20. Viral

11 0 0
                                    

"Selamat pagi Tuan Putri! Mau berangkat sekarang?"

Begitu menginjakkan kaki di halaman, ia menemukan Damar berdiri di sebelah mobil bak seorang sopir. Dengan memegangi kedua tali tas punggung, Sydney berjalan menghampiri.

"Kamu ngapain pagi-pagi kesini?" Tanya Sydney.

"Mengantar Tuan Putri ke sekolah." Jawab Damar sembari membukakan pintu di sebelah kursi penumpang. "Silakan masuk, Rara!" Lanjutnya sembari membungkuk.

Sydney masuk ke dalam mobil sembari tersenyum geli. Menunggu Damar berjalan memutari mobil dan akhirnya duduk menyetir di sebelahnya.

"Kamu part time sekarang, Mar?" Tanya Sydney.

Damar mengangguk. "Lumayan. Raden Mas Danureja Kusuma menawarkan gaji yang besar."

Sydney tertawa. Hanya beberapa saat karena matanya menangkap bayangan sebuah mobil hitam terus mengikuti di belakang mereka, yang dilihatnya dari spion depan. Ia menengok ke belakang sesaat lalu katanya, "Kita diikuti?"

Damar mengangguk, tidak terlihat kaget sama sekali.

"Kamu sudah tahu?" Tanya Sydney lagi.

"Orang suruhan ramamu." Jawab Damar.

Sydney kembali melihat lurus ke depan, menepukkan tangan ke atas pahanya dengan kesal. "Rama keterlaluan!"

"Demi kebaikanmu, Syd." Balas Damar seraya menoleh.

"Aku diperlakukan seperti tahanan, Mar!" Protes Sydney.

"Ramamu berusaha menjagamu agar kau tetap aman. Beliau khawatir pada keselamatanmu, Syd." Balas Damar, berusaha memberikan pengertian.

"Seorang tahanan memang harus dijaga agar tidak lepas, Damar. Makanya di penjara ada sipir!" Balas Sydney.

Damar menghela napas, tak lagi menyahut. Menyisakan keheningan di sepanjang perjalanan mereka menuju sekolah Sydney. Bahkan gadis itu nyaris meninggalkan mobil tanpa berkata apa-apa, namun suara Damar menghentikan langkahnya.

"Nanti sore kujemput!" Kata Damar.

"Mbuh!" Sahut Sydney lalu membuang muka dengan mengibaskan rambut panjangnya. Meninggalkan Damar yang terkekeh geli di belakangnya. Dasar cowok nggak peka!

✧༺♥༻✧

"Tessa, kamu selamat?" Teriak Fani, menyambut kedatangan gadis itu.

"Hai girls!" Sapa Tessa, sambil melakukan toss dengan satu-persatu sahabatnya. "Of course I'm free! Memang sih aku sempat ditahan sebentar, tapi memangnya polisi mana yang berani memenjarakan putri tunggal keluarga Brata?" Jawab Tessa sembari tersenyum lebar.

Senyum yang tiba-tiba terlihat mengesalkan di mata Sydney. Ingatan akan kata-kata rama tempo hari kembali berkelebat di kepalanya. Tessa membawa pengaruh buruk untuknya.

"Kalian sendiri gimana?" Tanya Tessa kemudian.

"I'm okay. Papa lagi di luar negeri, jadi mama mengirim pengacara keluarga untuk membebaskanku." Jawab Karina. "Untung papa lagi nggak disini, kalau ya, bisa habis aku!" Imbuhnya.

"Yes, you will! Papiku marah besar. Dia nggak ngasih aku uang jajan sebulan. Terus gimana aku bisa shopping? Ya ampun, bisa stress aku!" Sahut Fani frustasi. Karina mengusap lengan gadis itu sebagai tanda simpati.

"Kamu gimana, Syd?" Tanya Tessa. "Oh, aku tahu! Kamu pasti langsung dibebaskan tanpa syarat. Secara--anak pengacara ternama Danureja Kusuma." Imbuhnya.

Rasanya Sydney ingin merobek mulut Tessa yang sesumbar itu! "Begitulah." Jawabnya seraya mengedikkan bahu.

"Sudah kuduga! Diantara kita berempat, pasti kamu yang paling mudah lolos dari hukuman." Sahut Tessa.

Sydney's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang