PART 33

574 101 16
                                    

"Bagus, populasi anggota polisi semakin menurun..." Ucap Joy yang masuk kedalam ruangannya.

"Bagaimana dengan si Tae?" Rosé yang bertanya.

"Pria itu hanya cedera berat.." Joy melepas jubah putihnya.

"Lalu dengan tuan Taemin?" Irene yang kini bertanya.

"Pak tua itu sudah tidak bernyawa lagi.." Ucap Joy menatap intens para sahabatnya.

"Mereka benar benar membuat warga sedikit resah.." Ucap Jennie.

"Kau benar... Akan tetapi semenjak mereka ada, korupsi di negara ini sedikit menurun..." Ucapan Rosé membuat mereka mengangguk.

"Ngomong ngomong tumben sekali kalian berada di sini... Apa kalian tidak jalan dengan pacar kalian?" Joy yang duduk di samping Irene.

"Tidak.. Seulgi harus kerja penuh..." Irene menggeleng.

"Ya, Jisoo juga... Dia juga harus lembur karena bos nya menyuruh..." Ucap Rosé.

"Ah Lisa ku juga... Bahkan ia akan menginap di tempat kerja nya.." Ucap Jennie.

"Lalu kau, joy?" Rosé bertanya.

"Wendy juga..." Joy mengangguk..

Sementara itu di sisi lain, ada empat orang yang lagi bersorak ria sedang membakar mobil Van yang mereka pakai kemarin.

Mereka sengaja membakar mobil Van tersebut karena polisi sempat menandai mobil mereka sebelum pergi.

Dimana Jisung? Pria itu sedang berkencan dengan kekasihnya di sekitaran kota.

Mereka berempat sedang berada di pelosok Busan, tepatnya berada di tempat pembuangan barang bekas.

"Setelahnya kita akan kemana?" Seulgi yang bertanya sembari menendang nendang pintu mobil yang sudah penyok.

"Bagaimana jika kita ke bar saja?" Usul Lisa yang membuat api semakin besar.

"Ide bagus!"

"Wohoo, itu sangat berbahaya jika kau terlalu dekat dengan api nya, Li.." Wendy yang sedikit terkekeh.

"Itu masih kecil api nya bung..." Jisoo melemparkan dua botol kaca yang berisi bensin itu ke objek yang mereka bakar sehingga api tersebut semakin memarak membuat mereka semua tertawa.

$$

Jisoo dan Seulgi menatap datar orang yang berada di hadapannya, sementara Wendy dan Lisa menghela nafas kasar.

Saat hendak menuju halte busway, mereka tak sengaja bertemu dengan Jihoon. Lebih tepatnya Jihoon yang mendekati mereka.

"Selamat siang, tuan tuan.." Sapa Jihoon akan tetapi keempatnya tetap diam saja.

"Ah rasanya aku sudah lama tidak bertemu kalian... Bagaimana kabar kalian?" Jihoon yang tetap berbicara.

"Apa mau mu?" Wendy yang berbicara.

"Ah kenapa kau begitu ketus seungwan-ya..." Ucap Jihoon.

"Tidak senang bertemu dengan mu, pak tua." Ucap Seulgi memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

"Ah padahal aku sangat senang bertemu dengan kalian semua setelah tujuh tahun tidak bertemu.."

Hal tersebut membuat Lisa tiba-tiba saja mencekat leher Jihoon membuat Jihoon sedikit terkejut dan sudah bernafas.

"Tutup mulut busuk mu itu tuan... Kau tak pantas berbicara manis di hadapan kami." Lisa mengetup kedua gigi nya.

"Aku benci harus berhadapan dengan mu, Park Jihoon." Ucap Lisa lagi sebelum menghempaskan pria paruh baya itu.

"Sudah ayo pergi.. Kita tidak punya banyak waktu meladeni pembunuh." Ucap Jisoo melihat bus yang hampir tiba.

Keempat itu langsung naik ke bus meninggalkan Jihoon yang masih sedikit mengatur nafasnya.

"Lihat saja aku akan membunuh kalian juga.."

$$

"Kau ingin aku membantu mu?" Suara berat yang terdengar dari monitor gelap itu membuat Jihoon mengangguk.

"Iya, aku mohon tuan..." Ucap Jihoon.

"Apa kau memiliki anggota lain untuk membantu mu juga?" Tanya pria itu.

"Aku rasa aku akan meminta bantuan Jaehyun juga... Dan para teman temannya... Aku bisa menjamin kerja sama kita ini tidak akan sampai terdengar di kepolisian karena kita memiliki Jaehyun.." Ucap Jihoon.

"Begitu ya... Kau benar-benar pintar..“ ucap pria itu membuat Jihoon tersenyum.

"Jika aku membantu mu membunuh para bocah itu... Apa yang aku dapatkan?" Ucap orang yang berada di layar.

Pria yang berbicara itu tidak kelihatan wajahnya, hanya terlihat tangan kanan dan setengah tubuhnya saja, di sekitar nya tampak sangat gelap gulita.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau tuan.. Asal anak anak itu lenyap dari dunia ini..." Jihoon berucap.

"Apa kau yakin?" Ucap pria itu.

"Ya... Aku akan memberikan apapun yang kau mau.."

$$

Jihoon dengan langkah yang sedikit cepat itu mendekati seorang pria yang sedang berdiri sendiri di bawah lampu.

"Baiklah aku akan membantu mu, akan tetapi kau harus tau satu hal... Mereka bukan orang biasa... Mereka sama seperti ku akan tetapi mereka berada jauh di bawahku.." Perkataan pria tadi masih di ingat oleh Jihoon.

"Jika kau ingin membunuh mereka secara keseluruhan... Kau harus memiliki koneksi dalam... Aku tau kau memiliki ponakan bernama Park Jisung.." Ucapan pria itu membuat Jihoon sedikit terkejut.

"Bagaimana bisa kau tau soal itu, tuan?"

"Ponakan mu berada di antara mereka.." 

"Jisung."

Karena merasa di panggil itu, Jisung menoleh dan terkejut melihat Jihoon yang tersenyum padanya.

"P-paman?" Jisung yang mengenal siapa orang yang berada di hadapan itu.

Walaupun ia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan adik ayahnya itu ia masih mengingat nya.

"Apa kabarmu, nak?" Jihoon merentangkan kedua tangan nya.

Hal tersebut membuat Jisung langsung memeluk Jihoon membuat Jihoon terkekeh. Mau bagaimana pun, Jisung tetap rindu dengan keluarga nya.

"Aku baik paman, bagaimana dengan mu?"  Jisung yang melonggarkan pelukannya.

"Aku baik, nak.. Wah wah kau semakin tampan ya.." Ucapan Jihoon itu membuat Jisung terkekeh.

Kedua orang itu kembali berpelukan sebentar.

"Kau ingin makan malam bersama?" Usul Jihoon.

"Tentu saja." Jisung yang mengangguk.














































Kira kira apa yang dibicarakan Jisung & Jihoon?










.

ALCANDOR S1 & S2 (CHAESOO) Where stories live. Discover now