"Non Lia gak pa-pa, Non? Kelihatannya Non Lia lagi banyak pikiran? Ada masalah di sekolah yah, Non?" Tanya Pak Adi, supir pribadi keluarga Mahawirya.
Pria paruh baya itu merasa kebingungan melihat perilaku tak biasa anak majikannya yang terus menerus menatap keluar dari balik kaca jendela mobil dengan gestur tubuh yang terlihat gelisah.
Camelia yang merasa dirinya sedang ditegur, tersentak pelan dan segera menoleh kedepan, menatap supir pribadi Ayahnya yang sedang menatapnya lewat kaca spion dalam mobil.
"Saya gak pa-pa kok, Pak. Cuma kecapekan aja seharian banyak kegiatan di sekolah." Balas Camelia dengan senyuman kikuk.
Pak Adi mengerutkan keningnya samar. Pria itu jelas tahu jika Camelia sedang menyembunyikan sesuatu. Namun ia yang hanya seorang bawahan tak mungkin memaksa anak majikannya itu untuk berbicara secara jujur padanya. Akhirnya Pak Adi hanya bisa menghela napas pelan dan mengangguk paham.
"Kalo lagi ada masalah sekecil apapun itu, diceritain sama Bapak dan Ibu aja ya, Non. Biar Non bisa merasa lega dan nemuin solusi untuk masalah Non Lia." Ucap Pak Adi mencoba menasehati.
Camelia lantas terdiam. Mana mungkin Camelia mau menceritakan masalah ini kepada Ayah dan Ibunya. Yang ada mereka akan mencurigainya karena Camelia ingin menghalangi Kalula pergi pada pesta perayaan ulang tahun Naura untuk menghindari kejadiaan naas itu.
Camelia menggigit bibir bawahnya gusar setelah mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat Camelia gagal membuat Kalula menolak undangan yang Naura berikan secara langsung kepada gadis itu.
Dan hal itu membuat Camelia sangat ketakutan bila kejadian buruk yang pernah terjadi dimasa lalunya akan kembali terjadi, meskipun saat ini Camelia tak bekerja sama dengan sang pelaku utama. Namun kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi terus menghantui Camelia yang membuat Camelia dirundung perasaan cemas.
"... Non Lia? Non Lia beneran gak pa-pa?"
Camelia tersentak kaget mendengar suara Pak Adi yang memanggil namanya dengan cemas.
"Kenapa melamun? Non Lia lagi sakit? Ada yang sakit? Mau saya antar ke rumah sakit aja nih, Non?" Tanya Pak Adi dengan raut cemas setelah melihat Camelia yang terus melamun.
Camelia membulatkan matanya lalu dengan cepat menggelengkan kepala, "Saya gak pa-pa kok, Pak. Saya juga gak lagi sakit, jadi gak perlu ke rumah sakit." Balas Camelia.
"Tapi, Non. Non Lia juga kelihatan gak tenang dari tadi dan wajah non juga pucet—kalo Non emang beneran lagi sakit bilang aja sama saya, Non. Saya gak bisa biarin Non Lia sakit. buat Camelia memutar bola matanya malas.
Namun tak urung gadis itu tersenyum kecil melihat kekhawatiran supir pribadi Ayahnya itu.
"Saya beneran gak pa-pa kok, Pak. Beneran gak sakit juga. Bapak tenang aja. Ini paling karena saya lagi kecapekan aja makanya jadi suka ngelamun." Balas Camelia.
"Tapi, Non..." Kalimat Pak Adi tak berlanjut. Pria itu sedang menimang-nimang haruskah ia melaporkan hal ini kepada kedua majikannya?
"Bapak jangan ngadu yang nggak-nggak sama Mama dan Papa yah!" Ucap Camelia dengan mata menyipit seolah dapat membaca pikiran Pak Adi yang membuat pria itu terkejut.
Pak Adi menggaruk tengkuknya sambil meringis pelan.
"Ya—Yoweslah kalo Non Lia emang gak kenapa-napa." Ucap Pak Adi mengalah, "Tapi kalo beneran sakit jangan sungkan buat minta tolong sama saya yah, Non." Lanjutnya yang membuat Camelia memilih untuk menggangguk saja agar supir pribadi Ayahnya itu bisa tenang dan kembali fokus pada jalanan yang sedang mereka lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...