31. Pure Blood

124 14 33
                                    

Tengah malam berlalu dan semua orang sudah tidur di kamar mereka masing-masing. Akito kembali ke kamar nya karena ia tahu jika Haru pasti akan datang menemui Jillian saat tengah malam. Taehyun pun juga tidur di kamarnya sendiri.

Kini Haru dengan hati yang berat mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan segera baik-baik saja. Setelah ia merenungkan perkataan Akito, ia memutuskan untuk memberikan darah nya pada Haru.

Pemuda itu pun dengan pelan memutar gagang pintu dan membuka pintu dengan sangat pelan. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam, tanpa menimbulkan suara apapun.

Haru bisa melihat di gelap nya malam, dengan cahaya bulan yang masuk kedalam kamar. Ia melihat Jillian masih saja memejamkan kedua matanya. Lantas Haru mendudukkan tubuhnya di sisi Jillian. Ia terus memperhatikan bagaimana wajah tampan itu nampak tak berdaya. Bibir pucat dan kulit putih nya seputih salju, Haru turut tak berdaya melihat nya.

Ia terus terdiam sembari memperhatikan, tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari wajah itu. Ia bahkan berani mengusap kening pria vampir yang terasa begitu dingin ketika mengenai kulitnya.

Merasakan ada sentuhan tipis di keningnya, Jillian pun membuka kelopak matanya perlahan. Sebenarnya ia sudah bangun lima menit lebih dulu daripada Haru, ia hanya ingin memejamkan matanya saat ini. Tetapi sentuhan lembut Haru berhasil mengganggunya.

"Apa kau bisa mendengarku dengan jelas, Jill?" Tanya Haru dan mendapat anggukan dari pria itu.

"Saat ini tubuhmu sangat lemah, Renfield syndrom mu semakin parah Jill. Tidak ada yang bisa menyembuhkan dirimu saat ini. Akito pun sangat mengkhawatirkan dirimu, jadi aku mohon kau bertahanlah."

Haru berbicara dengan sangat pelan, melihat Jillian yang hanya bisa mengangguk pun membuat hati nya pilu. Haru sangat ingin mendengar pria itu berbicara padanya.

"Ini semua salah ku. Seandainya aku tidak mencari masalah pada vampir outcast itu, mungkin ini tidak akan terjadi."

"Tapi aku tidak akan tinggal diam. Aku akan berusaha untuk memulihkan kesehatan mu Jill, apapun itu akan aku lakukan demi dirimu." Ujar Haru lirih.

Haru mengambil satu tangan Jillian dan mengenggemannya erat. Walaupun kulit itu terasa sedingin es tapi Haru tetap menggenggamnya dengan kuat. Ia tidak mau melepaskannya.

"Aku tidak tahu apa yang dirasakan tubuhmu saat ini. Luka mu. . . " Haru menatap sendu luka-luka di tangan Jillian yang masih basah.

Biasanya vampir dapat memulihkan luka nya sendiri dengan cepat. Namun, harus menunggu luka nya menghilang sampai kekuatannya pulih.

"Akito bilang kau bisa kembali pulih jika mendapat asupan dari darah murni. Aku. . . aku putuskan bahwa. . . akan ku berikan darah ku padamu."

Mendengar ucapan Haru membuat Jillian terjengit. Wajah nya menyala kala mendengar itu.

"Tidak. . . " Suara Jillian begitu lirih sampai hanya angin yang dapat mendengarnya.

"Apa?"

"Tidak, Haru. . . jangan lakukan itu." Haru mengernyit dalam mendengar perkataan Jillian.

"Kenapa Jill? aku akan mengijinkan mu menghisap darah ku, agar kau sembuh."

"Tidak Haru, kau tidak perlu melakukan itu. . . "

"Tapi kenapa?" Tanya Haru penasaran. Kenapa Jillian menolaknya? padahal itu demi dirinya sendiri.

"Aku tidak bisa. . . melukai dirimu, aku tidak bisa menyakitimu Haru. . . " Lirih nya.

Kelopak mata Haru bergetar mendengar suara lembut pria yang terbaring itu. "Ini semua demi dirimu Jill, aku ingin kau sembuh. Aku tidak ingin kau mati."

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang