05

815 104 7
                                    

***

"Jadi bagaimana Jihan? Apa yang akan kamu pilih, karir yang kamu rintis susah payah atau suamimu?" Pertanyaan Hanna membuat Jihan diam tak berkutik.

Satria tersenyum puas melihat Jihan tak bergeming, istrinya benar jika Jihan akan sulit memutuskan karena keduanya itu penting bagi hidup Jihan. "Sudah jelas bukan Hendra? Segeralah mengemas barang-barang mu dan pergi dari kediaman Atmaja." Hendra menatap tajam pada Satria. Hendra merasa ada yang janggal dari kakak iparnya ini.

"Bersiaplah di pengadilan, aku akan memanggil pengacara terbaik dari italia untuk Jihan." Ucap Bima, Hendra mengalihkan pandangannya pada Jihan yang tidak berucap apapun, dia tersenyum miris karena sudah tertipu untuk kesekian kalinya, selalu salah menilai jika Jihan telah berubah.

Menenangkan hatinya yang bergemuruh Hendra mencoba tersenyum manis, rasa sakitnya melebihi sakit yang dialami sebelumnya. Kebahagiaannya hanya berlangsung sesaat. "Baiklah. Saya permisi."

"Tunggu!" Hendra berbalik dan bertanya melalui mata saat Jihan menghampirinya.

"Berikan aku waktu untuk berbicara berdua dengannya." Jihan meminta izin pada keluarganya, dan Bima memberikan izin.

Hanna melihat kepergian Jihan dan Hendra untuk berbincang dengan tersenyum lebar, tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. "Sudah aku bilang kan Bu? Jika Jihan diancam tentang karirnya dia pasti akan mengalah dan akan menuruti kemauan kita."

Salma mengangguk setuju, "Jika tahu akan semudah ini, kenapa kita tidak melakukannya dari dulu?"

"Yang terpenting sekarang, Jihan sudah ada pada kendali kita Bu." Tutur Satria dibenarkan oleh Hanna.

"Jihan kenapa lama sekali berbicara dengan Hendra?" Tanya Bima.

"Mungkin Hendra meminta harta kita dengan mengancam Jihan." Penuturan Hanna membuat Satria beranjak.

"Aku akan menyusul mereka." Usulan itu diangguki oleh keluarga Atmaja.



***

Hendra membersihkan apartemen yang telah dia tinggalkan setelah menikah dengan Jihan dan menetap di kediaman keluarga Atmaja.

Tidak terlalu kotor karena setiap satu bulan sekali dia akan memanggil jasa tukang bersih untuk membereskan apartemennya. Tapi, badan Hendra terasa begitu letih, fisik dan mentalnya sangat lelah. Mungkin dia bisa terlelap dengan nyenyak malam ini karena kelelahan.

Drttt drrt drrt

"Yogi memanggil"

"Halo?" Sapa Hendra.

"...."

"Kamu sudah mendengarnya? Dari siapa?" Hendra terkejut mendengar pernyataan Yogi diseberang sana.

"...."

"Aku mengerti, nanti akan aku kirimkan data yang harus kamu pelajari. Terimakasih sebelumnya."

Bip!

Dilemparnya telepon genggam ke sofa, bergegas untuk memasak karena perutnya sudah berbunyi dan minta untuk diisi.

Disisi lain keluarga Atmaja sedang mengadakan makan malam bersama. Atmosfer di meja makan terasa seperti kutub utara, yang memang sebelumnya sudah dingin ditambah kejadian beberapa jam sebelumnya yang membuat mereka perang dingin.

"Kenapa kamu tidak makan Jihan?" Tanya Bima yang melihat Jihan daritadi hanya memainkan makanannya.

"Aku tidak berselera makan, setelah apa yang aku alami hari ini." Jawab Jihan dengan tidak menatap ayahnya.

Us Again (On Going)Where stories live. Discover now