Akhir Dari Segalanya

3.2K 172 12
                                    

Bab ini pendek, seharusnya lanjutkan dari bab kemarin.

🦋🦋🦋🦋

Langkah kakinya yang lemah membawa tubuhnya menuju jendela kamar yang terbuka lebar. Semilir angin sore berhembusan menerpa wajahnya, dipejamkan kedua bola matanya untuk menghindari rasa pedih yang disebabkan oleh angin. Netranya menatap menatap cakrawala yang dihiasi semburat warna jingga kemerah-merahan.

Satu tangannya terangkat menyentuh dada lalu ia remas luar baju yang ia kenakan. Pedih rasanya membayangkan sebuah kebahagiaan tanpa bisa terjadi dikemudian hari, sakit rasanya saat menyadari jika semua yang selalu dibayang-bayang tidak akan pernah menjadi nyata. Semuanya hanya fatamorgana, tidak nyata, ulisi, imajinasi, fiksi. Jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa dilakukan kecuali ikhlas menerima semua takdir yang telah diatur oleh sang Khalik.

Hanya bisa tersenyum melihat bingkai foto yang menampilkan seseorang yang telah pergi terlebih dahulu menghadap sang Khalik, hanya ini yang bisa dilakukan. Tidak bisakah ia merasakan semuanya menjadi nyata sekali saja, ia tidak menginginkan apa-apa kecuali...

"Dipeluk Papa, gimana rasanya?" Mengusap lembut bingkai foto yang menampilkan seorang pria sedang tersenyum di sana.

"Aku bahagia hidup sama Mama, tapi Mama masih suka nangis kalau aku tanya-tanya tentang Papa. Sudah bertahun-tahun Papa pergi tapi Mama masih belum bisa melupakan kejadian-kejadian yang sudah kalian alami sebelum aku hadir."

Menghela nafas sejenak. "Papa memang sudah tidak ada di dunia ini, tapi Papa selalu hidup di hati Mama."

"Maaf ya Pa akhir-akhir ini aku nangisin Papa terus, pikiranku juga nggak pernah berhenti membuat skenario jika seandainya Papa masih hidup dan ada di sampingku saat ini."

Terdengar azan magrib berkumandang, Ajra menutup jendela kamarnya dan meletakkan kembali bingkai foto sang Papa ditempatnya semula. Memandang sejenak wajah Papanya yang terlihat sangat sumringah di dalam foto itu.

"Tidak apa-apa, Papa tahu kamu kuat. Bantu Mama ya, jangan biarkan Mama sendirian, temani Mama terus Papa nggak mau lihat Mama sakit, kamu juga. Jaga kesehatan ya, Papa lihat kalian dari atas."

Itulah kalimat singkat yang diucapkan oleh Dewa saat hadir di mimpi Ajra malam tadi, berbicara penuh dengan kelembutan serta dapat Ajra rasakan Dewa mengusap rambutnya dan memberi kecupan di dahinya walaupun itu tidak berasa tetapi mampu membuat hatinya sesak dan berakhir kembali menangis.

Benar apa kata Papanya, Ajra harus kuat. Masih ada Mamanya yang harus melihat kesuksesannya. Ia pasti bangga jika ia bisa meraih cita-citanya, begitu pun dengan sang Papa pasti ia pun bangga dengan pencapaiannya.

"Papa lihat kalian dari atas"

🦋🦋🦋🦋

🦋🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewa Asmara | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang