Bab 9

75 15 0
                                    

✨ Penyesalan datang di akhir.✨

*
*

Bukannya menjalankan hukuman dari pak Bondan, Ravicca malah ngacir ke kelas Rivaldo setelah mendengar bell pulang sekolah berbunyi.

"Ravicca, kelas belum saya bubarkan!!" teriak bu Markonah dari dalam kelas.

"Maaf, Bu. Suami saya sudah nungguin di kelasnya, kasian kalau dia kelamaan nunggu!!" teriak Ravicca yang di balas gelengan kepala oleh sang guru.

Langkah kaki itu semakin pelan, saat melihat guru yang berada di kelas Rivaldo baru saja keluar.

Ravicca mengintip ke dalam kelas, menyusuri setiap sudut, untuk mencari keberadaan lelaki yang beberapa hari terakhir jadi tawanannya.

"Dodo!!" teriak Ravicca menggema ke seluruh penjuru kelas.

Hampir semua orang menatap geli ke arahnya. Memang mereka sudah biasa melihat Ravicca bersikap manja ke Rivaldo, tetapi masih banyak dari mereka yang merasa aneh, saat melihat preman sekolah bersikap manja ke pangeran sekolah yang dinginnya naujubilah.

Banyak pertanyaan berkeliaran bebas dipikiran masing-masing dari mereka. Mulai dari, bagaimana mereka bisa dekat? Kok Ravicca yang terkenal gak pedulian, bisa berpacaran dengan Rivaldo? Apakah mereka benar tengah menjalin hubungan? Kenapa Rivaldo yang dinginnya bagaikan kutub utara, bisa luluh dengan berandalan sekolah? Dan masih banyak lagi.

Tapi tak satupun dari pertanyaan mereka yang terjawab. Dan lagi, mereka juga tidak berniat mencari tahu. Yang satu dinginnya gak bisa bisa di deketin, sedangkan satu nya lagi kejam dan bandelnya membuat orang enggan mendekatinya.

"Dodo, temenin gue jalanin hukuman ya? Please," mohonnya dengan wajah memelas.

Bukan Rivaldo namanya, kalau dia langsung luluh hanya dengan mimik wajah minta dikasihani.

"Gak."

"Dodo ayolah, masa gue bersihin toilet sendirian? Nanti kalo ada hantu yang gangguin gue, terus gue ketakutan, terus gue pingsan ditempat. Lo gak khawatir?" tanya Ravicca lagi.

Gadis berambut panjang memeluk manja lengan Rivaldo, sedangkan lelaki itu hanya pasrah dan memilih menyusun semua barang ke tas ransel berwarna hitam miliknya.

"Gak."

Ravicca mengangkat kepalanya dari lengan Rivaldo, lalu menatap lelaki berwajah datar dengan senyum yang menyiratkan arti lain.

Rivaldo menatap wajah Ravicca dengan tatapan dingin seperti biasa, tapi dia tahu arti senyum gadis itu. Alhasil, mau tidak mau Rivaldo harus mengikuti perintah gadis aneh ini untuk kesekian kalinya.

"Lo mau kan nemenin gue jalanin hukuman?" tanya Ravicca lagi memastikan.

"Mnn."

"Ayayy. Ayo ayang," balas Ravicca dengan riang.

Baru saja ingin beranjak dari bangkunya, Rivaldo dikejutkan dengan suara gebrakan meja dari arah pintu masuk kelas. Bukan hanya Rivaldo, tapi Ravicca dan seluruh murid yang masih berada di dalam kelas.

Tak lain pelakunya adalah Veronika, gadis itu baru saja keluar setelah membuat keributan seisi kelas. Bahkan sebelum keluar, dia masih sempat menendang pintu. Ravicca puas dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Cih, cewek aneh," dumel gadis bar-bar yang masih setia bergelayut manja di lengan Rivaldo.

Gak sadar diri.

Love In Solitude  Where stories live. Discover now