Chapter 38: Tuntas

292 5 0
                                    

Di markas Thunder mereka tak langsung diantar ke kantor polisi, namun terlebih dahulu Marchel menelfon Vano dan menyuruhnya datang ke markas Thunder beserta orangtuanya.

Beberapa menit kemudian, Vano telah tiba beserta dengan Denis dan juga Melinda, ini kali pertama Denis dan Melinda ke markas Thunder.

"Van, kita udah ketemu dalang dari hilangnya Zervan sebelum dia pergi" ujar Marchel.

Vano menoleh ke arah para tersangka itu, begitu juga dengan Denis dan Melinda.

Denis menghampiri Raymond yang terduduk di tanah bersama dengan anak buahnya Denis berjongkok didepannya.

Ketika yang lain mengira Denis akan memukul atau memaki karena telah menyiksa Zervan, ternyata itu salah besar.

Denis mengusap puncak kepala Raymond dengan lembut layaknya anak sendiri.

Denis menghela nafas, "janji jika Zervan yang  terakhir ya, jangan ada korban lain yang merasakan penyiksaan yang kamu lakukan kepada Zervan" ujar Denis dengan diakhiri senyum tulusnya.

Raymond terkejut dengan sikap Denis yang tak ia duga, ia berfikir jika Denis akan memukul atau bahkan mencaci maki nya namun, hal lain yang terjadi dimana Denis bahkan mengelus lembut puncak kepalanya.

"Kalian jangan ada yang menghukum mereka ya, karena saya yakin seyakin nya jika Zervan sudah memaafkan perbuatan mereka"

"Terima kasih sebelumnya telah banyak membantu saya, jika begitu saya dan keluarga saya permisi dulu." Denis, Melinda dan juga Vano pamit dari sana setelah melihat pelaku yang telah menyiksa Zervan.

Ucapan Denis selalu papa kandung dari Zervan berhasil membuat Raymond akhirnya menyadari jika perbuatannya salah dan telah kelewatan batas.

Sementara itu Gerry terus memohon kepada Kai, dan ternyata mereka berdua adalah sepupu, pantas saja Gerry berpesan untuk merahasiakan jika dirinya yang membantu Raymond mencari informasi tentang Zervan.

Gerry tau jika Kai sangat tak suka jika teman temannya diganggu, dan perbuatan Gerry yang membantu Raymond adalah keputusan yang salah.

"Gue gak habis pikir sama lo Ger, dibayar berapa lo sama dia hah? " mimik wajah Kai kini terpancar kekecewaan yang mendalam kepada sepupunya yang selama ini ia percaya.

Gerry benar benar tak tau harus apalagi, ia belajar hingga jadi seperti sekarang itu berkat Kai yang membantu mengajarinya.

Namun balasan Gerry malah membuat Kai merasa sia sia mengajari Gerry tentang semuanya.

"Nyesel gue ngajarin lo, kalo tau endingnya gini mending gue tolak ngajarin lo waktu itu"

Ingin rasanya Kai mengulang waktu untuk tidak mengajari Gerry, namun ia tak bisa melakukan itu karena sangat mustahil.

Selang beberapa lama mereka membawa Raymond dan anak buahnya ke kantor polisi.

Setibanya mereka dikantor polisi sedikit membuat orang orang disana teralihkan fokus ke mereka yang datang secara ramai.

Marchel sebagai perwakilan menjelaskan permasalahan dan memberikan bukti rekaman percakapan Raymond dan anak buahnya saat berada di rumah itu.

Bukti sudah kuat membuat Raymond akhirnya dinyatakan bersalah dan akan menjalani persidangan untuk kasus yang telah mereka lakukan.

Singkat cerita dipersidangan sudah banyak yang menghadirinya diantaranya para orangtua tersangka dan tentunya Denis beserta keluarganya yang merupakan keluarga dari Zervan.

Persidangan pun berlangsung, semua tersangka mengaku perbuatan mereka dengan jujur.

Didetik terakhir persidangan berakhir, Marchel seperti melihat sosok Zervan yang tersenyum kearahnya  seakan berterima kasih atas semua keadilan.

Para tersangka dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan, mereka hanya bisa menunduk bersalah.

Sepulang dari pengadilan, Denis dan keluarganya menyempatkan untuk mampir ke makam Zervan.

Mereka menaburkan bunga diatas makan Zervan, sedikit demi sedikit mereka mulai mengikhlaskan kepergian Zervan.

'Zervan, sekarang keadilanmu telah terpenuhi nak, kamu istirahatlah yang tenang ya' batin Denis mengelus nisan Zervan.

Vano menatap nisan Zervan, matanya menunjukkan betapa rindu ia dengan saudara tirinya yang telah ia anggap abangnya sendiri itu, namun ia juga sudah mulai mengikhlaskan kepergian Zervan.

Meskipun Zervan sudah pergi untuk selama lamanya, namun sosoknya akan selalu ada di hati mereka.

"Pah, kita pulang sekarang? " tanya Vano.

"Yaudah ayo kita pulang, kapan kapan kita kesini lagi" balas Denis.

Mereka bertiga pun berdiri dan segera meninggalkan pemakaman untuk segera pulang ke rumah.

Selama perjalanan pulang, Vano masih terfokus dengan foto masa kecilnya bersama Zervan.

"Liatin apa sih Van? Serius banget" tanya Melinda penasaran.

Vano menunjukkan foto itu, "liat deh mah, lucu kan?" tanya Vano.

Melinda terkekeh pelan, "ya dong, sekarang aja udah tampan" balas Melinda membuat Vano tersenyum.

"Tapi sayangnya, satu lagi udah disurga" ujar Vano, yang tak lain tertuju pada Zervan yang telah tiada.

"Dia nungguin kita disana, nanti ketika waktu kita tiba kita bakal ketemu lagi sama Zervan" ujar Denis yang masih fokus menyetir mobil.

"Van, kita harus ikhlas agar Zervan tenang disana " lanjut Denis.

Vano mengangguk paham, "iya pah, Vano berusaha untuk ikhlas untuk kepergian Zervan, Vano yakin dia udah ketemu sama bundanya sekarang" ujar Vano.

Setibanya mereka dirumah, Denis tak langsung masuk namun ia kembali kekantor karena ada rapat katanya, sementara Vano sudah menuju kekamar untuk beristirahat karena lelah seharian ini.

Melinda yang baru saja selesai berpamitan dengan Denis juga kemudian masuk kedalam rumah dan niatnya mau istirahat.

Namun sebelum ia sampai di tangga untuk menuju kekamar, perutnya yang sudah berbunyi membuatnya mampir sebentar didapur untuk mengisi perutnya yang telah keroncongan.

Bersambung..........

ZERVAN || By : MIFTAH_ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang