Step Brother - 38

245 11 8
                                    

Happy Reading!!

***

Setelah satu minggu lebih pergi bekerja sekaligus bulan madu, hari ini akhirnya Greta dan Krisna pulang. Xena bahagia. Tentu saja. Apalagi dengan oleh-oleh yang ayah tirinya bawa. Xena tak segan memeluk Krisna dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Tapi apa yang Xena lakukan itu tentu saja mengundang komentar Greta. Wanita cantik kesayangannya itu memang paling tidak bisa melihat anaknya senang. Ada saja cibirannya yang bikin Xena harus banyak-banyak bersabar memiliki ibu seperti Greta.

Seperti sekarang contohnya. Krisna baru saja bertanya, “Gimana, kalian akur-akur aja kan selama Mama Papa tinggal?”

“Akur, kok, Pa. kadang-kadang,” jawab Xena dengan cengirannya.

“Udah ketebak. Pasti kamu yang mulai usilin abang kamu sampai bikin dia kesal, iya ‘kan?” tuduh Greta lengkap dengan cebikan di bibirnya.

“Dih mana ada! Bisma tuh yang sering benget isengin aku. Mana akunya di tinggal-tinggal lagi!"

“Alah lebay, biasanya juga kamu pergi-pergi aja sendirian. Justru kamu kesenengan karena gak ada yang larang-larang. Benar ‘kan?”

Nah kan! Xena memang tidak pernah baik di mata ibunya. Kira-kira jika Xena ingin menukarnya bisa tidak ya? Xena ingin ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, yang akan khawatir meski satu menit anaknya hilang. Greta terlalu astagfirullah untuk Xena yang memiliki kesabaran setipis tisu di bagi dua. Xena jadi bingung, yang anak kandungnya Greta itu sebenarnya dirinya atau Bisma? Perasaan, Bisma selalu saja mendapatkan pembelaannya tanpa harus di minta, bahkan tanpa ada kata yang diucapkannya.

Iya, Bisma anteng-anteng saja dari tadi, menikmati oleh-oleh yang orang tua mereka bawa.

“Gak usah fitnah deh, ya, ibu singa!” delik Xena pada ibunya. “Selama ditinggal Mama Papa, aku jagain rumah dengan baik. Aku gak ada keluyuran ke mana-mana. Cuma balapan aja jumat malam kemarin. Terus sabtunya teman-teman Si Bisma datang. Ngeberantakin rumah. Barbeque-an. Ngerepotin aku. Bibi kan waktu itu izin cuti, rawat suaminya yang sakit. Tuh, Bisma mana ada bantuin aku beres-beres,” paparnya seraya melirik Bisma dengan tatapan tajam.

“Bisma ‘kan laki-laki. Dia pasti gak bisa beres-beres rumah. Kamu cewek. Harus lebih rajin,”

Sebuah smirk tercetak jelas di bibir Bisma. Membuat Xena mendengus. “Laki-laki bukan berarti gak bisa beres-beres. Kalau berkeinginan, setidaknya mau membantu. Papa aja kadang suka bantuin mama beres-beres ‘kan? Masa Bisma gak bisa. Payah!” cibir Xena sambil melirik sodara tirinya. Dan hal itu bikin Bisma menoleh.

“Sebenarnya masalah lo apa sih, Xen! Kena mulu perasaan gue dari tadi. Gue diam loh, padahal?”

“Gitu emang dia, Bis. Senang banget cari-cari kesalahan orang.”

“Nah kan, salah lagi! Udah lah emang anak tiri gue mah,”  desah Xena seolah pasrah.

“Lah, kan iya, sih, Xen. Kamu anak tiri,” Greta membenarkan.

“Iya, iya. Udahlah Ma, cape aku.”

“Gitu aja cape. Lemah benget!” cibir Greta yang sepertinya belum puas membuat anaknya tekanan batin.

Krisna hanya geleng-geleng kepala menyaksikan perdebatan tidak penting antara istri dan anak-anaknya. Kehadiran Xena dan Greta benar-benar membawa kebahagiaan baru untuk dirinya yang sempat merasa dunianya hancur sehancur-hancurnya. Senang juga karena putranya menerima baik keluarga barunya, meskipun percekcokan seperti barusan yang lebih sering menghiasi hari di rumahnya. Tapi tak apa, Krisna tetap berharap kebahagiaannya tidak akan lagi di renggut untuk kedua kalinya. Sebab ia tidak yakin akan mampu melaluinya jika sampai itu terjadi.

“Udah-udah, lebih baik sekarang Xena sama Bisma siap-siap gih. Kita makan malam di luar,” Krisna berusaha menengahi.

“Di luar mana Pa?” tanya Bisma ingin memastikan lebih dulu. Siapa tahu ‘kan luar yang ayahnya maksud luar rumah. Seperti halaman belakang atau teras depan mungkin. Kalau itu ‘kan Bisma tidak perlu ganti baju.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Step BrotherWhere stories live. Discover now