Continue

479 93 6
                                    



~~

"Kak.." Sabian memanggil pelan kakak sepupunya. Hari ini ia menghabiskan waktu di toko menemani Gauri, kedua sahabat gadis itu sedang sibuk menjalani ujian sehingga Gauri harus menghabiskan waktu sendirian beberapa hari belakangan.

Sedangkan kampus Sabian sendiri sudah selesai melakukan ujian akhir semester sejak seminggu yang lalu, bisa dibilang ia sedang libur panjang sekarang.

"Hmm" Jawab Gauri singkat, gadis itu sedang sibuk menghias gelas-gelas kecil yang dipesan sebagai soufenir.

"Menurut kakak aku cocok nggak jadi seniman?" Lelaki itu menunjukkan hasil gambarnya pada piring kosong Gauri. "Keren banget kan?" Pujinya pada diri sendiri.

"Keren, tapi kamu kuliah bisnis."

"Aku bisa ngulang kuliah,"

Gauri berdecak sebal, "Kalo mau gambar bantuin aja aku terus disini, nggak usah ngerecokin kuliahmu. Mahal."

Sabian menatap gadis itu tak habis pikir, baru ini ia menemui keturunan Garyatama yang menghargai uang. Dan apa tadi? Mahal? Itu salah satu ata-kata yang asing menurutnya.

"Tapi dulu emang aku pengennya kuliah DKV tau kak."

"DKV apaan?" Gauri memang tidak tahu-menahu masalah perkuliahan. Lagi pula menurutnya itu tidak perlu, keinginan untuk kembali menuntut ilmu sudah ia kubur dalam-dalam. Mencari tahu tentang hal yang berhubungan dengan itu hanya akan membuatnya menyesal karena tidak berusaha lebih keras sejak awal.

Sabian berpindah duduk di dekat Gauri, "Desain Komunikasi Visual. Kayak kuliah desain, fotografi-"

"Ohhh kayak Nindi ya? Astaga lupa! Nindi jurusan DKV." Gauri memotong ucapan Sabian, ia baru ingat sahabatnya satu itu mengambil jurusan DKV. 

Sebenarnya Nindi adalah salah satu kunci dibalik cantiknya desain-desain keramik Gauri, gadis itu sering membantunya membuat produk baru.

"Temen kakak yang kepangan mulu itu? Dia DKV?"

Gauri mengangguk, "Iya deh? Ehh apa bukan ya? Pokoknya dia kuliah desain juga kok."

"Pantes pinter amat kalo gaya-gaya," Sabian mendengus mengingat bagaimana centilnya Nindi setiap bertemu dengannya, "Tapi beneran aku pengen kuliah DKV kak, menurutmu gimana?"

"Yaudah suka-suka kamu, orang yang jalalin kamu."

"Tapi nggak dibolehin kakek."

"Ya ngomong lah baik-baik pengenmu apa. Ini kan hidup kamu." Ucap Gauri ketus, entah mengapa emosinya selalu meningkat ketika mendengar siapapun menyebut kakenya dalam pembicaraan mereka.

Sabian tampak berpikir sejenak, lelaki itu mengingat pembicaraan keluarganya beberapa minggu lalu. Termasuk rencana mereka membawa Gauri ke Singapore.

"Bantuin aku deh kak." 

Gauri menoleh bingung, "Bantuin apa?"

"Ngomong ke kakek aku mau kuliah DKV." Sabian meraih tangan Gauri yang berlumuran cat, "Plaseeeee kakek nggak bakalan nolak kakak...."

"NGGAK!" Tolak Gauri menarik tangannya kasar.

"Kalo gitu nggak bisalah aku kuliah DKV, nggak bakal dibolehin."

"Yaudah lanjutin aja kuliahmu, masih mending bisa kuliah. Nggak usah banyak minta." Katakan saja Gauri labil. Beberapa menit yang lalu mendukung, sekarang kembali menolak.

Sabian menatap kakaknya sebal, sulit sekali membujuk gadis ini. Sebenci itukah Gauri dengan Garyatama?

"Jahat banget loh sama adeknya."

PotteryWhere stories live. Discover now