"Cinta itu bukan tentang menemukan orang yang sempurna, tapi tentang melihat ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna."
°
°
°
°
°
°
°
°
°Di ruang tamu rumahnya, Papa Shaka duduk dengan ekspresi yang tak bisa disembunyikan lagi—wajahnya memerah penuh amarah dan kedua tangannya mengepal begitu kuat hingga terlihat urat-uratnya. Ia mencoba menenangkan dirinya, meski amarah itu seolah semakin berkobar dalam dirinya. Mama Shaka menatap suaminya dengan wajah sendu dan air mata yang belum sepenuhnya kering.
“Jadi… jadi ini alasan kenapa Shaka ingin pindah?” Papa Shaka menghela napas panjang, berusaha untuk mengatur perasaannya yang bergejolak. “Kenapa kamu tak memberitahuku lebih cepat?”
Mama Shaka hanya bisa menunduk, menahan tangis yang berusaha ia sembunyikan. “Aku juga baru tahu sekarang… Shaka tidak pernah cerita. Aku… aku merasa gagal menjadi seorang ibu, tidak tahu apa yang terjadi pada anak kita.”
" Sudah berapa lama Shaka di tiduri Althair"? Tanya papa Shaka lagi.
Mama Shaka menggeleng dengan suara Isak tangis nya yang mulai kedengaran.
" Hiksss mama juga gak tahu pa"Mata Papa Shaka penuh dengan kemarahan yang sulit ditahan. “Di mana Althair sekarang?” tanyanya dengan suara yang rendah namun penuh ancaman.
Mama Shaka menggeleng. “Aku tidak tahu. Shaka tidak bilang banyak… dia hanya pulang dalam keadaan menangis, dan terus meminta untuk segera pindah.”
Mama Shaka mengangguk,
Tiba-tiba, terdengar suara langkah pelan dari lorong. Shaka keluar dari kamar mandi, tubuhnya terbalut handuk dan wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya, matanya sembab karena menangis. Saat melihat kedua orang tuanya di ruang tamu, ia langsung berlari menuju mereka, merapat ke pelukan papanya.
“Papa… hiks… Shaka mau pindah sekarang aja, Pa…” suaranya kecil dan terdengar lemah.
Papa Shaka melihat putranya yang berantakan, lehernya penuh dengan tanda tanda kemerahan,bibirnya juga bengkak.
Papa Shaka memeluk putranya erat, seolah-olah mencoba memberikan kekuatan dan perlindungan yang selama ini mungkin tak mampu ia berikan. “Tenang, Nak. Papa di sini… Papa nggak akan biarkan siapa pun menyakitimu lagi,” ujarnya lembut namun penuh ketegasan.
Shaka mengangguk pelan, masih dalam pelukan ayahnya, merasa sedikit lebih tenang meski trauma itu masih begitu melekat di dalam dirinya.
Papa Shaka menatap istrinya sejenak dan berkata, “Aku akan segera mengurus semuanya.”
Kedua orang tuanya berjanji untuk melindunginya dan tidak akan membiarkannya mengalami hal menyakitkan lagi. Meski luka itu tak akan mudah hilang, mereka yakin dengan cinta dan kesabaran, perlahan Shaka akan bisa bangkit kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Obsession with Me!
FantasyNaven tidak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah dalam sekejap. Setelah terbangun di dunia yang bukan miliknya, ia mendapati dirinya berada dalam tubuh Shaka, seorang figuran dalam novel populer yang sering dibacanya. "Pokoknya jaga jarak 5 me...