23. Love or obsessed?

18 2 0
                                    

⚠️ Alurnya makin GJ
⚠️ Typo bertebarannnnn
⚠️ 15+

Sekedar info:
Sesuai sama apa yang ada diatas, sebenarnya bukan tentang yang menjerumus pada howe howe, tapi menurutku kalo kalian masih dibawah umur yang diatas mending skip aja.

Tapi kalo masih mau lanjut itu terserah kalian. Ini gak lebih dari chapter sebelumnya.

____________

" Ketua Jeon Dia .......
















































Sama sekali tidak mati."






Ucapan itu tentu membuat Jiya tertegun, ia mengerjap bingung tak mengerti.

" Apa maksudmu?."

" Dia sudah kembali?."

Ia akui ia bodoh saat ini, ia sama sekali tak mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh Asahi. Ia berjalan mendekat ke arah Asahi yang masih diam di depan pintu.

" Orang itu melepaskan paman karena sudah gagal membunuhmu dan yang lain."

Kening Jiya mengerut, " yang lain?."

Dengan samar Asahi mengangguk, " sebelum kau ... Jeongwoo dan Hyunsuk sudah hampir mati."

JDAR!!

Terdengar suara gemuruh hujan yang sangat kuat di luar, hawa diruangan tamaram itu bertambah sangat dingin sekarang.

Jiya tersentak, ia merasakan satu tangannya digenggam dan pelakunya adalah Asahi. Pria itu tersenyum singkat membuat sesuatu yang aneh terjadi pada hatinya, ia hanya membalasnya dengan tersenyum kecil.

" Kita harus pulang."

Jiya menganguk, ia juga ingin segera lepas dari penjara mimpi ini. Ia ingin cepat kembali seperti dulu bersama keluarganya.

" A-asahi?" Panggil Jiya.

" Ada apa?" Tanya Asahi heran melihat raut aneh Jiya. " Katakan."

" Bukan apa-apa ... Emm, Junkyu? Dimana?."

Asahi menaikkan sebelah alisnya pada Jiya, " jika hanya itu kenapa gugup sekali ketika kau ingin bicara?" Asahi sungguh adalah orang pengamat yang sangat ahli.

" Jawab saja.." kata Jiya sedikit malas.

" Dia sedang beristirahat, saat menggali tanah tadi dia tiba-tiba berteriak dan jatuh kedalam lubang menyebabkan kakinya terkilir dan beberapa luka yang dia dapat." Jiya menganguk saja dan tak ada jawab lain.

" Baiknya kau jenguk di–."

" Tidak akan."

Asahi menghela nafas pelan, memutar kuncinya lalu membuka pintu tersebut. Sejenak mereka hanya berdiri disana dengan tangan yang masih bertaut.

Jiya melirik Asahi didepan, tiba-tiba saja perasaannya menjadi tak enak ditambah adanya rasa canggung? Atau semacamnya, Jiya tak mengerti.

" Aku akan pergi kesuatu tempat ... Mau ikut?."

Jiya menggeleng sebagai jawaban. Asahi tersenyum, tangannya terangkat untuk mengusak kecil surai halus Jiya. Melepas tautan tangan mereka lalu pergi.

Jiya masih tetap ditempat, Bahkan saat punggung itu sudah hilang tenggelam di belokan Jiya masih setia diposisinya.

Jangan bilang pada siapapun bahwa perempuan ini sedang mencoba menyembunyikan senyumannya. Tapi kemudian ia menggeleng kuat mencoba mengusir perasaan aneh dari hatinya.

RUBY WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang