[Chapter 05] : The Planning

66 14 2
                                    

"Manipulasi ini terlalu indah untuk di pertunjukan padamu."


Happy Reading!

Malam itu terlalu sepi dan sunyi. Cahaya bulan yang samar memaksa masuk ke dalam ruangan itu dari balik tirai tipis yang memunculkan bayangan tipis di atas lantai. Udara dingin menyertai ketenangan pada malam ini.

Jam dinding berukuran besar yang berada di sudut ruangan berdetak pelan. Tidak menganggu ketenangan yang tercipta di dalam ruangan.

Setiap sudut di dominasi oleh suara angin halus dari arah jendela yang sedikit terbuka. Kegelapan di dalam kamar seolah menghentikan waktu. Hening, tanpa ada satu suara yang terdengar mengema.

Zian dan Ashel baru saja menyelesaikan momen panas yang keduanya ciptakan. Ranjang yang semula tertata rapih kini terlihat sangat berantakan.

Selimut tebal yang menjuntai kebawah. Dengan bantal yang sudah berserakan di atas lantai marmer. Keduanya terdiam, memutar pikiran yang terlintas dalam benak masing-masing.

Setelah momen panas itu, Ashel terjaga. Wajahnya masih memerah padam. Ashel melirik sekilas pada Zian yang tanpa sadar senantiasa mengusap lembut pucuk kepalanya.

Nyaman. Seringai tipis mengukir samar. Wajah cantik itu menelusuk ke dada bidang yang bergerak naik dan turun. Lengan yang melingkar semakin erat memeluk tubuh besar Zian dalam kondisi yang damai.

Ashel memejamkan kedua matanya. Kembali mengatur nafas yang terasa memburu selepas momen panas itu. Sudah beberapa waktu ia lewatkan, namun rasa kantuk tak kunjung datang menemuinya.

Otak yang semula kosong kini di penuhi dengan banyak skenario. Benaknya kembali berpikir pada rencana yang ingin ia siapkan untuk melancarkan aksi diam-diam yang ia lakukan bersama Aldo, kekasihnya.

Helaan nafas yang panjang ia hembuskan. Kepalanya terasa berdenyut pening memikirkan banyak skenario yang terlintas dalam benaknya. Namun tak ada satupun skenario yang menurutnya cocok dan tidak memiliki resiko yang tinggi.

Menurut Ashel. Dengan skandal yang sudah ia persiapkan tidak akan dapat memberatkan pihak keluarga Veedala. Itu pasti akan menghalangi langkahnya untuk membawa keluarga itu untuk keluar dari kerajaan yang menjijikan ini.

Ashel memutar benaknya dua kali lipat dari sebelumnya. Ashel rasa, harus ada rencana lain yang dapat memberatkan pihak keluarga Veedala.

Namun, rencana apa yang harus ia siapkan? Ashel kesulitan. Pikirannya buntu. Sedetik kemudian ia mendecak kesal. Malam ini terlalu rumit untuk otaknya.

Matanya menangkap Zian yang sudah memejamkan kedua matanya. Deru nafasnya pun terlihat teratur. Apa Zian sudah tidur?, benak Ashel kembali bertanya.

Wajahnya terlihat damai, seakan tidak terusik dengan pergerakan yang Ashel lakukan sedari tadi. Dada bidang Zian naik turun secara teratur.

Jika dilihat dengan sebelah mata, Zian tampak mempesona. Hidung runcing dengan bibir yang tebal. Wajahnya tenang. Beberapa anak rambut menutup dahi lebarnya. Mulutnya sedikit terbuka, helaan nafasnya tampak teratur.

Ashel sontak mengeleng kencang. Membuang jauh-jauh pikiran tersebut. Baginya, Zian tetaplah laki-laki jahat yang tak patut untuk di kagumi. Laki-laki bersifat iblis seperti dia tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini.

Ashel enggan mengakui jika Zian adalah bagian dari mahluk mulia. Dia bukan mahluk hidup yang mulia, melainkan siluman jahat yang bereinkarnasi.

Gerakan Ashel menganggu ketenangan Zian. Dengan perlahan kedua matanya menerjab. Terbuka lebar dengan pandangan yang memudar. Salah satu tangan yang terbebas ia gunakan untuk mengusap lembut permukaan wajahnya.

V E E D A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang