15

523 84 2
                                    

Nio memicing menatap kearah pakaian yang barusan ia kenakan, ini mungkin ukuran paling kecil yang ada di dalam lemari pria itu tapi tubuhnya masih tenggelam di pakaian ini. Celana pendek yang sedikit kebesaran dan pakaian kebesaran juga, sangat cocok seperti pemuda polos yang tak tahu apa-apa.

"Gue kayak cowok polos anjir, keknya mulai sekarang gue harus pake pakaian yang besar dikit dari tubuh gue biar di kira orang polos, padahal otak bandar bokep! Anjir lah!" ujar Nio sebelum menatap kearah kamar pria itu sekarang, kamar ini mungkin tak terlalu besar tapi entah kenapa rasanya sangat nyaman.

Mungkin ini lah yang orang maksud kamar dokter? Terlihat sangat bersih, tersusun rapi, dan juga indah, sangat berbeda dengan kamarnya bersama dengan Herman dulu, jika tak ada yang berniat membersihkan maka apartemem mereka pasti akan kotor dan juga berantakan, beginilah jika orang yang biasanya jorok datang ke tempat bersih, bawaanya kagum dan juga senang.

"Besok gue bakalan pulang sebentar ke apartemen Herman, gue mau perjelas semuanya lagi sebelum bisa bebas seperti dulu. Gue nggak mau ada bayang-bayang kenangan itu lagi, kalo bisa dia harus hilang dari pikiran gue walau pun pas makan es krim atau makan sosis selalu inget dia. Gini amat otak bokep mulu, pikirannya kotor mulu. Gue di sini kek orang paling hina, sedangkan dokter itu bersinar tanpa otak jorok kek gue padahal dia udah dewasa. Mukanya membuktiin semuanya," ujar Nio, ia masih ingat wajah dokter Farhan, terlihat sangat bersih dan tak suram seperti wajahnya apa lagi dengan kacamata itu, semakin terlihat jika pria itu baik.

Terdengar ketukan di pintu kamar, membuat Nio bertanya-tanya apa yang tengah pria itu lakukan? Bukan kah itu kamarnya sendiri? Kenapa pakai mengetuk lebih dulu sebelum masuk? Apa pria itu takut ia masih belum mengenakan pakaian sehingga memberi kode? Ah mungkin saja, bagaimana pun dokter Farhan pria dewasa pasti hal seperti itu sangat penting.

"Kamu tak tidur? Tadi saya hanya mengetes, jika tak ada jawaban mungkin kamu sudah tidur, ternyata kamu masih terjaga," ujar dokter Farhan dengan berjalan masuk ke dalam kamar miliknya, ia akan membersihkan diri lebih dulu sebelum sarapan dan bersantai di apartemen sampai siang nanti, ia memang terbiasa kurang tidur seperti ini. Itu pun sangat susah saat masih awal-awal karena beresiko untuk sakit kepala sangat besar.

"Gue nggak bisa tidur makanya nggak tidur," ujar Nio apa adanya, ia memang tak bisa tidur lagi jadi mungkin sampai pagi nanti ia hanya akan berdiam diri di dalam kamar ini, itu pun jika di izinin.

"Baiklah, saya akan mandi lebih dulu. Jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya pada saya, mengerti?" ujar Dokter Farhan, ada rasa geli sendiri saat melihat pemuda itu mengenakan pakaian yang tadi ia berikan, ia merasa itu ukuran paling kecil dari semua pakaian miliknya lalu kenapa terlihat kebesaran di tubuh pemuda itu? Apa badannya terlalu besar? Atau tubuh Nio yang terlalu kecil?

"Kalo gue butuh sesuatu pasti bilang kok, lo santai aja." ujar Nio, ini sudah yang kesekian kalinya pria itu mengatakan hal serupa. Membuat ia semakin merasa berbeda, ternyata ini yang selama ini Arion rasakan pantas saja dia sangat bahagia sampai bisa mengandung seorang anak sekarang, sedangkan dirinya terus berputar pada ketidakpastian dari Herman selama tiga tahun, mungkin jika ada ke pastian sekarang ia miliki banyak anak?

