9

608 88 6
                                    

"Enak, ini pertama kalinya gue makan bubur karena biasanya gue nggak napsu liat buburnya. Tapi liat punya lo, gue bernapsu," ujar Nio jujur, ia tipe pemuda yang mementingkan penampilan, jika penampilan makanannya kurang menarik ia tak berani memakannya, mungkin hanya dirinya yang seperti ini.

"Lihat punya saya?" tanya dokter Farhan, keseringan bertemu dengan temannya yaitu Melviano dan juga pasangannya, membuat ia cepat sekali berpikir mesum tentang semua hal, salahkan mereka jika sekarang ia berpikir jika pemuda itu menanyakan bagaimana miliknya.

Nio terbatuk-batuk beberapa saat mendengar itu semua sebelum terdiam menatap kearah dokter itu sekarang, ucapannya sedikit salah tapi ia tak menyangka jika pria itu berpikir aneh, ia mengira hanya dirinya yang mudah berpikir jorok ternyata ada orang yang lebih dari itu.

"Anjir ternyata lo mesum juga ya? Emang om-om kebanyakan mesum sih," ujar Nio, kepala pemuda itu menggeleng dengan pelan seakan-akan tak habis pikir dengan apa yang barusan terjadi, padahal itu hanya hal yang biasa, ia hanya melebih-lebihkan saja agar lebih seru, bicara dengan dokter itu cukup menyenangkan untuknya.

"Mesum? Memangnya saya berbuat hal aneh sama kamu? Saya hanya ingin bertanya tentang perkataan kamu yang memang terdengar sedikit ambigu, siapa pun akan berpikir aneh saat mendengarnya," ujar dokter Farhan apa adanya, ia memang tak melakukan hal yang aneh pada pemuda itu bukan? Jadi dirinya tak mesum sama sekali, lagi pula perkataan pemuda itu memang sangat ambigu, siapa saja akan salah sangka mendengar itu semua.

Nio mendengus, bicara dengan pria dewasa memang harus jelas perkataannya karena itu bisa saja menjadi perkataan cabul untuk di dengar, siapa sangka ia akan bertemu dengan pria dewasa yang sangat random, pasti istri dokter itu sangat senang mempunyai suami yang sangat di luar nalar manusia.

"Betewe, kemarin sore gue mau nanya sama lo tapi karena lo mau pulang, jadi pertanyaannya di tahan dulu. Apa sekarang gue boleh nanya sesuatu?" ujar Nio, kesempatan ini harus ia gunakan sebaik mungkin untuk bertanya, siapa tahu pria itu mempunyai solusi untuknya bukan? Lagi pula ia cukup menikmati bicara bersama dengan dokter aneh itu.

"Boleh, lima belas menit. Karena sebentar lagi saya akan memeriksa pasien yang lainnya, dan kamu minum dulu obatnya sebelum bertanya sama saya," ujar dokter Farhan dengan memberikan obat yang sudah ia siapkan  tadi.

"Banyak bet anjir obatnya, mana gede-gede lagi," ujar Nio saat menerima obat itu, ia tahu jika obatnya selalu besar-besar saat ia sakit hanya saja ia ingin sedikit bicara dengan pria itu, rasanya candu? Eh? Hah?

Baru tadi siang ia sakit hati karena habis putus dari Herman dan sekarang ia sudah merasa senang bertemu dengan dokter aneh ini, demi apapun jangan katakan ia baperan atau caper, itu hanya reaksi langsung dari tubuhnya karena dirinya juga sadar jika pria itu pasti mempunyai keluarga, anak dan juga istri. Nio hanya senang melihat seseorang mau bicara dengannya, karena selama ini ia cukup kesepian. Teman hanya satu, punya pasangan yang tak banyak bicara juga, rasanya cukup aneh sampai sekarang saat bertemu dokter random yang mau bicara dengannya, ia merasa senang.

"Namanya obat ya gede-gede, kalo kecil-kecil namanya upil," ujar dokter Farhan, jokes bapak-bapak mulai mendatangi dirinya, mungkin karena kebanyakan bergaul dengan Melviano sehingga ini semua terjadi, atau memang ia sudah menjadi bapak-bapak? Tapi mana mungkin! Ia belum menikah dan punya anak, umur hanyalah angka.

"Anjing! Jokes bapak-bapak," ujar Nio dengan kekehan kecil miliknya, entah kenapa ia sedikit geli dengan perkataan itu.

"Buruan, tapi kamu ingin bertanya apa?" ucap dokter Farhan saat mengingat jika pemuda itu ingin bertanya padanya sejak tadi, tapi bukannya mengatakannya pemuda itu malah membahas hal yang berbeda.

"Lo kan dokter, jadi lo pasti punya kan obat sakit hati? Gue butuh banget itu, biar bisa lupain dia dan nggak ngerasa sakit kayak gini," ujar Nio, ia sangat serius mengatakan itu semua karena seorang dokter pasti punya obat untuk segala rasa sakit bukan?

Dokter Farhan tertawa mendengar itu semua, bahkan sampai memegang perutnya karena rasanya sangat geli mendengar itu semua, seorang dokter memang punya obat untuk segala rasa sakit tapi untuk sakit hati itu pengecualian, bisa-bisanya pemuda itu membuat lelucon larut malam seperti ini, saking sakit hatinya sampai tak bisa berpikir dengan baik, begini lah orang bodoh karena cinta.

"Anjing! Kenapa lo ketawa? Emangnya ada hal yang lucu? Lo kerasukan hantu rumah sakit ya?" ujar Nio kesal, kenapa pria itu malah tertawa bahkan sampai terbahak-bahak mendengar perkataannya barusan, demi apapun ia tak sedang menjadi pelawak! Ia memang ingin tahu apakah ada obat untuk itu semua, jika ada maka ia ingin itu semua agar semua kenangan selama tiga tahun ini menghilang, sulit memang tapi jika ada obatnya pasti semuanya akan jauh lebih mudah yakan?

"Dokter memang punya semua obat untuk rasa sakit, tapi untuk rasa sakit yang ada di dalam hati tak ada. Itu luka di dalam hati, cuman ada satu cara agar tak merasa sakit lagi," ujar dokter Farhan setelah tertawa cukup lama, ia ingin menjahili pemuda bodoh itu, bisa-bisanya bertanya hal gila itu padanya. Mereka cukup sefrekunsi menurutnya.

"Apa? Gue mau, soalnya kenangan dia ada mulu, kek setiap hal itu selalu ingetin tentang dia, bangsat banget." ujar Nio, ia sedikit bersemangat karena dirinya sudah yakin, ia akan melupakan semuanya karena tak ada alasan untuk bersama lagi, ujung-ujungnya pasti rasa sakit lagi yang ia dapatkan, sungguh dirinya sudah muak.

Banyak yang mengatakan jika orang yang pernah sekali berselingkuh, maka dia akan terus-terusan melakukan itu semua, ia yakin jika Herman akan seperti itu juga.

"Ganti hati, hati kamu yang lama keluarin dan ganti sama hati yang baru," ujar dokter Farhan sebelum beranjak dari sana, kekehan miliknya terdengar sangat menyebalkan di telinga Nio, membuat kedua pipi pemuda itu memerah karena merasa kesal.

"Bangsat! Lo bercandain gue! Gue udah serius, kalo emang nggak ada obatnya ya bilang aja anjir jangan gitu! Nanti gue masukin ke dalam hati gue mampus lo!" ujar Nio, perkataan pria itu sangat menyebalkan, bisa-bisanya mengatakan itu semua padanya.

Jika memang tak ada obatnya, kan bisa di kasih tahu bukannya menjahili dirinya. Seperti tak pernah patah hati saja! Ia yakin jika pria itu sering patah hati juga tapi dia tak mengatakan itu semua karena takut di ejek olehnya!

Bersambung....

Votmen_

Om Dokterku! {BXB}Onde histórias criam vida. Descubra agora