28. Causes of Resistance

73 8 25
                                    

Haru datang ke sekolah dengan perasaan senang. Semenjak Kakak nya datang ia tak henti-henti nya tersenyum setiap saat. Ia melangkah dengan langkah riang menuju lorong sekolah.

"Haru!"

Sontak pemuda itu menolehkan kepala kala seseorang memanggil namanya. Ia mengernyit kala melihat Hwan berjalan menghampiri nya.

"Haru."

"Ada apa?" Seketika raut ceria pemuda itu berubah datar kala melihat Hwan.

"Ayo kita berjalan bersama."

"Kenapa? apa tuan Halstead itu mencampakkan mu sampai kau ingat lagi kepada ku?" Haru nampak begitu sinis.

"Tidak. . . aku hanya merindukan mu Haru, aku minta maaf atas sikap ku sebelum nya. Aku tidak mau kau marah dan menjauh dariku, kau tahu kan kalau sahabat ku cuman kau saja?"

Haru memutar bola matanya malas, ia menaikkan ransel nya dan mendesah pelan.

"Asal kau mau menjauhi keluarga itu, aku akan memaafkan mu."

"Kau tidak perlu khawatir, aku sadar jika mereka tidak baik padaku." ujar Hwan.

"Kau yakin. . . ?" telisik Haru.

"Ya! aku merasa tidak pantas untuk Mark. Mereka adalah keluarga kaya, aku tidak pantas bersama dengan mereka."

"Bagus kalau kau sadar, orang kaya memang seperti itu. Pasti mereka juga kejam pada orang biasa seperti kita." Cemooh nya seperti ada dendam tersendiri. Pemuda itu memang semangat jika harus berbicara buruk soal keluarga itu.

"Kau benar. Jadi tolong kau jangan marah lagi pada ku. . . " mohon pemuda berkulit sedikit kecoklatan itu.

"Oke, aku memaafkan dirimu."

Haru tersenyum tipis, ia harap Hwan memang benar-benar akan menjauhi keluarga Halstead itu. Karena ia tidak mau sesuatu terjadi pada sahabat nya itu. Apa yang di katakan Akito dan Jillian waktu itu membuat Haru semakin waspada untuk berhadapan dengan keluarga Halstead.

"Ayo kita ke kelas!" ajak Hwan dengan antusias.

***

"Hwan, selama kau bersama dengan Mark. . . apa ada sesuatu yang aneh terjadi?" bisik Haru ketika jam pelajaran sudah dimulai.

"Eum. . . aku rasa tidak, tidak ada hal aneh yang terjadi. Hanya saja. . . "

"Apa. . . ?"

"Mereka bersikap dingin, dan juga tertutup. . . " balas Hwan juga dengan bisikan.

"Hanya itu saja?"

Hwan nampak tengah berpikir.

"Eum. . . dia juga hampir menggigit ku."

"Apa?!" Haru sontak berdiri dan menggebrak meja dengan begitu kuat, sampai membuat semua yang berada di kelas terlonjak kaget begitupun dengan guru yang tengah menulis di papan tulis.

Sekarang, mereka berdua tengah berdiri di tengah lapangan dengan kaki yang di angkat sebelah, dan buku yang menutupi kepala mereka berdua.

"Dia ingin menggigit mu?"

Obrolan mereka masih saja berlanjut. Haru bahkan nampak tidak menyesal setelah guru mengusir dirinya dan Hwan keluar kelas. Justru ia sangat semangat untuk membahas masalah ini dengan Hwan.

Bloody Diamond || NOMINWhere stories live. Discover now