Serpihan 26 (d)

6.8K 479 16
                                    

Serpihan 26 (d)

Kau kesepian, tapi kau tak ingin ditemani. Kau terluka, tapi tak ingin diobati. Kau memilih mengurung dirimu dalam kesendirian daripada harus mendapat tatapan iba dari mereka yang peduli padamu. Kau terlalu gengsi untuk mengakui bahwa kau butuh pelukan. -Kris-

09.30 KST

"Rasanya lega melihatmu kembali." Xiumin melirik senang ke arah Luhan yang duduk di sebelahnya. Pandangannya kembali mengarah menuju ke jalanan. Ia coba tutupi perasaan menyesalnya karena tak menemukan Ahra. Menjaga Luhan agar tak pergi tengah menjadi prioritasnya sekarang.

"Aku selalu takut jika saat kalian pulang ke China, kalian tak akan kembali ke Korea." Ucapnya kembali. "Hanya gugatan yang datang ke sini." Senyum miris tercetak di wajah Xiumin.

Luhan mengalihkan pandangannya menuju jendela di sebelahnya. Memandang kosong ke jalanan. "Maafkan aku, Minseok. Tapi... aku ke sini bukan untuk kembali."

Xiumin menginjak pedal rem secara mendadak. Membuat Luhan dan dirinya hampir terpental ke depan jika saja tak ada sabuk pengaman yang melindungi mereka. Xiumin menoleh pada Luhan dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Mwo?"

Perlahan, Luhan memberanikan diri untuk memandang mata Xiumin. "Aku ke sini...untuk mengucapkan selamat tinggal."

***

Prague

Tao memandang Kris yang tengah menjalani proses syuting film terbarunya dalam diam. Menunggu lelaki itu selesai dan menyadari keberadaannya di sini. Dirinya kesepian.

"Cut." Sang sutradara berteriak kencang mengakhiri adegan pagi ini. Kris langsung menunduk hormat pada para staff dan berjalan perlahan mendekati Tao. Lelaki itu menyadarinya, bahkan saat Tao baru menginjakkan kakinya di tempat ini.

"Ada yang ingin kau katakan padaku?" Kris langsung mencecari Tao dengan pertanyaan tanpa embel basa-basi. Tao sempat terkaget dengan sikap Kris tersebut, tetapi ia buru-buru memperbaiki ekspresinya.

"Sepertinya hidupmu yang sekarang sangat menyenangkan. Kau bisa mengatur sendiri apa yang kau mau. Kau bisa memilih film mana yang kau ingin mainkan tanpa mengkhawatirkan image yang perusahaan berikan. Kau juga bisa istirahat sesukamu tanpa dihantui belasan jadwal manggung yang menghantui tidurmu. Kau juga-"

"-jika kau jauh-jauh datang ke sini untuk ini, aku tak punya waktu untuk mendengarkannya." Potong Kris cepat. Tanpa memandang Tao kembali, Kris berbalik.

"Aku akan mengikuti jejakmu." Langkah Kris terhenti mendengar perkataan singkat dari Tao. "Aku akan keluar dari EXO."

Kris membalikkan tubuhnya cepat dan memandang Tao tak percaya. "Kenapa? Kau pikir aku tak punya alasan yang cukup untuk pergi juga dari sana?"

"Lihatlah... Aku melukai kakiku menjadi semakin parah." Tao menunjukkan kaki kanannya yang tertutup gips dengan bangganya. "Ini memudahkanku untuk menggunggat perusahaan itu. Karena EXO-L akan mendukungku." Ia tersenyum singkat.

Kris memandang Tao muak. "Jangan bawa-bawa EXO-L ke masalah ini. Jangan buat mereka menanggung sikap kekanak-kanakanmu dan membuat mereka menghabiskan air matanya untukmu." Ucap Kris dingin.

Tao mendengus kasar. "Kenapa untuk kau boleh tetapi tidak untukku?"

"Karena aku sanggup tapi kau tidak." Kris menjawab datar.

Tao tertawa geli. "Apa yang coba kau katakan padaku?"

Kris mengalihkan pandangannya. Ia memandang kosong ke arah staff yang tengah sibuk mengatur set baru untuk syuting adegan selanjutnya. "Kau tahu... Ada sedikit penyesalan saat aku memutuskan pergi dan membiarkan keegoisanku menang."

Sasaeng Fans [EXO]Where stories live. Discover now