Seketika saja ia mulai berpikir, apa mungkin ia bisa mengandung juga? Tapi selama bersama dengan Herman tiga tahun lebih, ia tak mengandung sama sekali itu artinya dirinya tak bisa mengandung bukan? Ada rasa sedih saat tahu itu semua, ia mendadak ingin mengandung juga, mungkin jika memang bisa, mereka tak akan putus sekarang. Ah ia mulai memikirkan Herman kembali, mungkin ini lah yang biasa orang lain rasakan sehingga membuat dia gamon, banyak kenangan yang tercipta tapi itu semua harus di lupakan begitu saja, rasanya sangat menyakitkan.

"Kamu melamun?" tanya dokter Farhan, sejak keluar dari dalam kamar mandi, mengenakan pakaian ia merasa pemuda itu hanya diam saja dengan tatapan kosong, itu pasti karena dia melamun.

"Anjing!" seru Nio saat mendengar suara orang lain saat ia tengah melamun, kenapa dokter itu selalu mengejutkan dirinya? Pasti secara tiba-tiba pria itu akan bicara sehingga membuatnya terkejut bukan main mendengar itu semua.

"Kasihan anjing, namanya selalu kamu gunakan saat terkejut. Pasti mereka tengah terbatuk-batuk bersama," ujar dokter Farhan dengan membersihkan kacamata miliknya, ia rabun dekat jika tak mengenakan kacamata sehingga wajah pemuda itu jadi ngeblur.

Nio terdiam menatap kearah pria itu sekarang, saat pertama kali bertemu tadi sore dokter Farhan masih mengenakan kacamata tapi sekarang saat kacamata itu di lepas ada rasa berbeda. Pria itu terlihat lebih tampan dan juga muda tanpa kacamata, tapi walau pun mengenakan benda itu dokter Farhan masih tetap tampan sih.

"Ganteng," tutur Nio sangat pelan, bahkan mata itu hanya terkunci pada wajah sempurna milik dokter Farhan, kesempatan kedua tak datang dua kali di dalam hidup ini maka ia akan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin dan selama mungkin.

Dokter Farhan tersenyum mendengar perkataan pemuda itu sehingga secara cepat langsung mengenakan kacamata miliknya kembali agar bisa melihat wajah Nio sekarang, kedua mata bulat itu terlihat menatap kearahnya penuh minat bahkan sampai tak berkedip sedikitpun, membuat ia merasa senang melihat itu semua entah kenapa.

Ia yakin jika dirinya masih normal tapi kenapa saat dekat dengan pemuda ini dan melakukan hal bersama ia merasa aneh? Mungkin kah ia belok? Tapi selama ini setiap kali bertemu pemuda manis juga di jalan atau di mall ia biasa saja tapi sekarang? Mereka baru bertemu tadi sore dan sekarang ia mulai memikirkan hal aneh?

"Kamu melamun lagi," ujar dokter Farhan, ia berusaha mengalihkan semuanya karena bagaimana pun dirinya percaya jika ini hal sesaat saja, mungkin nanti akan segera menghilang. Ini semua terjadi karena ia kesepian saja tak lebih dari itu.

"Eh?" Nio langsung menatap kearah lain saat sadar apa yang ia lakukan sekarang, bahkan pria itu sudah kembali mengenakan kacamatanya, ia terlalu larut sehingga tak sadar dengan apa yang barusan ia lakukan.

"Makan," ujar dokter Farhan dengan berjalan lebih dulu keluar dari dalam kamar, perasaannya semakin aneh sekarang, entah kenapa ini semua bisa terjadi. Ia sendiri bingung.

Bersambung..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB}Where stories live. Discover now