18

198 34 14
                                    

"Bukan gw. Yang lain kali?"
"Ini bukan perjanjiannya!"
"Kan gw bilang bukan gw!"


Hahaha!
Bilang kalau ini mimpi. Seharusnya tadi pagi aku tidak mendengar kata kata Halilintar! Seharusnya tadi pagi aku tidak perlu berangkat ke sekolah.

"Kak Taufan! Ada apa?" tanya Duri menatapku penasaran. Sikap Taufan tiba tiba berubah sehabis menerima sebuah telepon.

Taufan sebenarnya ingin menjawab pertanyaan Duri, namun emosinya sedang tidak stabil. Taufan melempar handphone milik Blaze yang dia pinjam semalam. Duri tentu saja terkejut melihat sikapnya.

"K-kak Taufan?"

Taufan tidak tau cara menjelaskannya ke Duri. Jadi Taufan segera mengambil handphone yang dilemparkannya tadi, pecah tapi masih bisa dipakai. Taufan juga menggenggam tangan Duri dan membawanya ke kelas Gempa.

"Gempa!" panggil Taufan.
"Eh Kalian! Ada apa?"

Taufan menarik nafasnya berusaha menstabilkan emosinya, lalu ia menaruh handphone pecah yang dilemparnya tadi keatas meja Gempa.

"K-"

Tanpa membiarkan Gempa bicara, Taufan segera membisikan sesuatu dan meminta Gempa menjelaskannya ke Duri. Sebelum melihat reaksi adiknya, Taufan langsung saja keluar sendirian untuk menemui seseorang.

-----

Semua begitu cepat, serius!
Solar benar benar menyesal, lebih baik tadi dia tetap dikamar Blaze saja! Ternyata walaupun Blaze sudah sehat, meninggalkannya bukan ide yang bagus. Tapi semuanya terlambat.

Benar, Blaze sudah tiada.
Awalnya Solar kira Blaze tidur, tapi begitu melihat meja disamping kasur Blaze patah terbagi dua, Solar mulai khawatir. Solar menggoyang goyangkan Blaze, memanggil namanya, namun tak kunjung ada jawaban. Solar itu pintar, dia selalu rangking 1, pernah sekali dia rangking 3. Solar tau bagaimana cara mengecek denyut nadi, tapi entah kenapa sekarang Solar meragukan kemampuannya.

Solar mengecek denyut nadi Blaze, hasilnya membuatnya panik. Solar yakin ada sesuatu yang salah, jadi dia memanggil dokter. Bukannya mendapatkan kabar baik, malah kabar buruk yang ia dapatkan. Ini kedua kalinya ia kehilangan saudaranya. Sekarang duo suhu sudah tidak ada lagi.

Hal pertama yang Solar lakukan setelah mendapat kabar itu adalah memastikannya lagi, dia mengecek ulang denyut nadi dan jatung Blaze. Solar benar benar mengecek ulang, bahkan tidak berhenti henti mengecek berulang kali, hingga akhirnya dokter dan suster disana berhasil menenangkan Solar.

Sesudah Solar merasa sedikit tenang, dia memberanikan diri mengabarkan Halilintar dan Taufan. Karena mereka berdualah yang kini memegang handphone. Solar yakin dia akan dimarahi, bahkan lebih. Tapi Solar tidak takut dimarahi, dia bahkan lebih memilih dimarahi, dihukum, dari pada saudaranya yang dia anggap paling menyebalkan ini harus pergi selamanya.

----

"Apa apaan ini?"
"Gw tanya lo apaain Blaze?"
"Ha? Gw gak ngerti apa apa!"

"Serius Da" Taufan menekan kalimatnya. Sosok yang dipanggil 'Da' itu segera melepas cengkraman Taufan dari bajunya.

"Bukan gw. Yang lain kali?" jawab Da santai
"Ini bukan perjanjiannya!"
"Kan gw bilang bukan gw!"

Taufan mengepalkan tangannya, bersiap menghajar sosok dihadapannya ini habis habisan. Namun begitu Taufan melayangkan tinjunya, seseorang datang dari belakang menahan tangan Taufan.

"Jas.." gugam Taufan masih penuh amarah
"Taufan.. justru lo yang ngelanggar perjanjian! Blaze sampai tau banyak karena lo"

"Dengerin! Jangan salahin gw dong" Da membela dirinya.

"Kalian... kalian udah keterlaluan!! Gw bisa laporin semua tindakan kali--"
"Silahkan! Laporin aja! Sebelum lo laporin, lo udah nyusul Frost dan Blaze" Jas mengancam.

"Frost? Kalian.."
"Iya! Malam itu Frost ketauan sama kalian kan? Besok paginya kami langsung rencana habisi dia!"

"Gw benar benar udah gak habis pikir lagi sama kalian ini! Jadi selama ini Frostfire udah gak ada? Apa lagi yang lo dua sembunyiin hah?"
"Sudah lama Fan.. dari sebelum Blaze gw habisi"

Plakk..

Taufan segera menampar Da, sosok yang mengaku menghabisi Blaze.

"Maaf keceplosan" Kekeh si Da sebelum akhirnya Taufan benar benar bersiap memukulnya habis habisnya, untung saja ditahan oleh Jas.

"Maaf Taufan.. sampai sini saja perjanjian kita"

Jadi gini..
Ni book udah banyak banget kesalahannya, jadi author pen revisiin..
Tapi setelah dipikir2, lebih baik namatin book ini dulu baru author revisi :D

Jadi sorry yahh kalau kata2nya/alurnya berantakan/gak rapi/gak baku dll
Kalau sudah tamat, baru author rapiin

Bukan Reinkarnasi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang