SU.15 Konsultasi Hati

848 101 20
                                    












































































































Di firma, pagi-pagi Pansa Vosbein udah menampakkan diri. Tampang cuek nggak terhalang apapun bentuk suasana itu sedang silang tangan depan Lovey Pattranite. Sahabat karib Film, yang menghadapi rintangan meski itu terjangan modelan manusia kayak Pansa bersama senyum manis sampai mata menyipit. Tulus banget. Cuma si Pansa awet pajang muka dingin itu.

Untungnya Namtan Tipnaree, tunangannya adalah segala kebalikan manusia sedarah dengannya ini. Film dari balik pintu tertahan niatan buat masuk, tadi kepikiran ngajak Lovey buat singgah nongkrong sehabis kerja. Mau curhat seperti biasa.

"Eh Film!" Suara ceria Lovey membuat Pansa memutar kursi, membuat Film gagal menutup pintu, membuat dua orang selain Lovey di sana saling menatap aneh. Aneh buat Film, Pansa tetap setia bersama muka datar hampir tanpa ekspresi. Di mana bagi Film, itu adalah penghakiman paling menghinakan. "Sini deh, gue mau tanya perihal kontrak ada beberapa gue sedikit awam. Lo lumayan lebih soal pencerahan bagian itu. Masuk sini, masuk."

Film terpaksa masuk. Terima uluran berkas kasus Pansa dari Lovey. Tertera soalnya besar-besar nama kebesaran Vosbein di map merah gelap itu. Lovey berdiri, menunjuk beberapa poin perdebatan pikirnya. Bertanya, meminta nasihat pada si senior. Sementara Pansa diam memerhatikan.

"Mudah aja Lov, nanti minta berkas klien lo soal perjanjian tertulis mereka sebelumnya, cek poin-poin inti keberatan klien lo sama pasal-pasal kesepakatan mereka. Nanti bisa sertakan unsur pidana yang tadi jadi salah satu tuntutan."

"Pansa tuntutannya banyak, dimasukin aja semua?" Lovey bertanya lugu.

Film ngangguk, pijat keningnya sedikit. "Iya. Biar kelihatan meyakinkan bahwa klien lo keberatan dan dirugikan."

Lovey mengangguk, ucap terima-kasih dengan ceria. Pas lihat Pansa, dia keinget sesuatu. "Film, lo mau nggak bahas-bahas kerja di kafe? Pansa nanti konsultasi lagi malamnya, dia ngide bahas di sana. Ini masih ada beberapa hal yang bikin ragu, gue mau tanya-tanya banyak soal itu."

Film ngernyit, "Kan bisa langsung di sini semua?" Beneran ngide ini saudaranya Namtan.

Pansa mungkin tersinggung, dia timbrung cepat, "Gue habis ini ada panggilan proyek, harus presentasi. Lagipula Lov nggak keberatan. Dia cuma mau ngajak lo, kalo nggak mau, nggak dipaksa." Masih sadis, kirain udah akrab pas misi nyariin Namtan kemarin.

Film mencibir dalam hati, tapi. "Boleh deh. Soalnya mungkin kerjaan hari ini sampe sore banget, jadi sekalian aja."

Ya mereka ke kafe, pukul 6 sore, bentar lagi total malam. Pansa menawarkan jemputan. Lovey beberapa kali mulai menyangkal cerita kejamnya Pansa dari mulut Film. Dia baik katanya. Meski merepotkan di beberapa hal, Lovey masih memaklumi, semua permintaannya masih seputar kerja, tapi soal begini, selalu dia merepotkan diri. Pernah Lovey diantar pulang ke rumah, padahal arah keduanya beda. Antar kue-kue random setiap selesai konsultasi. Dan mungkin beberapa hal lainnya.

Film kebingungan, remeh sekali dengar pujian tanpa jeda dari mulut seseorang yang sempat setuju Pansa itu galak. "Dia baik sama lo karena kasusnya juga nggak seringan itu untuk diatasi Lovey.. itu cuma bentuk terima-kasihnya, apa banget, baik?? Big no!" Film kencang menggibah selagi Pansa pergi terima telepon entah ke mana.

Lovey desah, males banget sebenarnya kalo udah beda pendapat sama Film, Lovey kalah debat soalnya. "Nggak kepikiran kah lo, gue diajak sampe ke rumahnya, disambut Papa Tipnaree yang baik banget. Diajak makan malam sekeluarga meski selalu minus Namtan. Ini udah beberapa kali loh? Lo nggak berpikiran kan tiba-tiba gue diajak nikah sama dia?"

Semester UsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang