Cio~ 9

3K 374 7
                                    

Enjoy ♡⁠(⁠Ӧ⁠v⁠Ӧ⁠。⁠)

Aku minta vote boleh dong~

***

Cio menggosok matanya yang terasa gatal. Mengerjap cepat untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatan nya.

"HUAH!! AHHH..." Cio merenggangkan otot-otot tubuhnya sebelum terduduk. Ini adalah hal wajib yang harus Cio lakukan sebelum melakukan aktivitas. Merenggangkan tubuh itu terasa begitu nikmat. Jika tidak melakukan itu, tubuh mungil ini akan tetap terasa lemah, letih dan lesu.

Cio mulai terduduk dengan pandangan mengarah kesana-kemari. Tangannya kembali naik untuk menutup mulutnya yang akan menguap lebar.

Brukh

Cio tidak memiliki tenaga. Kembali merebahkan tubuhnya pada kasur empuknya. Nikmatnya menjadi orang kaya. Kasur nya ini sangat menggoda iman. Cio ingin bangun dan melakukan aktivitas, tapi kasur nya ini seakan tak ingin ditinggal pergi. Cio kan kasihan.

"Kasur jangan sedih... Cio akan selalu bersamamu." Memeluk erat bantal guling nya. Sesekali Cio akan mencium pacar terkasih nya ini.

Mata yang awalnya ingin tertutup itu tiba-tiba saja terbuka lebar.

"Cio belum jualan!" Pekik Cio dengan tubuhnya yang langsung terduduk.

Tapi, tak lama setelahnya Cio kembali merebahkan tubuhnya dengan helaan nafas panjang.

"Cio kan sekarang sudah kaya~ tidak perlu kerja lagi kata mommy.."

Saat matanya akan kembali terpejam. Ketukan pintu langsung membuat bibir mungil itu mengeluarkan decakan kesal. Dengan ogah-ogahan Cio mulai terduduk dan berteriak.

"APA? CIO MASIH MAU PACARAN!"

Mata bulat itu menyorot tajam pada pintu yang masih tertutup rapat. Menunggu sahutan dari luar yang begitu lama terdengar. Mendengus kesal saat hanya ada kesunyian, dasar tukang ganggu!

Saat tubuhnya kembali ingin rebahan, suara ketukan pintu membuat nya murka. Menghela nafas kesal dengan wajah memerah. Siapa yang berani mengganggu Cio yang tampan ini, sangat menyebalkan!

"Buka aja pintunya! Tidak perlu bikin kesel!" Pekik Cio karena merasa terganggu dengan ketukan yang sama sekali tidak terhenti.

Cklek

Akhirnya setelah sekian purnama, pintu ber cat putih itu terbuka kecil dengan sosok kepala tanpa badan yang mengintip.

"Morning, kecil!!" Seru Chale keras dan langsung berlari meninggalkan Cio yang sekarang wajahnya sudah memerah padam.

Cio yang lagi-lagi mendengar panggilan itu langsung saja emosi. Siapa yang tidak emosi jika dipanggil dengan panggilan menyebalkan seperti itu. Jiwa lakiknya ternodai hanya karena anak kecil itu!

Cio dengan segera turun dari kasur dengan membawa satu bantal di tangan nya. Berlari keluar kamar mengejar anak kecil yang dengan berani beraninya mengajak dirinya berkelahi.

"Diam! Cio mau pukul kamu!" Pekik Cio kesal saat anak kecil itu sama sekali tidak ingin berhenti berlari.

Chale berbalik sebentar, me melet kan lidahnya dan kembali berlari. Ini sungguh menyenangkan. Kakak kecil nya ini sangat menggemaskan dan lucu. Melihat wajah emosi itu mampu membuatnya senang bukan main.

Dugh

Lemparan bantal dari Cio tepat mengenai sasaran. Kepala belakang Chale adalah sasaran nya. Tersenyum miring saat melihat Chale yang berhenti melangkah dengan mengusap belakang kepalanya.

"Berani lawan Cio lagi?! Dasar anak kecil!" Ejek Cio dengan bersedekap dada. Memandang remeh tubuh tinggi yang sedang membelakangi nya.

"Aduh... Sakitnya~" Chale berbalik dan terjatuh. Menangis Bombay tanpa adanya air mata yang keluar. Tatapan mengejeknya ia layangkan untuk bocah mungil didepannya.

Bibir mungil itu mulai bergetar dengan hidung kembang kempis. Ini sungguh menyebalkan! Dirinya tidak menyukai ini.

Kaki pendek itu mulai terhentak hentak. Mata bulatnya pun sudah memerah dan berembun. Mungkin, sebentar lagi akan ada hujan badai dengan diiringi petir.

"Wah~ cengeng... Ayo, katanya mau berantem."

"HWEEE!!! MOMMY!! CIO KESEL!" Tangisan kencang mengalahkan gemuruh petir itu mampu membuat Chale gelagapan.

Chale mendekat dan mengangkat tubuh mungil itu kedalam gendongan nya. Dia tidak menyangka jika Cio akan menangis histeris seperti ini. Dalam bayangan nya, Cio akan menangis lucu dan merengek bagaikan bayi. Tolong bantu dia, dia tidak ingin dimarahi.

"Tenang, maafkan aku. Aku hanya bercanda tadi." Chale langsung melangkah cepat untuk kembali memasuki kamar. Dia ingin meredam suara tangisan Cio di dalam kamar.

Plak

"Awwss!!"

Telapak tangan lembut itu mendarat tepat mengenai pipi Chale.

Mata bulat yang masih menampung banyaknya air itu melotot lebar pertanda betapa marahnya ia.

"Kenapa nakal jadi anak kecil?!"

Chale mendengus saat mendengar panggilan itu. Anak kecil? Seharusnya Cio mengaca sebelum berucap.  Tak mengidahkan ucapan Cio, Chale tetap melangkah agar kembali masuk ke dalam kamar.

"Kenapa masuk kamar?! Kenapa gendong juga?! Cio itu lebih besar!!"

"Seharusnya Cio yang gendong anak kecil seperti kamu!"

Cio tidak terima dengan ini semua! Sudah dipermalukan karena tinggi badannya, menangis keras dan sekarang digendong oleh anak kecil! Walaupun, dia juga tidak yakin bisa menggendong tubuh besar ini. Tapi dia juga percaya bahwa anak kecil ini tidak akan mau di gendong olehnya.

Chale tersenyum miring. Mengunci pintu kamar dan menurunkan tubuh mungil itu diatas kasur.

"Ayo gendong!"

Mendengar perkataannya itu, Cio diam dengan pandangan sedih. Memperhatikan tubuh yang jauh lebih besar dari dirinya itu dengan lamat. Bagaimana jika nanti dia tertekan dan menjadi semakin pendek? Atau, bisa juga nanti tubuhnya encok? Atau yang lebih parahnya lagi, nanti dia bisa terjatuh dan tertimpa tubuh besar ini. Dia bisa saja menjadi gepeng bagaikan kertas. Dia tidak mau!

"HWEEE!! KAMU EJEK CIO YA!!" lagi dan lagi Cio menangis keras membayangkan jika anak kecil ini merengek ingin di gendong olehnya. Dia tidak akan mampu mengangkat tubuh besar ini, Cio sadar diri. Tubuhnya ternyata begitu kecil jika dibandingkan dengan orang-orang disini. Tapi, itu bukan salah nya ataupun salah tubuhnya yang pendek! Ini salah mereka semua karena obesitas tinggi! Mereka kelebihan tinggi yang seharusnya tidak dimiliki manusia! Cio tidak salah intinya.

"Oh ayolah... Aku hanya bercanda, dasar cengeng!" Chale tidak yakin jika kamar ini mampu meredam suara tangisan Cio.

"Berhenti menangis, aku mohon... Nanti aku akan berikan satu permen susu." Chale berharap cara ini ampuh. Jujur, dia sedang merasa was-was takut ketahuan bahwa dia telah membuat bocah mungil ini menangis Bombay.

"Hiks.. ugh~ mau!! Mau permen tapi tiga." Cio mengusap air matanya dan memandang binar anak kecil didepannya.

Tangisan keras yang tadi terdengar, sekarang sudah musnah dan digantikan dengan cengiran polos dari bocah menggemaskan ini. Sisa-sisa air mata masih terbendung di pelupuk itu. Hidung dan pipi sudah memerah dengan sisa isakan kecil yang masih terdengar. Bocah mungil ini sangat menggemaskan.

"¡, bebé!"

(Dasar bayi!)

***
Halo (⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡

Jangan lupa komen lucunya dan vote!!
Cio akan up lagi setelah vote mencapai 245. Apakah aku terlalu kejam karena ingin vote banyak? Aku harap tidak ෆ⁠╹⁠ ⁠.̮⁠ ⁠╹⁠ෆ

Archio ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang