30. Pelukan

34 7 0
                                    

Jangan lupa Vote⭐
dan Komen☺

*
*
*

"Kak Nisa?"
Panggil Tara yang sejak tadi hanya melamun disofa ruang rawat Syifa.

Annisa berdehem mendengar panggilan itu. Ia tidak mengalihkan fokusnya dari Syifa yang saat ini sedang ia bantu untuk membersihkan diri. Tara tidak melanjutkan omongannya, dan ruang rawat itu kembali sunyi seperti sebelumnya.
Annisa bukan tidak peduli, ia yang hampir selesai dengan acara bersih-bersih Syifa sempat mengernyit bingung atas panggilan Tara.

Beberapa menit kemudian Annisa selesai, ia mulai membereskan bekas kegiatannya tadi lalu tersenyum pada yang sedang terbaring.
"Udah selesai." Ucap Bunda disela membereskan.
"Terima kasih Bundaku Sayang."
Ucap Syifa dengan suara rendah, sejak tadi ia sudah lelah dan benar-benar mengantuk.

"Bunda jemur handuknya dulu, kamu tidur aja." Ucap Bunda mulai berjalan menjauh.
"Kalau ada yang ngga nyaman bilang sama Bibi." Ucap Bunda sebelum masuk ke kamar mandi.

Syifa mengangguk dan tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah mulai terlelap.
Melihat Syifa yang sudah terlelap, membuat Tara sadar dari lamunannya.
Sekarang jam berapa? Syafa dimana? Kok udah sunyi banget?
Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dibenak nya.

Tara melihat jam dipergelangan tangannya, masih pukul delapan dan menurutnya ini masih terlalu dini untuk ikut menyusul kedalam mimpi.
Tara mengalihkan pandangannya pada jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pada malam hari, ia bangkit lalu menutup gorden tersebut.

Annisa keluar dari kamar mandi, ia melihat adiknya menutup gorden dikaca tersebut lalu menghampiri.
"Jangan ditutup Ra." Ucap Bunda mematikan beberapa lampu.

Tara tidak langsung bertanya, dalam keadaan ruangannya yang remang-remang tersebut Annisa menghampiri, lalu ia bawa yang lebih muda untuk keluar.
Begitu sesampainya diluar, mereka duduk dibangku yang ada didepan ruangan Syifa.

"Ini, kakak beneran ngga mau jawab pertanyaan aku?" Tara mulai bertanya. Ia perhatikan yang lebih tua, tubuhnya sudah tidak sekurus sebelumnya namun mata lelahnya masih saja sama.

"Syifa ngga suka kalau gorden dalam ditutup, biar aja dibuka. Biar ngga sumpek katanya." Ucap Annisa sedikit terkekeh.

Tara ikut tersenyum, padahal bukan pertanyaan itu yang ia maksud, bahkan ia belum menanyakan mengenai itu.
"Iyah, nanti aku buka lagi kak."
Tidak ingin membuat sang kakak tidak enak, ia mengiyakan ucapannya.

Setelahnya hening, hanya suara-suara orang lain yang ada dilorong itu. Kedua kakak beradik itu hanya diam, tidak ada yang memulai obrolan.
Sampai Syafa datang menghampiri mereka, bahunya lesu wajahnya menyiratkan rasa lelah.

"Bun... " Panggil Syafa lirih.

Ia tidak mengatakan apapun, begitu Bunda melihatnya ia langsung memeluk Bunda dengan erat.

"Ada apa?" Tanya Bunda pelan.

Tara memperhatikan keduanya dengan sendu, ada perasaan sedih ketika melihat keduanya.

Syafa menggeleng, ia hanya ingin dipeluk Bunda. Rasanya sebentar lagi rasa sedih dan lelahnya akan segera hilang.
"Pengen peluk Bunda aja, aku kangen." Ucapnya semakin mengeratkan pelukan.

"Kamu capek?"
Syafa balas menggeleng.

"Pulang ya? Sama Bibi. Besok katanya mau ambil hasil ujian kan? Bunda usahain bisa ambil langsung." Kini pelukan mereka sudah lepas, Bunda mengusap kepala si sulung yang ada dihadapannya dengan sayang.

"Terus kakak gimana?" Setelah mendengar ucapan sang kakak, Tara menanyakan keadaan kakaknya.

"Ngga gimana-gimana, disini aja nemenin Syifa." Ucap Bunda.
"Kakak minta tolong sama kamu yah Ra, jagain Syafa buat malam ini." Bunda menggenggam tangan Tara, ia berharap Tara mau membujuk Syafa untuk pulang.

MElUKIS SENJAWhere stories live. Discover now