Sudah menjadi rahasia umum jika keluarga Aryaatmaja adalah keluarga yang dermawan. Bukan hanya menjadi donatur di banyak Yayasan, mereka juga memiliki banyak anak asuh dan memberikan banyak beasiswa pendidikan, tapi diantara banyaknya anak yang beru...
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Holllllaaaaaaaa Ikuti kisah membagongkan perebut nggak tahu diri ini diaplikasi sebelah juga yuk.
"Tapi Nad nggak mau nyusahin Bapak sama Ibu selamanya, Bang. Nanad pengen mandiri, Nanad nggak mau selamanya dianggap benalu sama orang-orang karena numpang dikeluarga Acha. Menurut Abang, aku kerja keras selama ini tanpa alasan?"
Tatapan iba itu terpancar di wajah Bang Naren saat mendengar keluhanku, simpati yang aku tunggu akhirnya muncul juga. Tidak ingin kehilangan kesempatan, tentu saja aku memanfaatkannya sebaik mungkin.
Benar yang dikatakan oleh Marleen, jika aku tidak bisa menjadi Harsa, aku harus merebut apa yang Harsa punya, kepedulian Bang Naren kepadaku adalah kunci untuk merebutnya. Dia yang akan membawaku ke dalam kehidupan yang aku impikan.
Terhormat, disegani, berkecukupan, dan dihargai oleh semua orang. Jika tidak menjadi Aryaatmaja, maka aku harus menjadi Cakraningrat. Dan rupanya semesta seolah merestui kenekatanku, salahkan Harsa dan sikapnya yang selalu membuatku merasa seperti sampah, jika dia tidak membuatku iri dengan kehidupannya yang sempurna sementara aku hanya bayang-bayang mungkin aku tidak akan pernah benar-benar menjalankan misi merebut tunangannya.
Sikap Harsa kemarin adalah puncak kesabaranku dalam memendam rasa muakku kepadanya. Aku bukan lagi dayangnya, aku akan menggantikan posisinya disisi Bang Naren. Terimakasih untuk teman-teman sekuter dan influencer di managementku yang menjadi simpanan para pengusaha, setidaknya aku mempelajari banyak ilmu dari mereka.
Manfaatkan iba. Sanjung secara tidak berlebihan. Jadikan dia pahlawan. Perlihatkan sisi terbaik kita yang tidak dia temukan di pasangan mereka. Jadilah seperti yang dia inginkan. Muncullah membawa suasana segar disela kebosanannya dengan pasangan. Perlahan-lahan, cinta yang begitu besar terhadap pasangan pun akan bergese, apalagi jika pasangannya macam Harsa yang minus dalam segala hal. Tidak akan sulit untuk menendang Harsa dari kehidupan Bang Naren, dan aku pastikan aku benar-benar akan melakukannya.
Terserah orang mau mengataiku muka dua dan munafik, anak tidak tahu terimakasih dan balas budi. Aku sudah muak dengan semua yang terjadi di dalam hidupku, aku hanya ingin bahagia bagaimana pun caranya tidak peduli jika memang harus merebut.
"Nad malu Bang seringkali dihina orang benalu tidak tahu malu di keluarga Bapak sama Ibu. Itu sebabnya begitu Nad punya uang, Nad tinggal sendiri. Nad nggak mau nyusahin Bapak Ibu lagi. Nad mau tunjukin kalau Nad juga bisa sukses ke orang-orang dan buat Bapak Ibu bangga."
Apa yang aku katakan tidak sepenuhnya kebohongan karena memang benar aku selalu mendapatkan komentar sinis tidak menyenangkan karena status anak asuh yang melekat, dengan wajah sesedih mungkin setiap kalimat yang aku ucapkan menjadikan segalanya menjadi berbeda.
Dan hasilnya, simpati Bang Naren semakin besar, tangannya terangkat, persis seperti yang selalu dia lakukan saat dia bersama Acha, dia mengusap kepalaku pelan seolah tengah menghiburku.
"Nggak usah dengerin omongan miring orang-orang, Nadira. Yang penting keluargamu sayang sama kamu, kamu bukan benalu buat keluarga Harsa." Aku mengangguk, menikmati sentuhannya di kepalaku, rasanya hangat dan benar-benar seperti Bang Naren tulus menyayangiku. "Sama seperti Acha yang nganggap kamu adik, aku juga sama Nad. Tenang saja, kalau ada hal yang tidak bisa kamu bagi ke Om Saka karena sungkan kamu bisa membaginya dengan Abang. Sebisa mungkin Abang dan Acha akan bantu kamu."
Meskipun aku tidak suka Acha dibawa-bawa dalam setiap kalimat Bang Naren aku membiarkannya, perlahan saja Nad, tidak usah terburu-buru, baru hari pertama saja kamu sudah membuat kemajuan sejauh ini. Selama ini Bang Naren hanya melihatmu sebagai perempuan yang ada di belakang Acha, kan? Setidaknya sekarang dia sadar jika kamu ada di dunia ini.
Mempertahankan image polosku dan sangat naif di hadapan Bang Naren, aku bergerak mendekatinya yang ada di atas motor dan tanpa aba-aba sama sekali aku memeluknya, aku memeluknya seolah aku sangat bersyukur dengan kalimat baiknya barusan yang membesarkan hatiku. Bisa aku rasakan tubuh Bang Naren menegang tapi seperti sebelumnya, aku tidak memedulikannya, aku menyingkirkan rasa malu dan sungkanku jauh-jauh.
"Terimakasih Bang buat kalimat baiknya. Itu berarti banget buat Nadira. Diantara banyaknya orang yang merendahkan Nad, Abang bukan salah satunya. Pantas saja Acha sayang sama Abang. Abang benar-benar baik."
Yah, Bang Naren terkejut dengan pelukanku, tapi dia tidak melepaskan pelukanku sama sekali, senyumanku mengembang lebih lebar tanpa diketahuinya, wangi parfum maskulin menyerbu ke dalam hidungku dan mulai hari ini, wangi seorang Narendra Cakraningrat akan menjadi favoritku. Walau bagaimana pun caranya aku akan menjadikan Bang Naren menjadi milikku. Dia harus menjadi milikku, hanya untukku.
"Semoga nanti Nad juga dapat jodoh laki-laki sempurna kayak Abang, ya. Yang sayang sama Nad dan menerima Nad apa adanya."