-Part 44-

831 143 38
                                    

Beberapa orang Dokter dan juga suster bergegas memasuki ruang inap itu lantas mereka menghampiri Chaeyoung.

"Hiks Chaeng-ah" Isak Lisa menggenggam tangan Chaeyoung dengan erat.

"Permisi" Kedatangan sang Dokter membuat Lisa terpaksa menjauh dari kasur Chaeyoung.

"Li" Panggil Jisoo membawa Lisa kedalam dakapannya.

"Hiks Eonnie" Isak Lisa membalas dakapan Jisoo.

"Chaeyoung bakalan baik baik saja" Bisik Jisoo walaupun dia juga ragu dengan kata katanya.

"Chaeyoung-ah, jangan pergi" Batinnya.

"Bawa keruangan operasi sekarang!" Teriakan itu membuat suasana semakin panik.

"Kondisi Chaeyoung semakin memburuk. Kita harus segera melakukan operasi untuk membuang tumor yang ada dikepalanya. Tapi operasi ini tidak sepenuhnya akan berhasil. Chaeyoung hanya punya peluang sebanyak 30%" Jelas Dokter Irene.

Jisoo memegang tangan Irene "Saya mohon, tolong selamat adik saya Dok. Tolong pastikan Chaeyoung bertahan" Mohonnya.

Dokter Irene menatap Jisoo dengan sendu "Sekarang kita hanya bisa menyerahkan semuanya kepada takdir. Doakan saja yang terbaik untuk Chaeyoung" Nasihatnya.

"Nanti suster akan kesini untuk mendapatkan persetujuan dari kalian. Wali Chaeyoung harus segera menandatangani surat persetujuan untuk operasi ini" Lanjut Irene.

"Baiklah Dok" Sahut Jisoo.

Bersamaan dengan itu, seorang suster menghampirinya dengan membawa surat izin untuk menjalankan operasi.

"Eonnie" Lirih Jennie.

Jisoo menatap kedua adiknya secara bergantian lalu dia beralih menatap Dowon dan pria itu mengangguk seakan memberi izin.

Dengan tangan yang gementar, Jisoo akhirnya menandatangani surat persetujuan operasi itu.

"Kamu harus sembuh Chae. Jangan bikin Eonnie merasa semakin bersalah" Batin Jisoo hampir meneteskan air matanya.

*
*

2 jam sudah berlalu namun mereka semua masih saja belum mendapat kabar dari Dokter yang menangani Chaeyoung.

Rasa aneh juga mula menghampiri mereka bahkan sekarang mereka merasa gelisah.

"Tuhan, perasaan apaan ini? Kenapa rasanya persis seperti waktu aku kehilangan Eomma? Tuhan, tolong jangan bawa Chaeng. Lisa mohon" Batin Lisa memejamkan matanya dan terus berdua untuk kesembuhan kembarannya.

Tidak jauh beda dari Lisa, mereka semua juga hanya berdiam diri dan terus berdoa untuk kesembuhan Chaeyoung.

"Tuhan, tolong berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahan aku kepada Chaeyoung. Aku bahkan belum menjadi sosok Appa yang baik untuk Chaeyoung" Batin Dowon.

"Jisoo, Jennie, Lisa" Panggil Chanyeol membuat atensi yang lain tertuju kepadanya.

"Ada apa Oppa?" Tanya Jennie yang juga memilih untuk menunggu didepan ruangan operasi dengan Kai yang membantunya mendorong tiang infusnya.

"Ini untuk kalian" Chanyeol menyerahkan satu kunci kepada Jisoo.

"Kunci apa ini?" Bingung Jisoo.

"Ini kunci apartment Chaeyoung. Dia pernah bilang sama aku kalau dia ingin aku menyerahkan kunci ini kepada kalian" Jelas Chanyeol.

Jennie sontak meneteskan air matanya. Dia masih ingat dengan jelas kata kata yang pernah di lontarkan oleh Chaeyoung waktu mereka ingin menghabiskan waktu bersama.

"Jika suatu hari nanti aku menyusul Eomma, aku ingin Eonnie, Jisoo Eonnie dan Lisa ke apartment aku. Aku sudah membeli apartment itu dan itu akan menjadi apartment kita bersama. Kalau kalian rindu sama aku, kalian ke apartment itu saja. Ada banyak photo aku disana kok. Ada juga photo kita ber4. Hanya itu yang mampu aku tinggalkan untuk kalian. Maaf ya"

"Kamu pasti sembuh Chae. Kita akan menghabiskan waktu di apartment itu bersama sama. Kita ber4 harus melakukan Pijama Party bersama disana" Gumam Jennie menggigit bibir bawahnya.

Ceklekk

Pintu ruangan operasi yang dibuka membuat suasana seketika menjadi tegang.

"B-Bagaimana dengan adik saya Dok? Tumornya berjaya dibuang bukan? Ada saya sudah sembuh bukan?" Tanya Jisoo menatap Dokter Irene untuk menuntut jawaban.

Dokter Irene menatap mereka semua secara bergantian lantas dia menunduk dengan sendu.

"Operasi gagal. Chaeyoung sudah pergi meninggalkan kita semua"

Deg

"Dok, jangan bercanda!" Sentak Lisa memegang kedua pundak sang Dokter lantas dia mengguncangkannya "Jangan main main Dok! Chaeng baik baik saja! Kembaran aku pasti sembuh!" Teriaknya.

Dokter Irene menggigit bibir bawahnya bagi menahan isakannya "M-Maafkan saya" Lirihnya.

Lisa berdecih lantas dia berlari memasuki ruangan operasi dengan nafas yang memburu.

"Apa yang kalian lakukan!?" Teriaknya ketika melihat para suster sudah melepaskan masker oksigen yang dipakai oleh Chaeyoung.

"Pasien sudah menig-"

"Tidak!" Potong Lisa dengan cepat lantas dia menghampiri sosok jasad yang sudah tidak bernyawa itu.

"C-Chaeng, buka mata kamu" Lirihnya mengelus pipi gembul kembarannya itu.

"Chaeng-ah, buka mata kamu. Ini tidak lucu Chaeng. Jangan bercanda. Nanti Lisa nangis loh. Bangun Chaeyoung-ah" Racau Lisa.

"Li" Jisoo bersama yang lain ikut memasuki ruangan itu.

"Eonnie, tolong bangunkan Chaeng. Chaeng lagi tidur Eonnie. Ayo bangunkan Chaeng" Pinta Lisa.

Jisoo meneteskan air matanya "Lisa, tatap Eonnie" Dia menangkup kedua pipi Lisa "Chaeng sudah meninggal"

"Andwae!" Teriak Lisa mendorong Jisoo menjauh darinya.

"Tidak tidak! Chaeng tidak mungkin pergi! Kalian bohong!" Teriak Lisa menutup kedua kupingnya "Chaeng tidak pergi. Ini semua hanya candaan kalian" Racaunya yang tidak mampu menerima fakta yang cukup menyakitkan itu.

"Chaeyoung-ah" Jennie mendekati Chaeyoung lantas dia menggenggam tangan Chaeyoung "Eoh, kamu kedinginan" Dia beralih memeluk badan Chaeyoung.

"Hiks bangun Chaeyoung-ah. Eonnie janji tidak akan melepaskan genggaman tangan kamu lagi. Hiks jangan pergi. Eonnie mohon" Isak Jennie.

Suho bersama yang lain hanya mampu menunduk dan menangis dalam diam. Mereka tidak mampu menenangkan Jennie dan kedua saudaranya itu karena mereka juga cukup terluka atas kepergian Chaeyoung.








Tekan
   👇

Senja ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang