Ini hanya fiksi jangan menyamakan kehidupan mereka dengan cerita ini.
•••••••••[HAPPY READING]
*
*
*
*
*
|
|"Masih ngambek Chris?" Christy hanya diam sambil menatap kedepan.
"Christy?"
Christy memasukan buku-buku nya yang ada dimeja kedalam tas, lalu mengendong tas itu dibahu kirinya.
"Aku mau pulang." Freya memegang tangan Christy, membuat gadis berponi itu menatapnya.
"Aku anterin."
Christy menggeleng pelan lalu berkata. "Nggak usah, aku tidak perlu."
Christy melepas cekalan tangan Freya lalu pergi dari sana, Freya menatap punggung Christy yang perlahan mulai hilang dibalik pintu kelas.
Siswa-siswi yang masih ada didalam kelas menatap Freya, salah satu dari mereka berjalan mendekati gadis karamel itu lalu menepuk bahunya dua kali. "Sabar, terus berjuang buat dapat maaf dari Christy."
Freya tersenyum, lalu mengangguk. "Makasih ya."
Sedangkan disisi lain, Christy turun dari ojek yang dia pesan, membayar nya lalu menyerahkan helm dari ojek tersebut, setelah itu dia berjalan memasuki rumah yang bernuansa putih hitam itu.
"Hari ini capek banget astaga..." Keluh Christy.
Membuka pintu pelan, matanya membulat menatap beberapa gadis remaja tengah duduk disofa. Christy tersenyum kikuk lalu berlari menaiki anak tangga.
"Astaga, adik lo shan, lucu banget." Shani terkekeh.
"Bawa adek lo kesini dong, kita pengen ngobrol-ngobrol bareng dia." ucap Gracia.
"Boleh tuh shan, gue juga penasaran gimana sifat adek lo," Shani menatap Anin yang tampaknya menjeda ucapannya. "apa sama dengan sifat gila lo?" Shani melempar satu biskuit yang ada disana, Anin tertawa mengambil biskuit itu lalu dengan cepat dia memasukannya kedalam mulut Shani.
"Sialan lo Anin!" Suara Shani menggema diruangan itu, Christy yang berada didalam kamarnya berlari menuruni tangga, khawatir apa yang terjadi dengan Shani.
"Kenapa ci?" Napas Christy terengah-engah menatap Shani yang ingin memukul Anin tapi ditahan oleh Gracia.
"E-eh? Gak papa kok dek, ini kakak kamu cuman bercanda bareng kak Anin aja." Anin tertawa melihat ekspresi wajah Shani yang memerah.
Ah tampaknya wajah Shani memerah bukan karena marah, tapi lebih tepatnya dia salting karena..
"Jangan peluk gue gee." Gracia reflek melepas pulangnya pada Shani.
Shani menatap Christy yang masih berdiri diujung tangga. "Maaf ya dedek, kalau keganggu? Udah naik aja lagi." Christy mengangguk lalu kembali menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
"Kok adeknya disuruh naik sih shan? Yaelah gak asik banget lo." ucap Anin.
"Napa emang? Mau modus lo ama adek gue?"
"Astaga, fitnah Mulu lo, gue cuman pengen kenalan aja kali sama adek lo."
Shani mendengus sebal, dia meminum susu yang ada diatas meja lalu kembali menatap Anin. "Kayak gue gak tau sifat lo aja."
"Dari pada gue ngejar Gracia? Mending ngejar adek lo kan?"
"Ngomong apa lo?!"
°°°°°°°°°°
"Apa yang udah lo lakuin sama bokap gue sialan?!" Fiony tersenyum menatap Flora yang berada dihadapannya.
"Apa ya?" Flora mengepal tangannya kuat, dadanya naik turun menahan amarah.
"Gue udah nurutin semua apa yang Lo mau, tapi ini balesan lo?" Fiony tertawa lalu membukukan sedikit tubuhnya agar wajahnya bisa berhadapan dengan wajah Flora.
"Lo ngelanggar satu kesalahan, lo deketin cowok lain, dan gue gak suka itu."
Flora memejamkan matanya, ingin rasanya dia menangis saat ini juga, berita tentang papanya yang dipecat dari perusahaan milik papa Fiony membuat hidupnya hancur. Obsesi atau cinta? Itu yang ada dipikiran Flora.
"Ya udah kalau gitu, ayo akhiri hubungan yang nggak jelas ini."
Fiony terkekeh kecil, lalu kembali menegakkan badannya.
"Silahkan, maka lihat apa yang akan lo dengar besok dari kepala sekolah." ucap Fiony.
••••••••••
YOU ARE READING
Girlfriend || Frechris [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] Tentang rasa yang harus abadi di bait aksara, tentang asmaraloka yang menjadi melankolia, tentang Harsa yang harus menjadi lara.