Bonus Chapter ✨

73 7 4
                                    

Perkiraan cuaca hari ini akan mendung mulai pukul sepuluh. Tapi nyatanya pukul setengah sepuluh awan-awan mendung mulai bergerombol di atas langit. Membuat pagi menjelang siang kali ini menjadi suram.

Setidaknya mereka sudah bekerja dengan baik..

Sekumpulan remaja tengah menunggu di halte bus Seoul. Pagi ini, anggota termuda mereka akan mulai masuk kuliah, setelah bertarung habis-habisan dengan seluruh calon mahasiswa-mahasiswi di seluruh Korea Selatan. Yaa.. hari-hari suram, tak perlu dibahas lagi..

"Bagaimana rasanya menjadi mahasiswa semester 2?" tanya seorang pemuda dengan tinggi menjulang dengan mata sipit.

"Oh, rasanya seperti kau berada di lift, dan satu-persatu pria berbadan kekar turut masuk," jawab yang paling pendek di antara mereka.

Yang paling muda memutar matanya malas, ia lalu menimpali, "Tak usah berbasa-basi. Tinggal bilang saja kau sudah ada rencana untuk pergi ke psikolog. Selesai."

"Jongho dan mulutnya yang tajam," komentar si rambut hitam dengan tawa.

Ya. Kim Hongjoong, Song Mingi, Jung Wooyoung, dan Choi Jongho. Sekelompok mahasiswa yang tengah menunggu bus.

"Lagian pertanyaanmu konyol. Kau nanti juga turut merasakannya, toh?" ujar Jongho lalu melirik Mingi, sosok yang melontarkan pertanyaan yang menurutnya konyol.

"Aku kan, penasaran.." cicit Mingi lalu menggaruk tengkuk.

Wooyoung tertawa, "Kenapa tidak tanya kedua hyung-mu itu?"

"Memang kau percaya dengan hyung-mu?" balas Mingi yang dijawab Wooyoung dengan gelengan.

"Tentu saja. Siapa yang bisa ku tanyain? Yunho? Manusia abnormal satu itu tak bisa ku percaya, aku akan heran jika ada yang mau-mau saja untuk mendengarnya bicara," celoteh Wooyoung sambil bersedekap dada.

Dengan sinis, Mingi menatap pemuda bermarga Jung itu. Tentu saja ia tersinggung. Ia kan calon kakak iparnya Wooyoung.

Menyadari bahwa ia telah melontarkan sesuatu yang buruk, Wooyoung berkilah, "Ah. Maksudku, tentu kita tak bisa percaya omongan orang begitu aja.. ya.."

Hongjoong tertawa terbahak-bahak melihat si Jung yang kerepotan karena harus menghadapi Mingi yang masih tersinggung. Sedangkan Jongho hanya tertawa kecil sambil memainkan ponsel. Sudah terlampau hafal dengan para anggota lain.

"Aish.. jika saja kasus itu tidak terjadi, Jongho pasti sudah satu angkatan dengan kita," ucap Hongjoong tiba-tiba.

Wooyoung menjentikkan jari, lalu menyahut, "Kasus pembullyan kepada anak kepala sekolah dua tahun yang lalu?"

Hongjoong mengangguk. "Iya. Kasus itu terangkat dengan cepat lalu mereka memutuskan seenaknya sendiri. Jongho jadi harus mengulang kelas 12 lagi.." jelasnya.

"Sudah dua tahun berlalu. Lagi pula, memang seharusnya aku adik kelas kalian? Aku kembali di kelas seharusnya aku berada," timpal Jongho dengan santai.

Mingi menghela nafas, "Kau terlalu santai. Tidak ingin mengangkat kasus itu lagi? Kau perlu keadilan!"

Dengan malas, Jongho menyahut, "Memang salah satu dari kita ada yang anak hukum?"

Semua menggeleng. Tentu saja. Hongjoong mengambil jurusan fotografi, dan telah membangun studio foto bersama teman-teman fakultasnya. Wooyoung mengambil jurusan teknik mesin, mengambil pekerjaan part time di bengkel kenalan ayahnya. Mingi telah bekerja di studio animasi Korea Selatan, bahkan mengisi suara salah satu dari karakter film, dia tidak kuliah.

"Ya.. setidaknya cari pengacara atau melaporkannya ke polisi. Kau tidak akan diam saat disenggol, bukan?" tanya Wooyoung.

Jongho hanya melirik, lalu menutup mata, "Memang aku punya uang untuk melakukannya?"

YeoJong || Get You now Where stories live. Discover now