PRA WEDDING

32 3 0
                                    


"Euhhh...", seseorang membuka suara.







Renjun menatap kesumber suara.

"Bingung mau mulai dari mana", ucap khatrina.

Renjun hanya menatapnya sekejap, lalu memainkan ponselnya.

"Kak renjun tidak kerja hari ini?"

"Nggak, saya ngambil cuti"

"Soal tadi, kakak udah tau mengenai rencana ini?", tanya khatrina to the point.

"Iya"

"Kakak setuju?"

Renjun mengambil jeda untuk menjawab pertanyaan khatrina, lalu dia berkata.

"Saya tidak bisa nikah sama orang yang beda agama"

"Beda agama?"

Renjun menyodorkan ktp miliknya, terpampang jelas bahwa dia beragama islam.

"Gw pikir orang khristen, mukanya gak kayak orang islam", ketus khatrina dalam hatinya.

"Terus kenapa gak kakak tolak perjodohan tadi?", tanya khatrina penasaran.

"Itu bukan urusan kamu", jawab renjun seadanya.

"Jelas urusan aku lah, kakak kan dijodohinnya sama aku juga"

"Mau pulang sekarang?", tanya renjun menghentikan obrolan.

"Kenapa?", kata khatrina heran.

"Papah sama mamah kamu ngabarin aku buat anterin anaknya pulang"

"Loh kok gitu"

"Katanya masih ada urusan"

Tanpa aba-aba, renjun pun pergi meninggalkan meja makan itu. Dengan terpaksa, khatrina mengikuti lamgkah renjun agar tidak tertinggal.

Sampainya di depan mobil, renjun seketika membuka pintu untuk khatrina.

"Makasih", ucap khatrina kemudian ia masuk duluan.

Dalam mobil, tidak ada percakapan yang timbul sama sekali.

Tiba di depan rumah khatrina, renjun beranjak membukakan pintu kembali.

Setelah terbuka,

"Semua orang punya kepentingan yang berbeda, dengan cara yang kadang sama atau tidak. Tapi kalo kamu tidak punya kepentingan, akan lebih mudah untuk keluar dari masalah", kata renjun yang sedang membukakan pintu mobil untuk khatrina.

Khatrina malah semakin bingung dengan bahasa politik yang renjun keluarkan, ia memilih untuk masuk kedalam rumah duluan.

"Ca, aku harus gmn?", tanya khatrina sedang curhat pada sahabatnya.

"Ya itu lu mau nggk sama dia?", tanya balik marsha.

"Ganteng sih, sopan, act of servies juga. Lu kan tau gw mudah luluh sama yang peka kayak gitu", jelas khatrina.

"Jadi?"

"Dia gak mau nikah sama yang beda agama?"

Sontak kaget marsha, tidak habis pikir bahwa renjun beragama islam.

"Tapi kalo gw jadi lu ya khat, gw bakal langsung terima deh tu cowok. Secara dia punya skill yang tinggi, mana ganteng sama tajir pula", celetuk marsha.

"Yaudah lu aja yang nikah"

"Kalo bisa sih mau"

"Au ah setres lu, gak beres ngobrol lama² sama marsha"

TUHAN KITA BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang