Aroma khas pantai tercium samar-samar di antara hidangan laut yang tengah dimasak koki. Park David mengamati ikan-ikan segar yang ditata rapi di meja dekat dapur. Ia menoleh sekilas ketiga lelaki yang menjadi alasannya berada di Bali alih-alih meninjau lokasi pembangunan Sky Park di Maldives.
"Kenapa?" tanya Yamada di samping David.
Pria bertopi hijau itu menghela napas pelan. "Kita selalu berlibur karena kita ingin. Sekarang, alasannya berbeda," ujarnya.
"Kau merasa terganggu?"
"Tidak juga." David menggeleng. Ia bergeser ke meja tempat udang dan lobster diletakkan bersebelahan. "Hanya belum terbiasa," jelasnya.
Yamada mengangguk-angguk. Ia menepuk pelan bahu sahabatnya. "Awalnya, kupikir Peter memang gila. Tapi, ternyata tidak ada salahnya juga membahagiakan orang lain. Mereka berhak tertawa seperti itu, kan?"
"Ya."
"Ayolah." Yamada menepuk bahu David lebih keras. "Bukan seperti ini Park David yang kukenal."
David berdecak. "Menyingkirlah. Sebaiknya kau urus adikmu itu." Ia mengarahkan dagu ke Akira yang terlihat masih cukup jetlag.
"Hei," panggil Yamada dengan suara serius. "Ini Bali."
"Lalu?"
"Coba dekati Jina. Kurasa, dia akan membalas perasaanmu."
Dahi David mengkerut. "Apa maksudmu?" herannya.
"Jangan mengelak lagi. Kami semua tahu bagaimana perasaanmu pada Jina." Yamada mengulum senyum. "Aku gagal menjaganya, tapi aku tahu kau akan melakukannya lebih baik."
"Aku tidak sebaik itu. Dan, asal kau tahu, aku tidak akan mendekati mantan pacar sahabatku," kata David tak kalah serius.
"David, aku sudah merelakan Jina untukmu. Jangan merasa bersalah."
"Bukan begitu. Aku hanya ingin menjaga Sky Family."
"Persahabatan kita tidak akan hancur karena kau memiliki Jina setelah aku," ucap Yamada bersungguh-sungguh. Namun, tak ada pergerakan dari lawan bicara yang mengindikasikan kalau pria itu mendengarkan sarannya. "Oke. Kalau kau tidak mendengarkanku, kau pasti akan mendengarkan Peter. Kau akan mendengar kata-kata yang sama."
David tercenung memperhatikan punggung Yamada yang kian menjauh.
"Kenapa melamun? Kau tidak mau makan?"
Suara perempuan dari arah belakang mengejutkan David. Ia berbalik badan. "Oh, kau sudah bangun?" sambutnya.
Jina meregangkan otot-otot di bahunya. "Aku sudah cukup lama tidak pergi jauh. Rasanya sedikit melelahkan." Ia meraih piring kosong di tangan David. "Kau mau udang atau lobster?"
"Mau kuantar periksa?"
"Tidak perlu." Jina menggeleng. "Won akan membawakan vitamin," ujarnya seraya mengambil dua ekor lobster untuk diberikan kepada pelayan dapur. Kemudian, ia berdiri menghadap David yang masih menatapnya. Dahinya berkerut samar. Tertegun pada topi yang David kenakan. "Kau menggemaskan," pujinya.
David tergelak. Ia mengusap topi hijau di kepalanya. "Tidak kusangka akan mendapat topi berwarna seperti ini," katanya.
"Jangan khawatir. Kau tetap tampan," ujar Jina sungguh-sungguh.
"David, pesankan aku makanan," kata Peter yang baru saja datang ke restoran.
"Kau pikir aku pelayanmu?" cibir David. Meski begitu, ia tetap memesankan menu yang sama kepada pelayan. "Jina-ya," panggilnya.
"Hmm?"
"Setelah makan malam, bisakah kita bicara?"
"Tentu."

YOU ARE READING
Misterious Box (EXO-SKY) | TAMAT
FanfictionOh Sehun memberanikan diri meminta gaji lebih awal untuk biaya pendidikan sang adik. Keesokan harinya, ia menemukan kotak misterius di depan rumahnya. Kotak itu berisi tantangan menyelesaikan 99 misi yang menjanjikan uang dan kesejahteraan untuk kel...