SU.7 Love

905 99 10
                                    
























































































































Film diajak Namtan ke acara besar badan eksekutif mahasiswa sebagai panitia dalam rangka ulang tahun kampusnya. Film nggak ada nolak, keinginan Namtan sebagai tunangan sah-nya sekarang menjadi salah satu dari keharusan selain titah Papa yang nggak terbendung itu. Begitu sih kata Papa, dia calon pemimpin rumah tangga kamu.

Jadi di sinilah Film, menunggu sabar acara di mulai pada kursi khusus tamu, bersama Lovey di samping yang ngebet minta ikut. Cewek itu dari tadi mengoceh. Kadang cerewet full kagum. Membicarakan gimana tiba-tiba Film ganti status sebagai tunangan dari mahasiswa semester karet, terus dekor aula megah yang nggak tertandingi dengan kampusnya dulu.

"Loh bukannya itu si galak ya?"

Film ikut bawa pandangan di pintu gerbang utama aula. Ada saudara Namtan Tipnaree, si Pansa Vosbein, ya benar, mereka berdua setuju dia itu galak. Tapi ternyata bukan cuma Pansa di sana.

Ada Kinan ikut berjalan di belakang, juga Faye, Jan, dan Anda, minus Fay Nakhon.

Film tarik napasnya jengah.

Dunia orang kaya selalu sesempit itu.

"Mungkin mereka juga alumni kampus ini?" Lovey menebak-nebak.

Film ngangguk pelan, buang pandangan dari keluarga itu, balik tutup mata dan sandar kepala di pundak kecil Love. "Tapi si Pansa lulusan luar negeri. Sisanya, kata Namtan alumni di sini. Kecuali dia, belum lulus-lulus."

Lovey tertawa, sakit jadi Namtan tapi Film bilang itu kenyataan.

"Tapi kakak adeknya kalo dilihat-lihat lagi, cakep semua. Tapi ini loh, mukanya pada beda." Love kembali bertanya-tanya.

Film mengangguk, masih menutup mata, malas sekali. "Anaknya Papa Tipnaree cuma Namtan doang. Sisanya anak angkat dan adopsi." Begitulah kira-kira sepengetahuan Film.

Lovey noleh kaget. "Serius?!"

"Makanya mereka itu aslinya bersaing banget, mau jadi anak yang pantas dan terbaik, sampe jadi toxic cuma nggak sadar aja." Film bangun, tunjuk Namtan di depan, sedang sibuk menata persiapan acara, "Namtan kelemahannya terlalu baik, terlalu onar. Jadi mau-mau aja kalah start sama saudara dia yang lain."

"Mungkin dia manja?"

Bahu Film terangkat pongah, "Tau," Terus mikir lagi, sejauh ini, keonaran dan sikap rajin dia nggak bisa Film simpulkan sebagai bentuk manja. "Memang sok sibuk di kampus aja sampe lupa studi." Mungkin, Film juga nggak yakin.

Kalau manja, mana mau Namtan hidup bersosialisasi capek-capek di kampus. Nggak akan anak kampus manja mau turun ke lapangan hingga ke jalan demi kelangsungan organisasi. Jadi nggak mungkin Namtan manja.

"Dia baik nggak sih?"

Tanpa menoleh, Film mengangguk kepala pelan, perhatikan Namtan lamat-lamat di depan sana, orang itu sedang super sibuk. "Banget. Tapi gue takut," Film mengangguk lagi, di ekor mata Lovey menunggu gemas. "Namtan terlalu baik." Rela menawarkan anter pergi-pulang, ke mana pun Film minta di iyain, "Bahkan sebelum kita tunangan, dia terang-terangan mundur karena merasa dia nggak pantes sama seseorang kayak gue, sukses dan sudah bekerja."

"Dia insecure itu wajar."

"Padahal jadi pengacara pun nggak sukses-sukses amat, kasus selalu kalah, klien jarang. Entah apa patokan sukses sampe dia gila berpikir mau tukar tempat sama Pansa Vosbein." Keluarga Tipnaree itu duduk di kursi seberang. Sebaris sih. Makanya Film bisa lihat Pansa Vosbein meski bermeter-meter jauhnya.

Semester UsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang