajar yang ia lakukan malah membuat otaknya panas dan sulit berpikir. Rasanya ia ingin menyerah saja.

Dari Jendela Santri (Boboiboy X Ejen Ali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang