•SHORT SERIES• Season 2[M]✔️

Devil Work -2- (+) End

Suara musik di Plaza de las Tres Culturas berganti, memainkan lagu yang lain, yang lebih lembut dan lebih pelan dari sebelumnya. Chanyeol mengencangkan pegangannya di leher Yoona. Pria itu melepaskan ciumannya dan berbisik, "berdansalah denganku," dengan suara rendah dan dalam.

Seperti tersihir, Yoona menyandarkan kepalanya ke bahu Chanyeol, tangannya menggenggam lengan kekar Chanyeol yang melingkari lehernya. Dengan susah payah, Yoona berusaha mengikuti gerakan Chanyeol, berdansa sesuai irama, maju-mundur, ke kanan dan ke kiri, meskipun kakinya sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya akibat sensasi panas jemari Chanyeol yang menggerayangi daerah kewanitaannya. Yoona bisa merasakan kejantanan Chanyeol semakin mengeras ketika bergesekkan dengan bokong seksinya.
Dirinya dan Chanyeol tengah bercinta sekarang, dengan setiap sentuhan, setiap desahan dan setiap erangan. Tapi semua itu tidak cukup memuaskan gairahnya, gairah mereka yang menggebu-gebu. Atmosfer ruangan itu terasa memanas, seiring semakin kuatnya gairah sensualitas yang tercipta di antara mereka.

Chanyeol dan Yoona akhirnya menarik diri. Dengan masih terengah-engah, Chanyeol memutar tubuh Yoona agar menghadapnya, menangkup wajah cantik Yoona, kemudian mencium wanita itu lagi dengan penuh gairah. Chanyeol mendekap Yoona lebih erat, kedua tangannya menyelinap ke balik dress Yoona, menjamah pinggulnya dan melumat bibir wanita itu dengan rakus dan ganas.
Seketika Yoona merasa seluruh tulangnya rontok. Ciuman Chanyeol benar-benar maut.

"Ya, Tuhan!"

Tidak ada pria lain yang pernah menciumnya seperti Chanyeol. Keganasan, gairah panas dan keseimbangan yang sempurna antara lembut dan kasar. Pria-pria lain tak pernah peduli apakah Yoona benar-benar menikmati ciuman mereka. Tapi Chanyeol menciumnya seakan-akan ciuman itulah alasan pria itu hidup, untuk berbagi napas, berbagi getaran, menuntut semuanya, memberikan semuanya, membawanya ke puncak hanya dengan bibir, gigi dan lidahnya.

Yoona merasakan detak jantungnya berdentam-dentam di telinga, mengalahkan suara musik di Plaza de las Tres Culturas. Semua naluri kewanitaannya memaksa untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada Chanyeol dan mereguk semua kenikmatan yang membuatnya bergetar dan merintih tanpa henti. Chanyeol membimbingnya ke arah ranjang sampai bagian belakang kaki wanita itu menabrak pinggiran tempat tidur, lalu Chanyeol mendorong Yoona supaya berbaring di atasnya. Mata Yoona melebar ketika Chanyeol melepas kemejanya, memperlihatkan dadanya yang kokoh dan otot-ototnya yang kencang.

Chanyeol memandang Yoona dengan tatapannya yang liar, penuh hasrat dan emosi. Yoona menarik napas tajam dan menggigit bibirnya ketika Chanyeol beranjak mendekat, memosisikan dirinya di atas Yoona, mengunci wanita itu dengan kedua lengannya.

"Kita tidak akan bisa berteman lagi jika melanjutkan hal ini," katanya pada Yoona, tetap berusaha menahan diri.

"Memangnya kita pernah berteman? Kau selalu menghindariku," sahut Yoona seraya mengerucutkan bibirnya yang merah merekah, lalu memalingkan wajahnya ke samping.

Chanyeol mengelus pipi Yoona, dan dengan penuh kelembutan, ia mengarahkan wajah cantik yang tengah merengut itu kembali padanya. "Itu karena aku tak bisa menahan diri kalau berdekatan denganmu... Aku begitu menginginkanmu sampai aku takut kehilangan kendali, atau yang lebih buruk... Aku takut kehilangan dirimu."

Yoona terperanjat mendengar pengakuan Chanyeol. Selama ini ia menyangka bahwa Chanyeol membencinya karena pria itu kerap menjauhinya jika mereka berada dalam kesempatan yang sama. Namun kenyataannya, Chanyeol malah tergila-gila padanya.

"Bila kau tak menginginkan hal ini, kita masih bisa berhenti sekarang. Aku akan pergi keluar dan tidak akan mengganggumu."

Chanyeol berusaha bersikap kesatria walau dengan setengah hati, karena seluruh hasrat kelaki-lakiannya berharap dapat menyatu dengan Yoona, melambungkan wanita itu ke puncak kenikmatan tertinggi dan membiarkan dirinya sendiri luruh dalam tubuh Yoona.