Bab 22

55 17 0
                                    

Happy reading ✨

*
*

Ravicca duduk termenung di depan ruko-ruko yang tutup. Gadis berambut panjang itu kelihatan tidak berniat untuk beranjak dari tempatnya. Dia sibuk memandang langit malam yang disinari cahaya rembulan.

"Andai hidup ini seindah cerita dongeng," celetuknya entah untuk siapa. Karena memang dia hanya seorang diri yang berada di situ.

Lagi-lagi Ravicca menghela nafasnya. Sekarang dia bingung harus pergi kemana. Gak mungkin dia pulang, dan bertemu orang tuanya yang sibuk bertengkar.

"Apa gue nginep di rumah Giovanni aja ya?"

Belum lama Ravicca berpikir, gadis itu menggelengkan lagi kepalanya tanda tidak setuju. "Gue kan lagi ngambek sama dia."

Perut cewek tomboy itupun berbunyi. Dia menyadari, sejak tadi dirinya belum makan apapun selain makanan yang diberikan Rivaldo.

"Lagi posisi kayak gini, kenapa lo pake bunyi segala sih?" Ravicca mengelus perutnya yang teriak minta di kasi makan.

Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba sebungkus roti dan minuman botol jatuh di pangkuannya. Sontak Ravicca berbalik melihat cowok berwajah datar yang baru datang, dengan menenteng minuman kaleng di tangannya.

"Ngapain lo di sini? Bukannya tadi udah pulang?" tanya Ravicca bingung.

Walaupun dia gak lihat kalau mobil Rivaldo pergi, tapi Ravicca bisa memastikan kalau cowok ini langsung pulang setelah mengantarnya. Lagian, buat apa dia repot-repot menunggu Ravicca masuk ke rumah baru dia pulang?

Rivaldo mengambil tempat di samping Ravicca. "Belum."

"Terus ngapain di sini?" Ravicca melihat pergerakan cowok itu sampai duduk di sampingnya.

"Banyak nanya. Makan itu kalo laper." Rivaldo merenggangkan kakinya dan ikut menatap langit malam.

"Gue gak lapar, siapa yang bilang gue lapar?" tolak Ravicca dan meletakkan roti beserta minuman itu di samping.

Sayangnya, mulut dan perutnya tidak bisa bekerjasama. Mulut mengatakan tidak lapar, sedangkan perutnya berteriak meminta Ravicca menurunkan ego dan memakan roti itu.

"T-tapi kayaknya sayang k-kalo di buang. M-mubazir"

Rivaldo melirik Ravicca yang mengambil roti dan minuman itu dari ekor matanya. Tapi tidak lama, karena cowok itu langsung mengalihkan lagi pandangannya.

Dasar cewek.

Selagi makan, Ravicca mencoba membuka pembicaraan dengan Rivaldo. Dia berpikir, tidak ada salahnya mencoba akrab dengan musuh.

"Menurut lo keluarga itu apa?"

Rivaldo tidak langsung menjawab, dia masih menatap bulan yang di kelilingi bintang di sekitarnya. Dirinya juga bingung dengan jawaban dari pertanyaan Ravicca.

Sama halnya dengan Rivaldo, Ravicca juga diam. Mereka sama-sama menatap langit dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Ravicca membayangkan keluarganya yang hancur, sebelum dirinya merasakan bagaimana kehangatan dalam keluarga yang sering dibicarakan banyak orang.

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang