30. Gebyar Sains Nasional

813 3 1
                                    

Hari Minggu, lapangan parkir di SMA Valerie ramai oleh para siswa dari ekskul KIR yang akan mengikuti lomba Gebyar Sains Nasional (GSN). Ben terlihat sedang mengabsen anggotanya yang baru datang, dua petugas bis membantu membereskan koper-koper para murid dan boks berisi alat peraga lomba.

Nathan terlihat sibuk dengan telponnya, ia berulang kali mengkonfirmasi hotel tempat mereka akan menginap dan beberapa kebutuhan peserta lainnya. Sementara para peserta lomba yang tidak terlalu sibuk, membentuk kelompok-kelompok kecil dan berbincang santai di bawah pohon trembesi dekat parkiran.

Rose membantu Imel mengecek perlengkapan yang mereka bawa. Kakak kelasnya yang ambisius dan perfeksionis itu memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal. Rose memutar bola matanya, ia lelah dan ingin cepat-cepat naik ke bis yang ber AC.

Ben melihat arlojinya, lalu berseru. "Lima belas menit lagi berangkat! Yang udah beres-beres langsung naik ke bis! Ayo! Ayo!"

Melihatnya berkeliling sambil menyuruh anggota ekskul naik ke bis membuat Ben terlihat seperti kenek bis yang pernah Rose lihat di televisi. Badannya yang kurus dan jakung, dengan baju kebesaran membuatnya semakin cocok.

Rose dan Imel pun langsung naik ke bis. Bis itu berwarna silver dengan logo SMA Valerie di sisi sampingnya, bagian dalamnya luas dan nyaman, terdiri dari bangku yang disusun dua-dua, juga tersedia colokan untuk charger, AC yang kencang, bantal, wifi dan toilet.

Imel tiba-tiba menarik ujung blus Rose. "Kita duduk di sini aja," katanya sambil menepuk bangku urut kedua di sebelah kanan.

"Kenapa?"

"Pak Nathan pasti duduk di belakang supir." Imel melirik ke bangku paling depan di barisan tersebut.

Rose tertawa getir walau di dalam hati menggerutu. Pak Nathan terus! Rose kadang capek sendiri mendengar Imel bercerita ini-itu tentang Nathan. Namun, pada akhirnya Rose menurut dan duduk di bangku tersebut. Ia berada tepat di samping jendela. Mata Rose langsung memandangi parkiran yang semakin lengang karena semua siswa sudah masuk ke bis.

Nathan yang terakhir masuk, ia langsung melirik Ben yang duduk di baris pertama, tepat depan Imel.

"Sudah lengkap semua?" tanyanya pada Ben.

Ben mengangguk mantap. "Sudah sesuai Pak, 31 siswa, ditambah Bapak jadi ada 32."

"Oke, kita berangkat sekarang." Nathan memberi instruksi kepada supir bis tersebut. Ia lalu duduk di bangku paling depan, sesuai perkiraan Imel. Cuma karena Ben sudah duduk di bangku depan Imel, jadi Nathan duduk di sebelah jendela, tepat di depan Rose.

Rose bisa menghirup aroma parfum Nathan dengan jelas. Aroma musk yang biasa ia cium saat hidungnya bersentuhan dengan kulit Nathan. Rose memejamkan matanya, kepalanya bersender di kaca, membayangkan adegan percintaan mereka berdua.

Duh, udah dua hari gak main sama Pak Nathan! Gerutu Rose sambil merapatkan kedua pahanya. Ia mengutuk kenapa menstruasinya harus datang saat nafsu birahi keduanya sedang memanas. Bukan hanya Rose, Nathan juga tampak kecewa dengan itu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan siklus biologis para perempuan.

Perjalanan menuju Sentul terasa lebih lancar siang itu, tidak terlalu macet. Kanan kiri mereka sudah dipenuhi bukit-bukit hijau dan jejeran pohon yang rapi. Bis itu memasuki gerbang besar, melewati pemeriksaan petugas dan melaju lagi di jalan dua ruas yang lebih sepi dan teduh. Selepas melewati deretan pohon, mereka disambut oleh pemandangan danau besar.

Di belakang danau itu berdiri gedung hotel yang besar dan mewah, dengan eksterior kotak-kotak berwarna krem yang terlihat menyatu dengan warna hijau alam di sekitarnya. Mereka harus memutari danau itu dulu sebelum sampai di lobi hotel.

Living Secretly with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang