.
.
.Suara dentingan sendok berbunyi mengisi hening di suasana meja makan mewah di sebuah rumah ralat namun mansion Megah bergaya Clasik Eropa.
"Aku selesai" ucap seorang pemuda berusia 17 tahun berdiri dari duduknya mulai pergi meninggalkan anggota keluarganya yang lain.
"Akhir akhir ini Al tampak aneh" ucap seorang wanita paruh baya itu Lisa dan pemuda jangkung berumur 17 itu tak lain dan tak bukan adalah Alvaro sulung Tomlinson.
"El tak ada yang terjadi kan di sekolah nak?" Tanya Laura lembut.
"Tidak ada mom mungkin Abang sedang merindukan seseorang itu saja" ucapnya acuh sambil terus memakan makanannya.
"Rindu? Rindu pada siapa?" Tanya sang opa Louis.
"Kenapa tanya padaku tanya saja pada orang nya sendiri....aku selesai" setelah mengucapkan itu El segera pergi menuju kamarnya,
kebetulan sebuah rutinitas yang menjadi keseharian mereka untuk bersantai dan menikmati momen di ruang tv setelah makan malam sudah tak dilakukan lagi, ntah lah mansion terasa sepi dan tak hidup sama sekali, hanya ada orang orang yang berangkat bekerja,sekolah kuliah dan sore harinya yang pulang setelahnya makan malam setelah itu tidur dan terus seperti itu berputar di kegiatan yang sama tanpa ada warna jika di umpamakan dalam sebuah kampas putih, dan seperti ulah lah setiap harinya di kediaman keluarga besar Tomlinson, hening, sepi seakan tak ada kehidupan di dalamnya seakan ada yang hilang namun ntah apa itu.
"Dua anak itu memang" Miland menggeleng kepala heran.
"Namanya juga masa pubertas mas... mungkin Al sedang berjauhan dengan orang yang di cintainya benarkan kak" ucap Azura melirik ke arah Laura.
"Iyaa itu benar nanti biar aku yang bicara perihal Al" ucapnya lagi.
"Mmmm sudah cepat lanjutkan makan kalian" ucap sang kepala keluarga tertua Louis.
.
.
"Mboo~~"
"Iyaa nak mbok di sini sayang" ucap mbok Narti dari arah kamar kebetulan setelah makan malam tadi mbok segera membereskan kamarnya terlebih dahulu sebelum di tiduri.
"Mboo Yo in mboo" Edza bercicit sambil menarik narik baju sang mbok setelah masuk ke dalam kamar.
"Iyaa nak iya ayo kita main" ucap mbok pasrah mulai berjalan dengan edza yang berjalan di depannya sambil menarik baju sang mbok.
Mbok duduk di samping baby Edza yang sudah duduk terlebih dahulu lalu mulai menggambar kembali di buku gambar menggunakan pensil warna nya yang di belikan oleh mbok tempo hari.
"Edza gambar apa sayang" ucap mbok sambil melirik gambar Edza cukup bagus untuk anak seusianya yang tidak sekolah.
Untuk sekolah mbok sengaja tak menyekolahkan Edza karena biaya yang tak cukup terlebih lagi sekolah yang berada di kampungnya hanya ada satu itupun lumayan jauh dan anak anak desa kebanyakan menggunakan sepeda untuk sampai ke sekolah atau di antar jemput menggunakan kendaraan roda dua dan sisanya mungkin tak sekolah karena banyaknya kendala tersebut.
Tapi meskipun Edza tak sekolah namun anak itu sangat pintar mampu menyerap materi yang di ajarkan dengan baik, dia bahkan sudah bisa membaca dan menulis meskipun tulisannya masih berantakan dan tentu yang mengajari baby Edza adalah mbok dan juga Iki yang paling berpengaruh karena memang setiap bermain Iki akan selalu mengajarkan hal hal berbau sekolah seperti membaca, menulis, dan juga menggambar.
Iki juga sering mengajarkan Edza berbicara agar Edza bisa kembali fasih lagi dalam berbicara karena menurut dokter Edza bisa bicara kembali namun butuh proses dan juga terapi bicara yang konsisten maka dari itu setiap harinya saat Edza tengah bermain Iki akan sedikit demi sedikit mengajari sang adik dengan kata kata yang gampang di ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Edzario✓
Randommenceritakan kisah seorang bocah mungil yang di buang oleh kedua orang tuanya akibat tuduhan mencelakai saudara kandungnya sendiri. ia yang di cap sebagai anak haram padahal kenyataanya tidak dan saat di mana semua bukti terkait bocah mungil itu sal...