8.

16 15 4
                                    

     "Ahhh gue capek cia,kita udah sepuluh ronde, gue mau tidur, lo kalo capek tidur aja."

"Oya,gueh mau ngomong,jangan pergi pergi,karena kemana pun lo kabur,gue tetap ada di sana."

setelah mengucapkan  itu alvasya menutup mata nya rapat, pria itu sama sekali tidak peduli dengan gadis malang yang menangis terisak isak karena ulah nya. Sesuatu yang menjadikan acia fellycha hancur seutuh nya.

    Acia bangun dengan tubuh nya yang polos, mengambil selimut putih untuk menutup tubuh nya, gadis itu berjalan ke arah lemari untuk mengambilkan baju nya, karena itu adalah kamar nya sendiri.

    Dengan air mata yang masih mengalir, gadis itu memakai baju nya dengan paksa, menghapus kasar air mata yang sangat menyakitkan nya,berlari ke arah pintu keluar dengan menutup wajah nya dengan hoodie.

   " pria macam apa dia."umpat nya mengingat perlakuan alvasya yang baru saja menghancurkan masa depan nya, masalah sudah halal itu belum ada di dalam pikiran gadis itu, yang hanya terlihat bahwa alvasya adalah seorang iblis yang selalu menyakiti nya, membuat dirinya menangis dan terluka.

"Taksi." acia mengalunkan tangan nya, menghentikan sebuah taksi yang sedang berjalan melewati gerbang apartemen atraja, menaiki nya dengan terburu buru, jujur ia ingin pergi jauh sekarang, gadis itu tidak ingin bertemu kembali dengan sosok alvasya atraja yang sudah membuat dirinya untuk membenci pria itu seutuh nya.

"Kastil kegelapan." ucap gadis itu memberi tau, jelas jelas semua orang akan mengetahui tempat yang di sebutkan oleh acia, tempat yang terlihat sangat menyeramkan yang menyimpan sihir sihir mematikan, itu adalah istana nya sendiri yang sudah berubah menjadi seperti ucapan nya setelah ayah nya pergi.

"Aku benci wanita itu." hina nya dalam hati, ingin sekali  ia menghunus nyawa perempuan yang tinggal di rumah nya itu, menanam nya hidup hidup, menyiksa perempuan itu dengan perbuatan yang lebih dari yang ia lakukan padanya.

Tidak lama duduk di dalam taksi, acia turun di sebuah rumah yang hampir serupa dengan hotel bintang lima, itu adalah rumah nya, tapi dahulu, dan sekarang di matanya itu hanyalah kandang hewan yang menjijikan yang membuat semua mata melaknat nya ketika sudah memandang.

Setelah membayar taksi yang ia naiki, acia berjalan ke arah pintu gerbang yang masih tertutup rapat, tanpa menyuruh satpam untuk membuka-nya, acia meletakkan telapak tangan nya di selip jari yang terpasang. Membuat gerbang itu terbuka dengan sendirinya.

Gadis itu berjalan dengan angkuh memasuki lapangan rumah yang sangat luas, di depan nya terlihat beberapa mobil yang terparkir rapi mulai dari Ferrari, Lamborghini dan beberapa mobil bermerek lain nya, membuat para satpam mengetahui siapa gadis yang masuk tanpa pemberitahuan itu.

"Ting nung."

Suara melengking terdengar dari pintu utama rumah itu, namun tiada siapa yang membukakan pintu nya, membuat acia kembali melakukan hal yang sama dengan meletakkan tangan nya di selip jari yang sudah melekat dari dulu di dinding putih bersih nan mewah itu.

Menjadikan pintu terbuka tanpa bantuan manusia, acia menyunggingkan senyuman tipis di wajah nya, walaupun rasa sakit nya pada alvasya dan wanita yang tinggal di rumah itu masih ada. Gadis itu tersenyum ketika bayangan masa lalunya ketika pertama sekali memasang selip jari bersama dengan keluarga lengkapnya, tapi sekarang gadis itu hanya tinggal sendirian.

Kaki gadis yang menahan rasa sakit nya di bagian selangkaan wanita nya, berjalan  masuk kedalam rumah yang terlihat gelap tanpa lampu yang menyala, yang namun, dari jauh acia dapat melihat seorang wanita paru baya yang paling ia benci seumur hidup nya sedang berjalan ke arah nya.

"Prok prok prok."

"Bagus bagus bagus."

Suara tepuk tangan dan pujian yang terasa hinaan ataupun cacian, keluar dari mulut wanita Puru baya yang memakai dres hitam dengan mata nya yang tajam, di tambah dengan bibir nya yang merah membahana seperti lintah kekenyangan.

lingkaran [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang