Di sebuah kamar yang terbilang tidak terlalu luas terdapat seorang anak gadis yang sesenggukan di bawah selimut. Ia mencengkram ujung selimutnya kala mendengar suara seorang wanita dalam sambungan telfon yang belum terputus.
Sebisa mungkin ia meredam suara tangisnya agar tidak terdengar.
"Mau kemana kamu?"
Di sebrang sana, tepatnya juga di dalam kamar, ada tiga orang perempuan. Mereka adalah Yona, Muthe, dan Shani.
"Mau keluar sebentar ma" Jawab Shani harap-harap cemas.
"Ngga ada, mama ga izinin kamu keluar. Lagian ini udah jam sepuluh malam kamu mau ngapain Shani?"
"Tapi ini penting mama"
"Apa yang lebih penting dari hanya sekedar temenin adik kamu tidur ci. Kenapa kamu ga bolehin Muthe tidur sama kamu? Biasanya kamu fine fine aja kan kalau tidur berdua sama dia"
"Tega kamu bikin adikmu nangis cuma karna ga boleh tidur bareng. Emangnya dia ganggu kamu kalau tidur disini? Ngga kan?" Ucap Yona sambil menenangkan Muthe yang masih ada di pelukannya.
"Ma, aku bukannya ga ngebolehin. Aku udah bilang sama Muthe kalau aku lagi pengen tidur sendiri malam ini. Apa itu salah? Aku ga merasa terganggu ko kalau dia mau tidur disini, tapi untuk malam ini aku emang lagi pengen tidur sendiri aja ma" Balas Shani dengan menjelaskan secara detail hal sebenarnya.
Tangan Christy terangkat untuk mematikan telfon tersebut. Namun, perkataan Yona selanjutnya membuat ia mengurungkan niat tersebut.
"Kamu punya prioritas selain Muthe sekarang?"
Sontak hal itu membuat Shani sedikit kaget dan melirik Muthe sekilas. Ia pun kembali menatap mamanya. "Prioritas apa sih ma? Shani ga pernah bahas soal ginian, kenapa mama tanya prioritas Shani?"
"Meskipun kamu ga pernah bahas, tapi mama tau kalau dulu kamu sama Muthe itu selalu nempel ci. Kenapa sekarang kayaknya kamu udah ga seperti itu lagi? Muthe bilang kamu deket sama salah satu adik kelas di sekolah, bener?"
Shani memijit pelipisnya dan melirik sekilas ke layar ponsel yang masih menyala. 'Dede pasti denger semuanya. Ck, aku harus kesana sekarang juga' Batin Shani.
Ia menghembuskan nafas kasar sambil menatap Yona lagi. "Nanti aku ceritanya ya ma, sekarang aku harus pergi dulu. Ini penting buat Shani ma"
"Terus menurut kamu Muthe ga penting? Kamu mau ke rumah adik kelas kamu itu kan pasti. Dia itu bukan siapa-siapa kamu, ngapain sih peduli banget"
"Dia adik aku" Entah kenapa kalimat itu terlontar begitu saja dengan mudahnya.
Yona terkekeh hambar. "Adik kamu itu ga pernah ada Shani. Satu-satunya adik kamu cuma Muthe! Kenapa sih kamu ga bisa terima kalau adik kamu itu udah ga ada?!!"
"Sampai kapanpun aku ga akan pernah nganggap adik aku udah ga ada sebelum mama sama papa buktiin ke aku sendiri dimana makamnya. Aku yakin dan sangat yakin kalau adik kandung aku cuma hilang dan pasti masih sehat ma" Tegas Shani tanpa ada rasa takut pada Yona.
Tanpa mempedulikan larangan Yona, gadis jangkung tersebut langsung menerobos pergi keluar kamar. Namun, Yona mencekal kuat tangan Shani agar tidak melangkah keluar.
"SHANI!" Bentak Yona dengan menarik lalu menghempas tangan Shani hingga membuatnya agak terhuyung ke belakang.
Yona melepas pelukannya pada Muthe untuk mendekati Shani dan menatapnya secara intens.
"Sudah berani kamu menentang mama, hm? Pasti gara-gara anak itu kan yang bikin kamu jadi liar seperti ini!!"
"MA!!!!" Ucap Shani dengan suara tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THOSE EYES [END]
FanfictionAllura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja sekolah internasional yang memiliki murid dari berbagai negara. Ia bisa sekolah disana karna mendapa...