7. BUKAN CATATAN BIASA

18 5 0
                                    

Selamat membaca🤍

...


Gisell tak peduli lagi jika anak-anak yang menjadi babu dadakan si tsundere galak itu memohon-mohon kepadanya untuk mengiyakan kemauan Gara supaya mereka tidak diamuk masa oleh laki-laki itu. Antah kekacauan apa lagi yang ia perbuat sehingga Gisell harus rela repot-repot neladeni para gadis-gadis yang tertangkap basah menggunjingkan Gara. Jelas laki-laki itu mengamuk dan memberi mereka hukuman.

Namun yang paling menyebalkan darinya adalah kenapa harus dilampiaskan ke Gisell? Gisell tidak akan mau lagi menambah pekerjaannya di saat Gisell sudah memenuhi semua permintaan Gara sejak pagi tadi.

"Ayo dong Sell! Lo bantuin kita ya... pliss..."

Gisell tetap pada pendiriannya. Mana mau ia.

"Maaf, aku gak bisa."

"Masih sisa tujuh bulan buat ketemu sama dia, gue gak mau hidup gue jadi terombang-ambing karena amukan Kak Gara. Lo kan deket sama dia jadi pasti gak akan bermasalah kalau lo yang ngomong. Plis bantuin ya?"

Gisell mendelik, sejak kapan ia dekat dengan Gara? Justru kedekatan Gisell dan Gara ini bukan masalah lagi tapi bencana. Baru dua minggu Gisell menjadi babunya saja rasanya Gisell ingin membalas dengan ceramah panjang di hadapannya. Terutama sejak sepatu kesayangan yang diberikan almarhum ayahnya dijadikan bahan lawakan oleh Gara beberapa waktu yang lalu.

Jelas Gisell hilang respect.

"Tetap aja, aku gak bisa."

Namun apakah mereka menyerah?

Jelas tidak.

"Sell tolongin kita dong, masa iya gue kudu jadi babunya juga sama kayak lo?" Gisell mendelik.

"Sell ayo dong ..."

"Beneran deh Sell, selama ini gak ada yang berani lawan dia kecuali elo. Nyali gue sama lo beda, ntar gue diamuk auto ke psikister tiap minggu gara-gara kena mental ama Kak Gara."

Gisell mengernyit, di balik ribuannya penggemar Gara di sekolah ini ternyata masih ada yang satu pemikiran dengannya. Tiga cewek di depannya ini adalah golongan 0,1% yang tidak menyukai Gara si musisi tampan itu. Penampilan mereka yang membuat Gisell pusing dengan baju yang ngepress, rok pendek, belum lagi bibir merah tcabe yang terpencil di tengah-tengah muka putih namun leher hitam. Penampilan mereka yang seperti para pembully justru bertimbang balik dengan perangai dan nyali mereka yang setara dengan nyali anak TK ketika kepergok maling jambu.

Lagian juga ngapain ghibahin orang? Sudah tahu Gara itu musisi yang berkedok biang onar yang suka menyulitkan orang-orang.

"Apa pun bakal gue lakuin asalkan lo mau bantuin kita! Plis bantuin... bantuin ya?"

Gisell sempat berpikir, selintas ada ide yang terdampar di benaknya. Namun apakah mereka ini bisa dipercaya?

"Oke aku bakal mau," ucapnya, "Tapi ada syaratnya."

"Terserah! Apa pun syaratnya yang penting lo harus tolongin kita bertiga! Sumpah aseli gue beneran takut ama Kak Gara." Ucap salah satu di antara mereka.

Gisell mengulum senyum, sebelum ia mengatakan sesuatu yang sekiranya membuat para jablay itu terkejut.

"Aku bakal bantu kalian tapi dengan syarat kalian harus join ekstrakurikuler Menulis dan Dakwah di sekolah ini."

...

Di saat ia tak mau lagi berurusan dengan Gara hari ini, Gisell harus kembali repot-repot mendatangi laki-laki itu karena harus menolong para jablay bermental kerupuk itu. Untungnya mereka mau bergabung di esktrakurikuler meski pun sulit rasanya bagi para tante bibir merah itu akan menyesuaikan. Berbeda dengan Gisell justru ini kesempatannya untuk mengajak mereka berubah dan proposal ekstrakurikuler itu diterima.

Segitiga Musim Semi (ON GOING)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu