Bonus 1: 9 Hati, 9 Hari

27 10 11
                                    

Lia Santoso

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lia Santoso

Lia menatap keluar jendela apartemennya yang kecil namun nyaman, mengamati hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur. Lampu-lampu neon berkilauan di kejauhan, menciptakan bayangan warna-warni yang menari di dinding kamarnya. Gemerlap kota ini selalu menarik baginya, sebuah kontradiksi antara kecantikan dan kebrutalan, di mana mimpi dan mimpi buruk seringkali tak dapat dibedakan.

Lia tumbuh di lingkungan yang keras. Kehilangan orang tuanya di usia muda membuatnya harus cepat dewasa. "Aku harus kuat," pikirnya berulang kali, menguatkan dirinya untuk menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan. Adiknya, Siska, adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Lia bertekad untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi adiknya, memastikan bahwa Siska tidak perlu mengalami penderitaan yang sama.

"Lia, kamu tidak perlu melakukan ini," kata sahabatnya, Rina, suatu malam saat mereka berbincang di balkon apartemen.

"Aku tahu, Rin. Tapi aku tidak punya pilihan lain," jawab Lia dengan suara tegas namun lembut. "Aku harus membiayai kuliah Siska. Dia harus memiliki masa depan yang lebih baik."

Rina menghela napas panjang. "Hanya saja... aku khawatir padamu. Dunia malam itu kejam."

Lia tersenyum tipis, mencoba meyakinkan temannya. "Aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula, aku tidak akan selamanya seperti ini. Ini hanya sementara, sampai Siska lulus."

Kehidupan sebagai wanita penghibur tidak pernah mudah. Setiap malam, Lia mengenakan gaun terbaiknya, merias wajahnya dengan cermat, dan melangkah ke dunia yang penuh dengan godaan dan bahaya. Di dalam klub, musik berdentum keras, cahaya lampu sorot berkilauan, dan gelak tawa bercampur dengan suara percakapan yang riuh.

Lia memasuki klub dengan langkah percaya diri. Dia sudah terbiasa dengan tatapan pria yang memandanginya, beberapa dengan kekaguman, yang lain dengan niat yang tidak suci. Dia menavigasi ruang penuh sesak dengan mudah, menemukan tempat di bar di mana dia bisa melihat seluruh ruangan.

"Hey, Lia!" panggil seorang pria dari sudut ruangan. Itu adalah Andre, salah satu pelanggan tetap yang selalu datang untuk melihatnya. Andre adalah pria baik, meskipun kadang-kadang terlalu bersemangat. Lia menghargai kebaikannya, meskipun dia tahu bahwa dia tidak bisa terlalu dekat dengan pelanggan.

"Hey, Andre," jawab Lia sambil tersenyum. "Bagaimana harimu?"

"Lebih baik sekarang setelah melihatmu," balas Andre dengan senyum lebar. "Mau minum?"

"Tentu, tapi aku masih harus bekerja, ingat?" Lia tertawa kecil, mengambil gelas yang ditawarkan Andre.

Malam itu berlalu seperti biasanya. Lia menemani berbagai pria yang datang ke klub, mendengarkan cerita mereka, memberikan senyuman dan tawa yang tulus namun terukur. Dia tahu bagaimana menjaga batas, memberikan kehangatan tanpa harus benar-benar terbuka.

Ketika malam semakin larut, Lia melangkah keluar dari klub untuk mengambil udara segar. Langit malam yang gelap dihiasi bintang-bintang, memberikan kontras yang indah dengan gemerlap lampu kota. Di momen seperti ini, dia sering memikirkan masa lalunya dan bagaimana dia bisa sampai di titik ini.

Cinta RemajakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang