Dua Sembilan

7.6K 762 46
                                    

Seorang pria menatap layar ponselnya memandang sebuah foto anak kecil yang menjadi tranding topik di berbagai media platform digital. Anak kecil yang baru saja diumumkan sebagai anak dari pengusaha ternama Gavin Adhyaksa. Ya, Sabiru anak kecil yang berhasil mencuri perhatian banyak orang.

"Harusnya kita sama-sama menderita" ucapnya sambil mematikan ponselnya, pria itu mengambil kunci mobil miliknya, melajukan mobilnya sampai berada di depan sebuah rumah yang begitu besar.

Setelah beberapa saat pria itu kembali melajukan mobilnya. Satu hari, dua hari pria itu kembali datang melihat rumah itu dari kejauhan sampai sebuah mobil mewah keluar dari sana Pria itu mengikuti dari belakang, dia melihat seorang anak kecil dan ibunya masuk kedalam kantor. Semua rencananya berjalan mulus mobil yang ditumpangi oleh anak kecil dan ibunya itu berhasil tertabrak. Pria itu membuka pintu mobil bagian belakang dilihatnya anak kecil itu ada dipelukan ibunya. Pria itu membawa anak kecil itu kesebuah gudang gelap, lembab, anak itu di dudukan di kursi lalu mengikatnya. Pria itu mengusap pelan pipi lembut anak itu tidak ada luka sedikitpun ibunya benar-benar menjaga anak ini.

"Harusnya saat itu Lo yang mati bukan wanita yang gue cintai. Dan sekarang hidup Lo enak tinggal dengan orang yang udah buat dia menderita. Lo tuh penderitaan buat dia harusnya Lo mati!!!!!" Teriak pria itu napasnya memburu.

Anak itu Sabiru yang kini perlahan membuka matanya, Sabiru mulai menangis saat dia merasa ada di tempat asing "mamaa" kata pertama yang iya keluarkan.

"Berisik anjiiingggg!!!" Teriak pria itu saat mendengar tangis Sabiru. Sabiru yang kaget dengan teriakan itu malah semakin menangis memanggil-manggil mamanya.

"Gue bilang berisik!!! Lo budek ya anjing!!" Teriaknya dengan kaki yang menendang kursi dimana Sabiru duduk terikat hingga kursi itu terguling.

"Lo tau!! Lo udah bunuh orang yang gue sayang" ucap pria itu sambil mencengkram pipi Sabiru.

"Harusnya Chalisa masih hidup. Tapi gara-gara Lo dia harus mati. Anak setan!!! Lo tuh pembunuh!!!! Kalau bukan karena Lo chalisa masih hidup bajingan!! Lo pembunuh. Anjing!! Kenapa Lo harus hidup dan sekarang Lo hidup tanpa ada beban dengan orang yang udah buah chalisa hancur!!" Ucapnya sambil menggoreskan pisau ketangan mungil Sabiru anak itu merintis kesakitan, goresan demi goresan pria itu goreskan pada lengan Sabiru darah terus mengalir tanpa henti dan Sabiru yang merintih kesakitan dengan tangis yang semakin memelan karena tubuhnya yang lemas.

Pria itu mencengkram kuat rambut Sabiru "Lo tau bocah!! Gue bertahun-tahun kerja supaya gue bisa buat hidup chalisa bahagia tapi saat gue kembali dia udah ga bernyawa dan itu karena Lo. Chalisa mati karena Lo begitu juga Lo harus mati. Kita akan mati sama-sama" ucap pria itu yang tertawa dengan kerasnya sedangkan Sabiru sudah begitu lemas karena darah yang tidak berhenti mengalir.

Jeffrey mendapat kabar jika adiknya tidak ditemukan saat kecelakaan bersama mamanya dengan cepat dia mengotak-atik ponsel pintarnya. "Ketemu" serunya dia langsung menelpon Gavin.

"Papa aku tau adek ada dimana, tolong langsung hubungi polisi aku segera kesana, posisinya udah aku kirim" ucap Jeff. Minggu lalu dia memberikan jam tangan pada Sabiru dan memasang GPS di jam tangan itu karena meskipun Sabiru hanya dirumah anak itu sering berkeliling sendirian jadi Jeff memasangkan GPS agar mudah mencarinya dan untungnya anak itu selalu memakainya.

Gavin yang mendengar itu merasa sedikit lega anaknya berhasil ditemukan. "Bang tolong lapor polisi Jeff bilang dia udah tau adek dimana" ucap Gavin pada Sagara.

Gavin langsung berlari setelah memberi pesan pada Sagara. Dan Sagara juga ikut berlari mengikuti Gavin bersama Marsello dan Naren yang langsung dihentikan Sagara.

"Adek mau kemana?" Tanya Sagara saat tau anak terakhirnya ikut berlari.

"Ikut papi nyusulin biru" ucapnya

"Balik lagi temenin mami sama mama"

"Tapi aku mau ikut papi, adik aku loh disana sama orang jahat papi pikir aku bakalan tenang disini"

"Adek balik kesana" ucap Sagara

"Tapi adek mau ikut!!"

"Papi gak tau diluar sana sebahaya apa jadi papi mohon kamu diem disini temenin Mama sama Mami" ucap Sagara sebelum akhirnya pergi meninggalkan Naren, Naren menghela nafasnya lalu berjalan lunglai.

"Adek maafin kakak Nana ya gak bisa tolongin kamu" ucapnya.

Sekarang gudang itu sudah ramai dengan mobil dan orang-orang dari kepolisian.

"Gimana bisa Lo nemuin adek" tanya Mars pada Jeff

"Gue pasang GPS di jam tangannya" ucap Jeff

Kepolisian mulai berpencar anak yang masuk kedalam gudang dan yang berjaga diluar gudang, Gavin, Sagara Jeff dan Mars ikut masuk bersama pihak kepolisian.

Sedangkan Guntur pria yang menculik Sabiru langsung panik saat mendengar suara mobil yang datang.

"Kita harus mati, iya kita akan mati sama-sama" ucapnya dia memasang bom waktu di tubuhnya tapi saat akan memasangkan pada Sabiru polisi datang.

"Angkat tangan!!" Ucap kepolisian sambil menodongkan pistol.

Guntur angkat tangannya sambil tertawa.

"Lo semua maju satu langkah anak ini mati anjing!!" Teriaknya tidak ada yang berani maju takut-takut guntur akan nekat, tapi dari arah yang tidak disangka peluru melesat mengenai kepala Guntur.

Jeff yang berjalan paling belakang memilih arah berbeda dari yang lain dan dia melihat jelas adiknya sudah berlumuran darah bahkan darahnya tidak berhenti mengalir Jeff tidak punya banyak waktu atau dia akan kehilangan adiknya. Menembak bukan hal asing baginya keluarganya punya banyak musuh dan sebagai anak pertama Jeff harus bisa melindungi keluarganya, maka dari itu ayahnya mengajari banyak hal salah satu menembak.

Jeff bisa lihat pria itu mulai terjatuh dengan darah yang mengalir di kepalanya.

"Ada bom yang terpasang di tubuhnya kita harus segara pergi dari sini" ucap kepolisian.

Gavin langsung melepaskan ikatan pada anaknya dan membawa anaknya kegendongannya tangannya gemetar melihat anaknya yang tak sadarkan diri dengan darah yang tidak berhenti mengalir.

Gavin memeluk anaknya erat saat sudah di dalam mobil tangisnya pecah, anaknya terluka.

"Adek bangun. Bangun sayang, Papa mohon. Pak lebih cepat!!" Ucapnya mobil yang ditumpangi Gavin sampai di rumah sakit. Dan Sabiru langsung di tangani.

"Papa" ucap Naren yang melihat Gavin menangis di depan IGD dengan baju yang penuh dengan darah.

"Adek, Na, adek gamau bangun, Papa udah bangunin adek tadi" ucap Gavin.

"Papa jangan kaya gini, adek pasti bangun, adek anak yang kuat adek pasti bangun Papa" ucap Naren yang kini ikut menangis memeluk Gavin.






Maaf lama 👀✌🏻🙇🏻

SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang