Bab 23

208 24 4
                                    

Azura lagi-lagi mendesah tatkala ucapan Angga kembali menggema di otaknya. Ia benar-benar dibuat kebingungan setengah mati sekarang. Karena di saat dirinya hampir benar-benar teralih kepada Khandra, Angga dengan begitu mudahnya mengatakan sebuah fakta yang membuatnya goyah bukan main.

Pangeran masa lalunya kembali dan ternyata pria itu pernah memiliki perasaan yang sama dengannya.

Ia harus apa?

"Duileh, cakep bener, Kak. Mau kemana nih?" lamunan Azura buyar tatkala mendapat sapaan mengesalkan dari adiknya. Pandangan Azura langsung menajam saat melihat Atlas yang enak-enakan membuka toples biskuitnya yang ada di atas meja.

"Mau nemenin Angga." jawab Azura ketus sembari bergerak meraih ponselnya.

"Bang Angga? Bukan Mas Khandra? Tumben bener." sahut Atlas setelah menelan satu buah biskuit milik sang kakak. Bukannya segera menyahut, Azura malah menatap adiknya beberapa saat dengan mulut yang terkatup.

"Heh! Napa lagi lo, Kak?!"

Azura berdecak sebelum kemudian menggelengkan kepalanya. "Berisik banget, Anoa sawah. Pergi sana!"

Atlas pura-pura memasang wajah memelasnya. "Tega bener ngusir adek lo yang manis dan baik hati ini."

"Banyak omong ya lo."

Mengerti bahwa sang kakak sudah di ambang batas emosinya, Atlas pun menuruti permintaan Azura dengan meninggalkan kamar kakaknya.

Sepeninggal Atlas, Azura menghela napas panjang. Tentu saja bukan karena kepergian sang adik tapi lebih ke mencari sebuah ketenangan yang sedari tadi tak didapatinya. Sebentar lagi ia akan pergi berdua saja dengan Angga. Kalau biasanya ia bisa bersikap biasa saja, dapat dipastikan kalau ada kecanggungan yang terbaca dari sikapnya nanti.

Azura hanya bisa berharap kalau Angga tidak kembali mengungkit perihal perasaannya nanti. Karena jujur saja, ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

Lamunan Azura akhirnya pecah tatkala nada dering ponselnya terdengar dan menampilkan nama Angga di layar.

"Gue udah di depan rumah lo."

"Ok, gue turun."

~~~~~

Khandra terus saja menggerutu sebal dari perjalanan ke tempat yang dituju sampai akhirnya pria itu tiba. Setelah menyerahkan kunci mobilnya ke petugas valet, Khandra terdiam sejenak dengan mata yang terarah ke gedung hotel nan menjulang di depannya dengan tatapan malas.

Adek sialan, mentang-mentang bos, dia jadi nyuruh-nyuruh gue buat dateng ke acara membosankan ini.

Lagi-lagi Khandra menggerutu. Ia lalu mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam gedung tempat acara ulang tahun salah satu relasi perusahaan keluarganya sedang diadakan. Andai saja sang adik memberikan tugas ini secara tidak mendadak, Khandra bisa mengajak Azura untuk menemani. Tapi sialnya, Adriana baru memberitahunya dua jam sebelum acara dimulai.

Adiknya sungguh luar biasa kan?

Khandra langsung menghilangkan eskpresi kesalnya begitu dirinya masuk ke dalam ballroom. Kedua matanya kini menangkap banyak sekali orang-orang penting yang berada di lingkaran bisnis.

Sampai akhirnya langkahnya tanpa sadar berhenti tatkala kedua matanya menangkap dua orang yang sangat dikenalinya sedang berbincang di sebuah gerombolan kecil. Seberkas perasaan tak menyenangkan kini tercipta di dada Khandra. Apalagi ketika melihat perempuan itu tersenyum setelah mendengar bisikan dari laki-laki yang berdiri di sampingnya.

Azura dan Angga.

Sialan. Kenapa juga nama mereka kudu serasi gitu sih, awalnya A semua?!

Khandra mendengus tidak suka dan ia pun hendak kembali melanjutkan langkahnya agar segera bisa mencapai keduanya. Namun, niatnya harus pupus tatkala ia merasakan sebuah tepukan pelan di lengan kanannya. Khandra pun menoleh dan kedua matanya melebar ketika menemukan Prita dan ayah perempuan itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rasa Berbalut SamarWhere stories live. Discover now