42% A Castle

54 8 3
                                    

Langit hari itu mulai terlihat gelap, semburat warna orange dari barat itu perlahan tenggelam membuktikan kalau hari mulai menuju malam. Masih bersandar pada body mobil itu, Bisma dan Hema masih setia menunggu kopi yang sedang Tirta belikan. Mungkin ini sudah lima belas menit berlalu?

Hingga Lintang datang dengan dua gelas plastik dikedua tangannya. Dari asap yang mengepul itu mereka bisa menebak kalau Lintang membawa kopi panas.

Lintang lantas menyodorkan dua gelas itu pada Bisma dan Hema, "Kelamaan nunggu bocah itu. Kita keburu hipotermia nungguin dia."

Lalu datanglah laki-laki lain yang juga membawa kopi untuk Lintang. Pak Joshep. Laki-laki itu terkekeh kecil melihat Lintang yang terlihat menggerutu itu, "Maklumlah orang jalan kaki dianya. Nih minum kopi ini aja dulu."

Lintang membuang napas panjang menerima kopi itu. Ia bersandar pada mobil itu sambil perlahan menyeruputnya. Menikmati pemandangan cahaya matahari yang mulai tenggelam dari balik gunung didepannya.

Sampailah ketika matahari itu benar-benar mulai tenggelam membuat sekitarnya itu menjadi gelap, termasuk gunung yang ada didepannya. Satu hal yang membuat Lintang salah fokus. Yaitu satu bangunan yang nampak begitu bersinar di gunung itu. Itu adalah rumah yang sama yang Bisma dan Hema lihat. Lampunya yang terang menyala membuat Lintang langsung tertuju pada bangunan itu.

"Itu rumah siapa Pak?" tanyanya.

Pak Joshep menyeruput kopinya sejenak, "Itu bukan rumah tapi kastil."

"HAH?!"

Pak Joshep terbahak melihat reaksi tiga orang ini yang sangat kompak ketika ia menyebutnya kastil, "Bukan bukan! Itu rumah kok, cuma besar dan mewah aja mirip istana. Atau ya kalau sekarang mirip-mirip mansionlah tapi dengan gaya Eropa klasik."

Ketiganya langsung berdecak. Lagipula di jaman sekarang ini, mana mungkin ada kastil yang masih ditinggali.

Lintang lalu mendengus melirik Pak Joshep, "Yeuuu si Bapak, emang punya siapa Pak?"

"Dulu tempat itu ditinggali keluarga yang kaya raya gitu. Hartanya berlimpah ruah, bahkan ada yang bilang kalau, mereka tinggal di gunung itu karena mereka lagi jagain hartanya yang mereka simpan dibawah gunung itu dari nenek moyang mereka."

"BUSETT DAH!! Yang bener aja hartanya disimpen di gunung!" Bisma menyambar dengan wajah kaget tak percaya.

"Katanya orang-orang sih gitu." Lanjut Pak Joshep, "Mereka punya dua anak laki-laki sebagai pewaris, tapi dua belas tahun lalu kejadian tragis menimpa keluarga ini. Orang tua mereka dibunuh sama perampok dan menyisakan mereka aja. Saya saksinya kalau mereka selamat pada kejadian itu."

Sejenak Hema menatap rumah itu sambil menyeruput kopinya, "Gimana ceritanya Pak?"

"Malam gelap itu, saya lagi bawa kayu sengon ditruk saya. Mau saya jual ke kota. Saya melewati jalur ini untuk pulang. Tapi ditengah jalan saya ketemu dua anak laki-laki yang mencegat saya. Satunya masih kecil dan digendong dipunggung kakaknya dengan wajah pucat. Mereka keliatan ketakutan banget, setelah saya tanya mereka bilang kalau orang tua mereka mati dibunuh di rumah itu. Akhirnya mereka minta tumpangan ke saya. Karena saya takut kenapa-kenapa membawa dua anak ini, akhirnya saya antar mereka ikut ke kota dan saya tinggal mereka disana."

"Ihhh bapaknya tega banget!" Keluh Hema.

"Jelas aslinya saya tidak tega. Tapi saya sudah bilang baik-baik sama kakaknya kalau saya gak bisa menerima mereka karena takut mengancam keselamatan keluarga saya. Dan Kakaknyapun mengerti. Dia rela saya tinggal dibawah kolong jembatan disebuah rumah reot gitu. Mereka bakal tinggal disana."

Lintang mengangguk-anggukan kepalanya setelah menyimak cerita dari Pak Joshep, "Terus sekarang mereka masih hidup?"

Pria tua mengangguk, "Masih. Lima tahun lalu saya ketemu sama anak pertamanya aja, adiknya saya kurang tau dan gak mau tau lebih, karena jujur saya takut berurusan dengan orang seperti itu. Tapi setidaknya saya bersyukur dia masih hidup, saya kira dia tidak akan kembali lagi kerumah itu. Mungkin dulu dia masih kecil dan sangat ketakutan, saya pikir dia gak bakal balik lagi buat ngambil haknya. Tapi ternyata saya salah anak itu sudah tubuh dewasa sekarang dan kembali mengambil haknya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE TIM Where stories live. Discover now