TIGA PULUH SATU

343 29 2
                                    


Suara rintihan seseorang terdengar jelas dari balik pintu gudang. Suara gadis itu seperti tengah meminta tolong namun karena hari sudah sore dan hampir tidak ada lagi orang yang berlalu lalang membuat gadis itu tak kunjung mendapatkan pertolongan.

Brak !

Naresh berhasil mendobrak pintu gudang yang terkunci dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Reina, anak baru di kelasnya. Gadis berjongkok sembari memeluk lututnya di pojok gudang dengan keadaan mengenaskan.

"Bangun." Naresh berujar dingin sembari memastikan keadaan gadis di depannya.

Reina membuka matanya dengan pandangan takut-takut. Melihat pintu yang terbuka,Reina segera berdiri dan hendak berjalan keluar namun suara Naresh menghentikan langkahnya.

"Siapa yang ngurung lo di sini? Apa dia salah satu dari sahabat gue?"

Reina terdiam lalu menggeleng dengan gerakan gugup. Gadis gitu berjalan pincang meninggalkan gudang,menyisakan Naresh yang masih terus berpikir keras.

"Pelakunya ada di sekolah ini." Naresh tersenyum miring ketika menyadari hal penting yang ia dapat hari ini.

"Dan sebenarnya apa motif dia ngelakuin semua ini."

...

"Maaf anak-anak, bapak ingin meralat tentang anak dari kelas ini yang harus ikut privat. Kemarin ada kesalahan karena seharusnya hanya tiga siswa dari setiap kelas tapi dari kelas ini malah ada empat anak."

"Jadi, dua hari lagi bapak akan melakukan tes ulang untuk empat anak itu. Nilai terbaik akan lolos dan tidak jadi mengikuti privat bersama saya," lanjut Dhio.

Iqbal yang ada di barisan belakang terlihat langsung menatap Rafa dengan mata berbinar. "Ayo,Raf! Lo bisa buktiin kalau lo bisa!"

Rafa mengangguk mantap. "Gue bakal dapatin nilai terbaik biar gue nggak perlu susah payah privat karena nilai gue jelek."

"Pegang kata-kata gue,Raf. Kalau lo bisa lolos, gue bakal turutin apa yang lo mau, termasuk nyolong mangga punya pak ustadz sekalipun," ucap Jean mantap. Cowok itu menjabat tangan Rafa seolah menjadi janji.

Sementara Naresh hanya terkekeh melihat bagaimana sahabatnya tengah saling membantu. "Gue bakal ajarin lo materinya," ucap Naresh.

"Nah kalau gini, kayaknya gue lolos deh!"

...

Jika seorang Jeano ditanya, apakah pernah mengalami kesialan? Pasti jawabannya adalah iya. Contohnya siang ini. Ketika cowok itu tengah fokus mengendarai motornya sembari menikmati suasana sore yang indah, dirinya dikejutkan dengan kedatangan preman yang mengajaknya duel.

Jean meladeni preman itu dengan senang hati dan ia menang dengan mudah. Seketika Jean mengatakan jika itu hanyalah preman abal-abal.

Baru saja menjalankan motornya beberapa saat tiba-tiba ban motornya bocor karena terkena paku. Sialan memang!

"Kayaknya pas gue berantem sama preman itu, ada yang iseng ke motor gue deh."

"Ah! Bangke lah!" keluh Jean.

Disaat sebelumnya ia sibuk menggerutu, kini kedua matanya berbinar ketika melihat Naresh dari kejauhan. Cowok itu baru saja dari suatu tempat yang Jean ketahui.

"Ngapa lo?" tanya Naresh.

"Bocor,njing."

"Di depan ada bengkel. Gue tungguin di bengkel ya,ntar gue temenin nambal nya," ucap Naresh kemudian melaju meninggalkan Jean di belakang.

"Oh iya! Itu di depan kan ada bengkel! Bisa-bisanya gue merem,njir!"

Naresh benar-benar menunggui Jean. Bengkel saat ini bisa dibilang besar dan entahlah kenapa Jean baru saja tahu kalau di sini ada bengkel. 

JERAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang