2. Mencari Peluang

2 1 0
                                    

Lyra merasakan sesuatu menabrak bahunya dari belakang, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan keras.

"Sial, sakit sekali!" teriak Lyra, merasakan rasa sakit yang menusuk di bahunya.

"Tunggu... sakit???" Lanjut Lyra teriak, mencoba memahami apa yang terjadi.

Seorang ibu yang lewat menghampiri Lyra dan menegurnya, "Hei, jangan teriak, ini bukan pasar. Dasar gila."

Lyra tidak memberi perhatian pada kata-kata ibu tersebut. Dia masih terkejut menyadari bahwa ini bukan mimpi, melainkan nyata. Dia memperhatikan tahun yang tertera di toko di sekitarnya, dan melihat angka "2018".

Hatinya berdebar kencang, mencoba memahami betapa tidak masuk akalnya situasi ini. Dia berusaha untuk merangkul kenyataan bahwa dia telah kembali ke masa lalu, ke tahun 2018. Tapi di dalam kebingungannya, Lyra merasa sebuah kegembiraan dan kekhawatiran campur aduk, tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Lyra tiba-tiba teringat akan momen di balkon kamarnya saat dia menangis karena kisah tragis Joon Woo. Dia mengingat kata-katanya sendiri.

"Andai saja aku bisa balik ke masa lalu, aku akan menjauhkan Joon Woo dari wanita sialan itu."

Seketika, pikiran Lyra melayang jauh, dan dia merasa seperti hatinya melonjak ke dalam kegembiraan yang luar biasa. Dia tidak percaya pada keberuntungan yang tiba-tiba menghampirinya.

"Wahhh deabakkk, aku balik?? Jinjaaaa, aaaaaaaa, senang banget!" teriak Lyra dengan suara penuh kegembiraan, sambil loncat-loncat di tempat.

Lyra menyadari bahwa mimpinya untuk kembali ke masa lalu telah menjadi kenyataan. Dia kembali ke 7 tahun yang lalu, ke waktu di mana dia memiliki kesempatan untuk mengubah takdir Joon Woo dan membawanya ke jalan yang lebih baik.

Dengan hati yang penuh harapan dan tekad yang bulat, Lyra siap memulai petualangan baru dalam perjalanan waktu ini. Dia bertekad untuk melakukan segala yang dia bisa untuk mencegah tragedi yang menimpa Joon Woo, dan untuk memberinya kesempatan untuk menemukan kebahagiaannya yang sejati.

Dan dengan itu, Lyra memulai langkah pertamanya menuju perubahan, dengan keyakinan bahwa tindakannya akan membawa perubahan yang positif, tidak hanya bagi Joon Woo, tetapi juga bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Lyra berlari dengan penuh semangat ke rumah neneknya, hatinya dipenuhi oleh rasa antusiasme yang membara. Dia merasa bahagia bisa kembali ke rumah tempat dia dibesarkan, di mana banyak kenangan indah yang terpatri di sana.

" Ibuuuu, ibuuu!" teriak Lyra dengan suara yang penuh kegembiraan.

" Apa sih teriak-teriak?" jawab ibunya yang baru saja keluar dari dapur, dengan ekspresi heran.

Lyra mendekati ibunya dengan langkah yang cepat, dan saat dia melihat wajah ibunya yang masih muda, dia merasa terharu. Tanpa ragu, dia memeluk ibunya dengan erat, membiarkan air mata kebahagiaan mengalir dari matanya.

" Ibu, aku bahagia, hiks... aku akan mengubah nasib kita, hiks... kita akan bahagia," ucap Lyra dengan suara lirih di antara isak tangisnya.

Ibunya, terkejut oleh reaksi Lyra yang mendadak ini, memeluknya dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dia merasakan getaran emosi dari putrinya, dan dia tersenyum dengan haru, merasa bangga dengan keberanian dan tekad Lyra untuk mengubah nasib mereka.

Dalam pelukan hangat ibunya, Lyra merasa penuh dengan harapan dan keyakinan bahwa mereka berdua akan mampu menghadapi segala tantangan yang akan datang, dan bersama-sama, mereka akan menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih bahagia.

"Kenapa tiba-tiba begini? Kamu ada masalah? Ada yang bully kamu di sekolah?" tanya ibu dengan nada khawatir.

Lyra teringat akan masa SMA-nya yang penuh dengan tekanan dan cobaan. Dia sering di-bully karena menjadi pusat perhatian beberapa cowok populer di sekolah, dan juga karena mendapat perhatian khusus dari beberapa guru.

Love Crosses Timeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें