SEMBILAN

138 13 1
                                    


"Sebenarnya salah gue apa ya,Resh? Kenapa ayah nggak suka banget sama gue," tanya Iqbal sembari menatap sang sahabat dengan lesu.

Naresh hanya menggeleng sebagai jawaban namun dengan cepat bibirnya mengukir senyuman, "Gak usah dipikirin. Mending kita fokus sama kue ini biar rasanya sempurna,"

"Iya juga,ya." Iqbal berujar dengan nada bahagianya kemudian kembali fokus pada kegiatan mereka saat ini.

Naresh memberikan saran jika Iqbal bisa kembali memulai pendekatan dengan memberikan hal yang disukai oleh sang ayah dan Iqbal teringat neneknya pernah mengatakan jika Hera sangat menyukai kue lapis.

"Tapi Resh, Lo yakin rasanya bakalan enak?" Iqbal bertanya ragu sementara Naresh hanya mencebik kemudian menepuk dadanya dengan sombong.

"Lo bicara sama siapa? resep yang ditulis nenek Lo ini nggak sulit," ucapnya sombong.

"Awas aja Lo kalau rasanya aneh," cibir Iqbal sementara Naresh hanya tersenyum lebar dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Kalau lo ragu kue ini beracun atau nggak, suruh aja Jean sama Rafa buat nyicipin,"

...

"Bagusan yang warna pink atau biru ya ,Raf ?" tanya Jean sembari membandingkan dua boneka yang berbeda warna itu dengan bingung.

Rafa hanya memutar bola matanya malas. "Lo harusnya ngajak Iqbal sih," ucapnya ketus.

"Harusnya sih,tapi dia lagi bikin kue sama Naresh. Salah gue juga ngajakin manusia jomblo kayak Lo jadinya belum berpengalaman gitu urusan cewek," balas Jean sembari melirik sinis kearah Rafa.

"Sialan Lo."

Jean tertawa melihat respon Rafa yang tampak kesal. Sebelum cowok disampingnya benar-benar hilang mood nya, Jean kembali menanyakan hal yang sama.

"Lo beli aja dua-duanya. Nanti Lo ambil yang pink terus yang biru buat cewek Lo," ucap Rafa masih dengan nada ketusnya.

"Pinter juga Lo! Sebagai gantinya, hari ini gue traktir donat!" ucap Jean bangga sembari menepuk pundak sahabatnya .

"Anjing si Jean hidupnya cuman makan donat doang kali ya," batin Rafa ngenes namun ia tetap mengangguk setuju dengan ajakan Jean.

Saat keduanya tengah asyik berbelanja tiba-tiba mereka melihat seseorang yang tak asing bagi mereka tengah berdiri tak jauh dari posisi mereka.

"Itu ayahnya Iqbal kan?" tanya Jean sembari memicingkan matanya.

Rafa menatap kearah tatapan Jean. Disana sesosok pria dewasa berdiri dengan seorang wanita yang tengah bergelayut manja dilengannya. Sang wanita terlihat meminta pendapat mengenai baju yang ingin ia beli.

"Mungkin itu pacarnya," tebak Rafa dan Jean mengangguk membenarkan.

"Gue ngerasa aneh sama wanita itu, kayak ada yang nggak beres" ucap Jean.

"Apanya yang aneh,njir?"

Jean tidak menjawab pertanyaan Rafa, ia segera melangkah mengikuti Hera yang berjalan menjauh menuju suatu tempat.
"Anjing si Jean,nyusahin gue aja!" ketus Rafa namun ia tetap mengikuti langkah sahabatnya meskipun selalu diiringi umpatan.

"Je-

"Ssstt" Jean membuat gesture diam lalu menunjuk Hera yang terlihat bertengkar dengan pacarnya.

"Kamu kapan sih ngehabisin anak kamu itu?!"

"Sabar sayang, aku pasti bisa ngebuat anak sialan itu ninggalin rumahnya," ucap Hera menenangkan sang wanita.

"Nggak ! Kalau kamu ngusir anak itu , dia pasti masih bisa kembali. Aku mau kamu bunuh anakmu dan aku bakal leluasa ngemilikin tanah itu!"

Hera terdiam cukup lama namun pada akhirnya ia mengangguk. Jean yang melihatnya benar-benar emosi namun ia dengan segera menyeret lengan sahabatnya untuk segera meninggalkan tempat persembunyian mereka.

Di sepanjang jalan Rafa terus bertanya mengenai apa yang terjadi namun Jean tak kunjung menjawab. Hingga ketika cowok itu berhasil meredam emosinya, ia mulai menjelaskan pada Rafa.

"Wanita tadi itu dulunya ingin beli tanah punya neneknya Iqbal tapi neneknya nolak. Ternyata sampai sekarang dia masih menginginkan tanah itu, berhubung dia pacarnya Hera jadi dia nyuruh Hera buat ngehabisin Iqbal biar tanah itu nantinya bisa dia kasih ke wanita itu," jelas Jean panjang lebar.

Rafa hanya mengangguk.

"Paham kan Lo?" tanya Jean namun dengan polosnya Rafa menggeleng.

"Anjing" umpat Jean .

"Nggak masuk akal njir, si bapaknya Iqbal masa pengen bunuh Iqbal cuman gara-gara bucin dia sama tuh orang," sahut Rafa.

"Itu salah satu alasannya Raf, kalau alasan dasarnya ya gue nggak tahu. Yang jelas Hera emang udah kelewatan, bisa-bisanya dia mau ngehabisin anaknya sendiri cuman demi pacarnya," ucap Jean tak habis pikir.

Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Mereka tidak pernah tahu alasan yang mendasari mengapa Hera begitu membenci Iqbal namun ucapan Rafa setelahnya langsung menjelaskan jawaban dari kebingungan mereka berdua.

"Menurut gue sebenernya bapaknya Iqbal nggak sebenci itu sama Iqbal tapi dia nggak mau punya hubungan ayah anak sama Iqbal. Tapi Iqbal selalu ngotot pengen diakui, pengen deket dan lain-lain. Mungkin bapaknya ngerasa keganggu," jelas Rafa panjang lebar.

"Tumben Lo pinter Raf," puji Jean dengan senyum lebarnya.

"Iqbal pernah bilang gitu ke gue," dan senyum Jean pun luntur seketika.

"Nyesel gue muji Lo,"

...

JERAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang