Kembali lagi di cerita Veen-Ralee.
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya. Vote dan komen dari kalian adalah apresiasi untukku.
Baca sampai selesai, ya.
**VEEN-RALEE**
Matahari begitu menyengat wilayah Kerajaan Shammari. Di dalam kerajaan tengah merayakan keberhasilan balas dendam mereka atas kematian Putri Fahda. Raja Salman yang ingin membalaskan dendam melalui peperangan, akhirnya mengundurkan niatnya itu. Putra pertama kerajaan mereka telah membalas dengan cara di luar pikiran mereka semua. Bahkan ini lebih dari sekedar peperangan. Begitu impas dengan kematian Putri Fahda yang sempat direndahkan harga dirinya.
Mereka tengah mempersiapkan perayaan keberhasilan itu di istana. Raja Salman sekaligus juga mempersiapkan penobatan Parveen sebagai Pangeran Mahkota. Kedatangan Parveen pagi tadi disambut kebahagiaan oleh rakyat Kerajaan Shammari. Hanya saja Parveen belum bisa ikut merayakan karena harus beristirahat di kamarnya. Itu alasan yang Nashel berikan pada Raja Salman. Agar sang raja tidak tahu bahwa Parveen sengaja Nashel bius.
Seorang putri tengah menatap semua persiapan perayaan sekaligus penobatan Parveen, kakaknya. Sebenarnya Luisa tak tega harus mengorbankan cinta sang kakak dan kakak iparnya. Hanya saja jika Luisa tidak merencanakan ini, mungkin ia akan kembali kehilangan. Raja Salman dan semua rakyat Kerajaan Shammari akan menganggap Parveen sebagai pengkhianat, jika sang pangeran menikahi Saralee karena sebuah cinta.
Sudah cukup Luisa kehilangan Putri Fahda. Masalah balas dendam yang ingin ia jalani, biarlah Luisa singkirkan lebih dulu. Lagipula belum terbukti siapa orang di balik alasan Putri Fahda membunuhnya sendiri. Mungkin kematian sang putri memang berkaitan dengan Kerajaan Jenggala. Namun, pasti ada seseorang di balik semua itu.
Jika Luisa egois dan tetap menginginkan peperangan antara Kerajaan Shammari dan Kerajaan Jenggala. Ia tidak hanya membunuh satu bajingan yang menyentuh kakaknya saja. Akan tetapi, akan banyak korban dari rakyat tak bersalah. Luisa dikenal sebagai putri kedua yang memiliki sikap penyayang. Maka dari itu, karena tidak tega, Luisa menjalankan rencana lain yang bisa menyelamatkan semua orang yang tidak bersalah. Meski harus mengorbankan cinta Parveen dan Saralee.
"Aku minta maaf, Bhai-ja Veen. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu," gumamnya.
"Jangan terlalu dipikirkan, Putri. Bhai-ja mu tidak akan marah padamu. Percayalah, dia akan mengerti. Lagipula Pangeran Parveen mempunyai seribu rencana di kepalanya untuk bisa bersatu kembali dengan kakak ipar." Nashel menyahut dari belakang Luisa.
Luisa tersenyum tipis. Berusaha menyakinkan dirinya. "Ya, aku berharap rencana ini tidak akan menjadi takdir buruk, Pangeran. Karena telah memisahkan dua cinta yang telah sah di mata Tuhan." Ini yang menjadi pikiran Luisa. Cinta selalu dianggap suci. Anugerah yang diberikan Tuhan. Rasanya memisahkan dua cinta yang tulus, sama saja seperti menentang takdir Tuhan.
Nashel merangkul bahu Luisa. Membuat sang putri tersentak kaget. "Ini juga demi kebaikan mereka, Putri. Aku yakin tidak akan terjadi hal buruk." Pangeran ketiga tidak sadar Luisa terus menatapnya. Netra Nashel menatap ke depan, tanpa memperhatikan gadis di sampingnya.
Luisa tak terbiasa dengan Nashel yang melakukan kontak fisik padanya. Biasanya mereka selalu bertengkar. Namun, tiba-tiba saja Luisa dan Nashel menjadi begitu dekat. Bahkan dengan berani Nashel merangkulnya. Jika diingat-ingat, Nashel sudah beberapa kali mendekap dan menggenggam Luisa setelah kematian Putri Fahda.
"Putri, kau kenapa?" Luisa tersadar dari lamunannya ketika Nashel mengerakkan tubuhnya.
Putri kedua menggelengkan kepala dengan tersenyum canggung. "Aku tidak apa-apa. Sepertinya aku ingat harus bantu Baji-Ba. Aku harus pergi, Pangeran." Luisa dengan cepat melepaskan rangkulan itu. Kemudian berjalan cepat menjauhi Nashel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veen-Ralee
RomancePangeran Parveen Rashieka, pangeran pertama dari Kerajaan Shammari. Ia jatuh cinta pada Saralee Eshe, putri dari Kerajaan Jenggala. Kisah cinta keduanya menjadi rumit dengan adanya konflik dari kerajaan mereka. Dua kerajaan itu telah bermusuhan hamp...