Bandung (1)

408 81 3
                                    



~~



"Kita nginep di villa atau hotel?" Winola melontarkan pertanyaan itu setelah melihat jalanan sekitar yang semakin sepi. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, apalagi destinasi dan penginapan yang mereka pilih juga cukup jauh dari pusat kota.

"Hotel beb, kemaren mau villa tapi serem. Gede banget." Naresh memutar kemudi mobil, memasuki sebuah hotel yang cukup mewah.

Sedangkan di kursi belakang, Jevan hanya diam menyimak obrolan sepasang kekasih itu sambil memeluk Gauri di pangkuannya. Gadis ini tidur sejak mobil mereka mungkin baru menemuh jarak satu kilometer.

Jevan mengelus pelan rambut halus Gauri, kepala gadis itu bersandar nyaman pada sisi bahunya. Tangan kecil itu melingkar erat pada leher Jevan. Gauri persis seperti bayi koala yang memeluk sang induk.

Nafas halus gadis itu dengan teratur berhembus pada lehernya yang dingin, dari sini Jevan dapat menyimpulkan jika Gauri memang benar-benar lelah.

"Nah sampe," Ucap Naresh melakukan sedikit peregangan setelah berhasil memarkir mobil dengan rapi, lelaki itu kemudian menoleh kebelakang. "Cewek lo mau di gendong atau dibangunin?"

Jevan tampak mengelus pelan punggung sempit Gauri sebelum kemudian menjawab, "Gue gendong aja, dia nyenyak banget. Minta tolong panggilin bellboy buat bawain koper gue sama Gauri."

"Oke," Winola menatap singkat Gauri yang masih tertidur nyenyak, "Aku aja yang panggil, kamu keluarin dulu dari bagasi." Titahnya pada Naresh yang diangguki patuh oleh lelaki itu.

Sepasang kekasih itu kemudian turun terlebih dahulu dari dalam mobil, Winola juga tidak lupa membukakan pintu penumpang mobil agar Jevan tidak kesulitan. Kemudian berlari masuk ke dalam lobi hotel,

"Lo tidur sama Gauri kan?" Kepala Naresh muncul dari pintu mobil yang terbuka. 

Jevan mengangguk, "Yakali gue tidur sama lo, batang sama batang."

"Anjing gue juga najis." Naresh kembali ke belakang mobil saat melihat Winola datang dengan dua bellboy bersamanya.

Jevan mengeratkan pelukan pada tubuh Gauri, kemudian dengan perlahan turun dari dalam mobil. Gadis di gendongannya sempat menggeliat sebentar sebelum kembali memeluk tubuhnya semakin erat.

"Biar gue yang ke resepsionis sini," Naresh meminta ponsel milik Jevan karena kemarin mereka melakukan Reservasi disana.

"Gauri capek banget ya? Atau sakit? Nggak biasanya." Winola mendekat, menyentuh pelan kening Gauri yang masih bersandar nyaman di bahu Jevan. "Nggak demam juga sih."

"Lagi mau manja mungkin." Naresh mengendikkan bahunya acuh kemudian menarik tangan Winola untuk masuk ke dalam disusul Jevan,

"Jevann-aku udah bangun tapi males jalan." Ucap Gauri lirih.

"Iya sayang gendong aja, tidur lagi gapapa." Balas Jevan sambil masih berjalan masuk ke dalam hotel, ia merasakan Gauri sedikit memperbaiki posisinya agar nyaman lalu kembali tertidur seperti tadi.

Mereka tidak membutuhkan waktu lama di lobby hotel karena sudah lebih dulu melakukan reservasi online. 

"Silahkan pak," Bellboy itu membukakan pintu untuk Jevan dan Gauri. Beruntung Naresh cukup pintar memilih hotel berbintang sehingga mereka tidak banyak bertanya dan tidak juga meminta perintilan bukti pernikahan sebagai syarat sepasang manusia dapat tidur satu kamar.

"Tunggu sebentar," Ucap Jevan sebelum masuk ke dalam, menidurkan gadisnya pelan keatas ranjang. Lelaki itu kemudian kembali ke depan memberikan dua lembar uang berwarna merah sebagai tip, "Makasih." Bellboy itu menunduk sebentar setelah menerima dua lembar uang tadi, kemudian beranjak pergi dari sana.

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang