3.

25 22 1
                                    

"Gue ngga nyangka cia, ternyata hidup lo seburuk ini sekarang, padahal dulu kan lo anak pengusaha kaya!" umpat avan dalam hati sambil membalap motor melintasi jalan raya.tapi dengan arah yang berbeda.

"Eh kaka, kok belok si! Kan apartemen nya ada disana!" sambil menunjukkan ke arah jalan raya.

"Gue mau bawa lo ke rumah sakit dulu, takut kalo kaki lo di biarkan, itu bakal infeksi!" jawab avan dengan penuh perhatian.

"Tapi gue ngga mau repotin lo van!" bantah acia, tapi avan sama sekali tidak mempedulikan ucapan acia, dia tetap dengan pekerjaan nya.

Motor terparkir di parkiran rumah sakit, dan avan buru buru turun untuk menggendong acia, agar kaki nya tidak menginjak tanah, karena itu hanya akan membuat kaki aci mengeluarkan darah nya kembali.

Dengan gagah nya avan masuk ke dalam tanpa meminta bantuan pekerja rumah sakit, karena itu adalah rumah sakit nya sendiri, memasukkan acia ke dalam sebuah ruangan, lalu membaringkan acia di atas hospital bad, agar avan dengan mudah mengobati luka di kaki acia.

Avan mengambil beberapa peralatan nya mulai dari perban, obat, cream antioksidan, dan beberapa bahan lain nya. Meletakkan nya di atas nakas, dan setelah itu dia langsung melakukan pekerjaan nya.

"Kalo sakit bilang ya!" titah avan, dan acia menganggukkan kepalanya.

Avan atau yang di kenal dengan panggilan dokter muda kini tengah membersihkan luka di kaki acia dengan sangat hati hati, jujur alasan avan melakukan hal ini, karena dulu ia pernah ada rasa pada acia, tapi ia mengerti dia tidak bisa mengajak acia untuk berpacaran, karena keluarga acia yang selain kaya, mereka juga terkenal kejam. Avan tidak ingin orang yang ia sayang kenapa napa.

"Dritttkk! Driittkk! Driittkk!" dari dalam tas terdengar suara ponsel acia yang sedang berbunyi, tapi dia tidak menghiraukan nya, acia tau itu adalah alvasya yang ingin memaki maki dirinya dengan mulut pedas nya.

"Kok ngga di angkat?" tanya avan lembut.

"Tidak penting!"

"Oh!"

Tapi berkali kali suara telpon itu berdering, membuat avan tidak percaya bahwa itu bukanlah hal yang penting, tapi avan juga tidak ingin ikut campur dengan masalah yang menimpa dengan acia, yang memang acia tidak mengatakan itu pada nya.

"Sakit!" tanya avan lembut, dengan tangan nya yang masih mengelap becak darah yang ada di kaki acia.

"Tidak!" acia menggelengkan kepalanya, bagaimana acia bisa mengatakan sakit jika avan memperlakukan nya dengan begitu lembut.

Mendengar itu, membuat avan langsung mencuci kaki acia dengan air dan setelah itu mengobatinya lalu mengikat perban di luka itu juga dengan begitu , membuat acia tersenyum ketika mendapatkan perlakuan ratu seperti yang ia rasakan sekarang, karena jika bersama alvasya, dia tidak lain hanya di perintah, di pukul, dan menangis.

"Sudah!''ucap avan memberi tau, dan menyimpan peralatan nya kembali tempat, dan setelah itu ia kembali berjalan mendekati acia. Membuat acia menunduk untuk itu.

" boleh cerita tentang apa yang terjadi sama kamu sekarang?"pinta avan sambil duduk di di sebuah kursi di dekat rumah sakit.membuat acia menunduk dan terdiam.

"Baiklah jika kamu tidak ingin mengatakan nya, aku tidak memaksa, tapi katakan padaku kenapa kau tidak tinggal di istana mu lagi?" tanya avan lagi, membuat acia mengangkat kan kepalanya menatap ke arah avan yang menatap ke arah nya.

"Agar aku lebih cepat sampai di Fakultas!"

"Jawaban yang konyol! Rumah mu tidak jauh nya dari Universitas negri jakarta, aku tidak bodoh acia, aku tau dimana letak rumah mu!" boe avan membuat acia kembali tertunduk.

lingkaran [on going]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