Pool

1 1 0
                                    

Para Umamusume setelah pemanasan langsung saja berenang dengan perasaan gembira. Sepertinya tidak ada pelajaran khusus ketika Rika-san lagi absen. Biasanya kayak gimana?

"Horaaaaa!" aku bisa melihat Twin Turbo membelah air di samping kolam. Kenapa cuma disamping saja? Apa dia takut ke tengah?

Wajar saja. Dia pendek, heh.
Tanpa sadar aku menyindir.

"Hup, hup.."

Ikuno Dictus terlihat berenang santai saja. Namun aku sempat mengira kalau dia adalah seorang atlet renang. Caranya melakukan di air itu begitu rapi dan juga cepat. Seorang perfeksionis memang beda.

"T-taskete---bururur!?"

"Matikane!??" kagetku melihat gadis kuda satu itu mau tenggelam. Padahal beberapa saat lalu dia baru jadi model pemanasan.

"Horrrraaa!" disaat bersamaan Twin datang untuk menyelamatkan.
"Aku datang..!"

Sesaat ia sudah sampai dan ingin membawa Matikane ke samping kolam tiba-tiba saja dirinya ikut tenggelam karena berat badan yang kalah dari orang yang ditolongnya.

Alhasil kini ada 2 orang yang meminta tolong.

Beberapa saat kemudian keduanya berhasil ditolong berkat bantuan yang lain. Aku mengangkat badan Twin ke atas karena ia terlihat begitu ringan. Anak ini tak sadarkan diri dengan kelopak memutih.

Niatnya mau menolong tapi malah jadi korban.

Aku menekan dadanya secara bertahap. Ada cara tercepat dengan memberikan nafas buatan tapi masih aku tahan sebagai opsi terakhir.

"Uharyh! Uhuk, uhuk!"

"Syukurlah.." legaku melihat Twin seketika langsung sadar.

Di sisi lain Ikuno tengah menenangkan Matikane Tannhauser yang masih dalam cara mencari nafas.

"Apa yang kamu pikirkan sampai pergi ke bagian tengah?"

"Gomen.."

Prok, prok!

Aku bertepuk tangan untuk menarik perhatian semuanya.

"Waktunya istirahat..." yang lainnya yang mengerti maksud aku melakukan itu segera mengakhiri sesi renang.

"Sensei, saya ingin membawa Twin Turbo ke ruangan UKS. Bisa saya minta bantuan anda?" tanya Ikuno Dictus.

Aku melirik Matikane Tannhauser. Mungkin maksudnya dia ingin aku menolong Matikane dan membawanya juga.

"Tentu.."

"Arigatou sensei.."

Ikuno Dictus menggendong Twin Turbo dibelakangnya sementara Matikane Tannhauser aku gendong dari depan.

"M-maafkan saya, sensei. Telah buat anda kerepotan.."

"Bukan masalah. Tugasku adalah menolong kalian.."

Tapi aku baru tahu bila Matikane tidak terlalu mahir berenang.

"....." Aku lihat Ikuno Dictus sudah lumayan jauh di depan, itu membuatku bisa bertanya pelan-pelan ke Matikane.

"Kenapa kamu ke tengah tadi? Aku tahu kamu ingin cepat mahir tapi itu membuatku mencelakai diri sendiri.." seruku bertanya.

"Maaf.."

Matikane Tannhauser hanya menjawab maaf saja. Tidak ada yang lain. Pikirku begitu. Hingga dia mulai curhat.

"Sensei, jujur saya tidak begitu yakin dengan kemampuan sendiri. Berbeda dengan Anggota Tim Canpos seperti Ikuno Dictus ataupun Twin Turbo. Saya begitu biasa-biasa saja.
Satu-satunya keunggulan saya karena memiliki darah keturunan yang membuat kaki ini lebih cepat dari gadis kuda lainnya. Tapi jika dikira lagi saya tidak terlalu jauh dari mereka yang merupakan Umamusume 'biasa'..."

"Ternyata rasa percaya diri juga dapat dialami oleh mereka para gadis muda dengan darah keturunan..."

"Aku pikir tidak begitu.."

"?"

"Nyatanya kamu berada di dalam Team Canpos. Matikane-san, kau berlatih sampai sekuat ini demi tim'kan?" Matikane Tannhauser mengangguk pelan.
"Itu sudah cukup menjadi bukti kalau kau tidak jauh berbeda dengan yang lain. Semua latihan yang kamu lakukan selama ini adalah hasil dari kerja kerasmu. Kamu bekerja lebih keras daripada yang lainnya. Dan kecepatan kaki itu yang kau bicara karena darah keturunan bukanlah suatu warisan... Melainkan kerja keras yang selama ini kamu tekuni!"

"!"

"Aku tidak akan membiarkan teman dari muridku berkecil hati karena prestasi gadis kuda lainnya. Kamu juga layak untuk dipuji atas kerja keras itu.."

"Sensei."

..

"Sensei, terimakasih sudah membantu saya menggendong Matikane Tannhauser.." ucap Ikuno setelah kami sampai di ruangan UKS.

Twin Turbo terlentang di atas ranjang masih tak sadarkan diri. Malahan dia tidur. Aku jadi kasihan sama petugas yang mengerikan kasur itu.

"......." Matikane sendiri juga tiduran di dekat Twin.

"Setelah ini jam pelajaran, bukan? Kau harus kembali ke kelas. Aku akan menjaga mereka sampai dokter muncul.."

"Hai.."

Ikuno Dictus mendadak berhenti di depan pintu.

"Sensei.." umamusume satu ini tiba-tiba hormat di depanku.
"Kata-kata yang anda ucapkan itu sangatlah bermakna bagi Matikane Tannhauser. Sekali lagi terimakasih banyak.."

Aku cuma tersenyum dan melihat Ikuno keluar dengan senyuman juga.

Kalimat Ikuno sedikit menyenangkan hatiku. Kenapa sedikit?

Mungkin karena dulu aku membiarkan teman satu klub lariku untuk depresi tanpa memberikan satu kata semangat pun.

Apa yang aku lakukan ke Matikane Tannhauser mungkin cuma mengangkat beban masa lalu itu.

Ikuno Dictus : Start to EndWhere stories live. Discover now