60

430 5 0
                                    

Happy reading

Kembali ke rumah Nia

Bukan apa-apa, itu karena ibu haris memendam rindu di balik kekhawatiran kepada sang putra. Haris pun berpikir sejenak setelah membaca pesan singkat tersebut. Di tengah lamunan dan pikirannya itu, bayu melintas di depannya. Ia melihat wajah sang putra yang tampak kebingungan.

“De, ada apa? kok wajah kamu bingung begitu?” sapa haris kepada anaknya.

“Emmmm…. pa, aku boleh cerita sesuatu gak”, ucap bayu sedikit ragu.

“Boleh dong. Ayo sini-sini, duduk deket papa”, bujuk haris.

“Iya pa”.

“Ayo kamu mau cerita apa nih sama papa?”, tanya haris tersenyum

“Pa, papa tahu gak, selama papa enggak ada, mama selalu diganggu sama laki-laki lain?”, ucap bayu serius.

“Hah? Enggak, ini aja papa baru tahu dari kamu”, ucap haris terkejut menatap nanar mata sang anak yang sedang bercerita.

“Iya pa, jadi mama tuh sering diganggu sama laki-laki yang katanya suka sama mama. Ya jelas aja mama nolak mentah mentah karena gak tahu siapa laki-laki gak jelas tersebut. Eh, tapi, sama laki-laki itu dipaksa juga mama ikut sama dia. Mama sempet ngelawan, tetapi laki-laki itu megang tangan mama kuat banget… yah mama ketarik deh “.

“Hah? terus? Terus?”, haris penasaran.

“Untungnya aja ada aku. Aku bantuin tuh mama. Aku pegang deh sebilah kayu gede buat mukul itu orang supaya menjauhi mama. Untungnya orang itu gak tahu karena aku mukulnya tiba-tiba. Ya jadinya pingsan itu orang aku pukul”, ucap bayu terbata-bata

“Oh.. bagus dong kalau begitu”, timpal haris.

“Lah, kok bagus pa? Udah tahu kan mama diganggu….”, tanya bayu bingung.

“Bukan begitu, itu tandanya kamu bisa jagain mama kamu”, senyum haris.

“Oh…”.

“De, terima kasih ya udah jagain mama selama papa enggak ada. Papa harap kamu bisa selalu jagain mama kamu. Enggak kayak papa kamu ini, yang malah nyakitin mama. Papa juga yang bikin mama sama kamu menderita pasti karena harus pontang panting ke sana kemari dengan uang sedikit di luar sana. Sementara papa malah asyik-asyikan sendiri. Sampai sekarang tuh de, papa masih terus dihantui rasa bersalah sama mama”, ucap haris berkaca-kaca.

“Papa,….”, bayu menatap mata papanya.

“Terima kasih ya de udah jagain mama untuk papa. Sekarang papa percaya, kalau papa gak ada di rumah, ada kamu, anak laki-laki satu-satunya yang bisa papa percaya dan papa banggakan untuk nemenin mama selalu”.

“Kok papa ngomongnya gitu sih pa…?”, ucap bayu khawatir.

“Iya, papa ngomong begitu supaya ada yang selalu jaga mama kalau papa enggak ada di rumah. Lagipula kalau bukan kamu de, siapa lagi yang jagain mama? Sementara papa kan selalu sibuk. Eh iya maafin papa juga ya de kalau ada janji papa yang sering batal sama kamu dan mama”, haris tiba-tiba memeluk erat putranya dengan menitikkan air mata.

Mendengar ucapan sang papa, mata bayu berkaca-kaca. Namun, ia tidak ingin menitikkan air mata karena ia merasa sebagai anak yang kuat. Ia yang sebenarnya tidak paham betul persoalan yang dialami rumah tangga papa dan mama kini sudah ikut terlibat.

Nia benar-benar tak mengerti apa yang telah terjadi kemarin hari, saat sang papa berpisah sejenak dengan mama. Namun, bagi bayu itu tak berguna lagi. Yang jelas sekarang ia harus menjaga agar senantiasa papa dan mamanya selalu bersama.

Hamil Anak Siapa? [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang