42

898 6 0
                                    

Happy reading

Sementara di kantor haris tengah menikmati jam istirahat di meja kerjanya. Tetiba melintas sang atasan dengan wajah ketus. Memandanginya, haris tak berani menyapa. Ia hanya menyaksikan pak arso masuk ke ruangannya. Kemudian laki-laki itu terhanyut sejenak.

“Tuh beneran kan si nia. Dia gak bisa gugat cerai aku. Lah dia aja enggak punya cukup uang. Lagipula bayu aja sekolah aku yang ngasih duit heem” ucap haris membanggakan dirinya.

Lelaki itu sepertinya memang tidak ada niatan mempertahankan rumah tangganya. Ia masih saja berdiri kukuh di atas egonya. Haris menganggap dirinya mempunyai kuasa lebih atas istri dan anaknya sehingga seolah ia bisa berbuat sesuka hatinya, termasuk selingkuh.

“Kepengen deh ngurus bayu seorang diri… tapi kalo begitu sih aku yang seharusnya gugat cerai nia dong fiuuhh” keluh haris dalam hatinya

Tak lama, pak arso memanggilnya. “Haris! Kemari sebentar!” teriak pak arso

“Baik pak” sahut haris yang sontak terkaget.

Haris lalu masuk ke ruangan pak arso. Di sana pak arso langsung menatapnya. “Ada apa ya pak?” tanya haris keheranan

“tolong belikan saya makan siang di luar. Ini uangnya. Saya rasa kamu pandai memilih makan siang yang enak untuk saya” perintah pak arso dadakan

Haris mendekati pak arso sambil menerima uang yang diberikan atasannya tersebut.

“huum ahh bapak bisa saja. Oke kalo gitu saya bakal belikan makanan yang enak untuk bapak hehe” ucap haris terheran kepada pak arso.

Laki-laki tersebut lantas pergi meninggalkan ruangan atasan nya dan beranjak keluar kantor dengan mobilnya. Sepanjang perjalanan lelaki itu terkadang memikirkan nasib keluarga nya yang masih tak menentu. Timbul dalam niatnya untuk menceraikan nia.

Sampailah haris di sebuah rumah makan yang cukup ramai. Di sana ia mencoba memesan nasi bungkus.

“Sudah memesan pak?” tanya laki-laki tersebut

Haris pun lantas menjawab sambil jari kanan telunjuknya menunjuk seseorang, “Oh sudah pak sama mas-mas yang di sana itu”

Sambil menunggu haris malah terlibat perbincangan dengan lelaki paruh baya tersebut.

“Ramai yaa pak yang beli di sini” ucap haris

“Ohh iyaa pak. Saya juga sampai kerepotan ngurus rumah makan ini” jawab lugas lelaki tersebut di dekat haris

“Emm??” respon haris heran

“Oh ya saya pak broto yang punya rumah makan ini” jawab pak broto dengan wajah sumringah

“Haha ternyata saya lagi ngobrol sama yang punya rumah makan” sahut haris tersenyum tak menyangka

Tak lama pesanan haris tiba. Pak broto yang ia ajak ngobrol tadi lantas ia abaikan begitu saja. Tak lupa ia membayar makanan yang ia beli di kasir.

“Sering-sering ke sini pak”

“Oh?! Iya pak. Mari pak saya duluan” pamit haris menyahut kembali dengan tersenyum.

Haris pun membawa plastik putih yang berisikan nasi bungkus ke dalam mobilnya. Lantas ia kembali menuju kantor nya. Di kantor, pak arso dengan sabar menanti kedatangan haris.

Sesekali ia mengutak-atik ponselnya sembari menunggu. Terkadang ia mencoret coret sebuah kertas dengan tulisan atau gambar yang tidak karuan. Kesibukan tersebut membuat pak arso tak terasa bahwa haris sudah kembali dari apa yang baru saja diperintahkan nya.

“Permisi pak, ini pesanan bapak. Dijamin enak deh pak hehe” ucap haris sambil masuk ke ruangan pak arso dengan terburu-buru tanpa mengetuk pintu. Ia khawatir atasannya tersebut keburu lapar.

“Waduh. Masa sih? Loh? Kok cuma satu? Kamu enggak beli sekalian ris?” tanya pak arso heran ketika melihat bungkusan makanan yang disodorkan anak buahnya.

“Iya pak. saya lagi gak ada nafsu makan nih. Makanya saya beliin untuk bapak saja” ucap haris

Sambil membuka bungkusan tersebut, pak arso lantas langsung menyantap makan siangnya “Oke yasudah kalo memang begitu maunya kamu. Yaudah deh ris saya makan dulu ya”

“Iya pak. Saya tinggal dulu ya pak” balas haris meninggalkan pak arso yang sedang menyantap makan siangnya.

Di tengah menikmati makan siangnya, pak arso mendapat panggilan tak dikenal dari ponselnya “Siapa sih lagi asyik-asyik makan telepon…” ucap lelaki itu melihat sejenak ponselnya.

Nomor yang menghubungi pak arso pun tak dikenal. Namun tetap ia jawab panggilan tersebut dengan menghentikan sejenak makan siangnya. Raut wajah pak arso begitu serius menjawab dan menanggapi panggilan tersebut.

Pada awal pembicaraan begitu amat serius, namun perlahan mencair dengan ditutup oleh senyuman disertai gelak tawa kecil dari pak arso. Entah siapa yang menghubungi pak arso dan apa yang dibicarakan. Setelah perbincangan usai, Pak arso kembali melanjutkan santap siangnya.

Di tempat kos, nia yang sedang berbaring di ranjang mulai tampak cemas karena putranya belum jua pulang. Wanita itu khawatir terjadi apa-apa dengan bayu. Tak lama terdengar suara motor dari luar. Kemudian terdengar suara bayu menyahut dari depan pintu tempat kosnya.

“Ma, aku pulang!”

Mendengar sahutan tersebut, nia langsung keluar kamarnya dan membuka pintu tempat kosnya. Nia cukup kaget, bayu sedang bersama seorang lelaki paruh baya berambut ikal dengan bibir hitam disertai perut tambunnya. Wanita itu merasa pernah bertemu lelaki tersebut.

“Ma, aku pulang. Eh iya, aku pulang bareng pak yono, guru matematika yang kita ketemu tadi pagi di di dekat sekolah nih” ucap bayu berbicara di dekat sang mama.

“Eh, iya pak. Makasih udah nganterin bayu ya pak” ucap nia dengan ramah kepada pak yono yang masih menaiki motornya

“Oh gapapa bu. Lagipula saya satu arah juga dengan bayu. Oh yaa bu saya duluan ya, masih ada urusan lain yang musti dikelarin” balas pak yono ke nia dengan senyuman sambil mulai menggas motornya kembali

“Oh. Yasudah pak. terima kasih banyak sekali lagi” ucap nia kepada pak yono

Nia dan bayu pun menyaksikan pak yono yang langsung pergi begitu saja. Keduanya lalu masuk ke tempat kos mereka, nia memperhatikan sang putra yang sedang beres-beres usai pulang sekolah.

“kamu udah makan siang?” tanya nia dengan penuh perhatian.

Bayu yang sedang sibuk meletakkan buku-bukunya kembali lantas menjawab, ”belum ma, makan apa dong ma?” tanya bayu berbalik

“Heeemmm mama pikir dulu ya” ucap nia sambil memikirkan di tengah kondisi keuangannya yang kritis.

Bayu merebahkan tubuhnya di ranjang tak lama ia berucap, “Yaudah deh ma, aku istirahat dulu aja. Nanti kalo sudah tahu bagaimana makan siangnya bangunin aku saja” balas bayu yang sebenarnya tahu kondisi keuangan sang mama.

Nia pun terdiam sejenak sambil memperhatikan sang putra yang sedang berbaring di ranjang.

Continued ☂️

Hamil Anak Siapa? [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang